--- In [EMAIL PROTECTED], "suhana032003" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
sharring aja.. tidak adil bila menjudge sesuatu yg belum tentu terjadi dgn kesalahan yg dilakukan oleh pihak lain. kasus lapindo itu karena ulah kecerobohan orang yg rasanya tidak tepat untuk menangani hal itu, tapi dipaksakan. kalau disangkut pautkan dgn kemungkinan kebocoran reaktor di muria, rasanya nda adil, karena hal itu belum tentu terjadi. karena apa..? Indonesia sudah mempunyai 3 reaktor yg dibangun pertama kali yaitu Reaktor Triga Mark sejak tahun 1961 di bandung dan sudah melalui masa kritis tahun 1964 bahkan diperpanjang operasi pada tahun 1996 dan melewati kritis tahun 2000. Reaktor ke dua yaitu tahun 1975 yg bernama Reaktor Kartini di Yogyakarta dan sudah melewati masa kritis tahun 1979. Reaktor ke tiga yaitu Reaktor Serba Guna GA-Siwabessy tahun 1983 dan sudah melalui masa kritis tahun 1987. dan menjadi Reaktor terbesar di Asia Tenggara. dan saat ini sudah memasuki usia 19thn dan masih terus beroperasi sampai sekarang. hmm..bila disangkut pautkan dengan kasus Lapindo rasanya nda adil menilai kecerobohan satu pihak dgn pihak lain yg mengutamakan keselamatan dan terbukti hingga sekarang tidak pernah ada masalah kebocoran tuch??? kapan kita akan maju, bila selalu melihat pada satu kegagalan sebagai cermin, tanpa melihat sesuatu yg pernah berhasil dilakukan oleh pihak lain?aneh??? siapa bilang..PLTU lebih safe untuk memenuhi kebutuhan listrik??? Penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik harus dilakukan pembakaran terlebih dahulu. nah..pada saat pembakaran terjadi akan menimbulkan pemanasan global yg berakibat terjadinya emisi rumah kaca. Jadi bayangin ya..berapa banyak batu bara yg harus digunakan dan melakukan pembakaran tiap harinya untuk pasokan pembangkit listrik?? dan otomatis suhu udara panas makin meningkat yg berakibat naiknya permukaan air laut yg bisa menenggelamkan pulau2 kecil dan daratan di sekitar pantai dan akibat pembakaran tsb pun akan mengakibatkan penyimpangan perubahan iklim. dan perusakan lapisan ozon. belum lagi gas2 beracun yg dikeluarkan pada saat terjadinya pembakaran batu bara yg dapat mencemari lingkungan sekitar?pada saat melakukan pembakaran batu bara, maka akan mengeluarkan gas karbon dioksida dan monoksida yg bisa mengakibatkan sesak nafas dan meracuni sel2 darah merah, sehingga sel darah tidak bisa mengangkut oksigen ke dalam jaringan tubuh. hmm..aku memang bukan ahlinya dalam masalah gas2 beracun, tapi coba anda tanyakan pengaruh gas2 beracun pada orang2 yg ahli ttg hal2 itu bila anda nda yakin.:)ya..minimal aku pernah belajar dan baca lah..pengaruh efek negatif akan gas2 beracun yg dikeluarkan karena pembakaran batu bara. nah..itu baru pengaruh yg terjadi dan tidak disadari oleh orang2 awam, memang anda pikir..dgn membangun PLTU tidak ada resiko kebocoran dan meledak???hehehe.. kompor aja punya resiko bisa meledak mas..apalagi PLTU dan PLTN??:)tapi..kapan kita mau maju, kalau nda PD dengan kemampuan negara kita sendiri hanya karena ketidakmampuan orang lain yg dijadikan cermin???? hanya yg aku tahu resiko terhadap lingkungan dgn membangun PLTN itu tidak ada dan lebih murah dari PLTU. karena hanya menggunakan tenaga air laut or sungai untuk menggerakan PLTN. tapi..resiko meledak mah..PLTU dan kompor minyak juga punya resiko meledak dan bocor mas..:) afwan kalau rada nyeleneh..nda rela aja kalau orang yg mampu melakukan sesuatu dijadikan kambing hitam oleh ketidak mampuan pihak lain:) salam hana --- In [EMAIL PROTECTED], Syaikhul Amin MTD <Syaikhul@> wrote: > > *********************** > Your mail has been scanned by Chandra Asri InterScan. > ***********-*********** > > > jum'at mabruk, > > saya tidak perlu 'ndakik-ndakik' atau mendetail untuk mengatakan bahwa kita masih belum mampu (menolak) untuk sekarang ini membuat PLTN, saya orang praktisi dan tahu benar tentang apa yg terjadi dengan project2 di indonesia. contoh yg paling gampang kasus project pengeboran oil and gas pt. lapindo brantas di porong-sidoarjo, ratusan (mungkin ribuan) hektar lahan terendam dalam lumpur dan info yg terakhir pipa gasnya meledak, kasihan rakyat di sono. apa jadinya sekiranya di gunung muria misalnya di bangun PLTN terus karena 'ketidaksiapan' / kecerobohan pengelolanya reaktornya bocor? > so what gitu loh... > untuk saat ini yg paling memungkinkan dan paling safe adalah dengan memperbanyak PLTU dengan bahan batubara atau dengan panas bumi untuk memenuhi kebutuhan listrik negara ini. > > demikian. > > syaikhul > > setahu saya iran dan pakistan sudah bisa membuat bom nuklir, tapi mereka belum bisa membuat PLTN. > > > -----Original Message----- > From: arnoldison nawar [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, November 23, 2006 4:46 PM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: [INSISTS] Artikel : Pemanfaatan Energi Nuklir (Bagian Ke-2) > > > Ketika alm Prof Kuncoroningrat menulis dalam sebuah buku yang > mengkritik mayoritas mental bangsa Indonesia yang belum siap > membangun, namun beliau tidak menulis agar membubarkan negara ini, dan > membentuknya kembali sampai bangsa ini sudah siap. > > Begitu pula kritik terhadap cara dan etos kerja terhadap rakyat > Indonesia yang masih rendah lantas berkesimpulan untuk tidak melakukan > apa-apa (nothing to do), takut berbuat sesuatu, tapi dengan kritik > tersebut seharusnya orang menjadi termotivasi untuk tetap melalukan sesuatu dengan cermat > serta kehatian-hatian. > > Dalam suatu rapat persiapan kemerdekaan RI beberapa diantara tokoh > yang mengikuti rapat tersebut juga meragukan kemampuan bangsa > Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, melihat kebanyakan rakyat yang > masih buta huruf, hidup dalam kemiskinan, dan faktor-faktor lainnya > yang secara perhitungan ekonomi tidak akan mampu berdiri sebagai > bangsa, kalau mengikuti pendapat-pendapat yang demikian kita bisa > bayangkan pada waktu itu pastilah bangsa ini belum merdeka. > > Saya juga ingin mengatakan bahwa memang tidak mudah memiliki dan > mengelola suatu reaktor nuklir, tetapi dengan meniru suatu jingle > dalam iklan saya coba meyakinkan 'anda pasti bisa'. > Kalau kita perhatikan banyak orang-orang Indonesia yang pintar dan potensial yang > parkir di negara lain, bekerja sebagai peneliti di > universitas-universitas ternama, atau bekerja di pabrik-pabrik besar > dunia yang bermuatan teknologi tinggi, mereka enggan kembali ketanah > air, dari alasan lapangan kerja yang belum ada, gaji yang tidak cocok, > penghidupan yang susah, tapi menurut saya yang utama adalah > penghargaan terhadap mereka yang sangat kurang, penghargaan bukan > dalam bentuk gaji atau remunerasi tapi lebih merupakan pengakuan dari > negara dan bangsa ini atas pengakuan mereka. > Kembali kepada realitas yang disebutkan bahwa para birokrat yang > bermental korup, yang melihata suatu proyek merupakan ladang mereka > untuk memperoleh komisi, atau birokrat yang berwenang mengelurakan > perijinan dan pengawasan yang mudah disogok, bisa dibayangkan bila > birokrat bermental seperti ini diberikan wewenang untuk mengeluarkan > ijin atau penguasan untuk proyek-proyek yang memiliki potensi > membahayakan lingkungan. > Namun realitas ini tidaklah harus menjadikan surut untuk berbuat > sesuatu, meragu-ragukan kemampuan sendiri dengan tidak membandingkan > kenapa orang lain bisa dan kita tidak bisa, itu juga bukan tindakan > bijaksana. Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa terlalu prematur atau > teruburu-buru untuk mengatakan bahwa kita 'tidak mampu'. > > salam > > Arnoldison > > ----- Original Message ---- > From: Syaikhul Amin MTD <Syaikhul@> > To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, November 22, 2006 8:44:30 PM > Subject: RE: [INSISTS] Artikel : Pemanfaatan Energi Nuklir (Bagian Ke-2) > > > *********************** > Your mail has been scanned by Chandra Asri InterScan. > ***********-*********** > > > bung arnold, > > pendapat saya untuk sementara indonesia belum butuh energi nuklir, bukan masalah kebutuhan energinya tapi mental pemerintahan/birokrat kita belum siap. sebagai orang yg pernah bergelut di dunia construction rasanya akan sangat berbahaya kalau dibangun PLTN di indonesia. padahal untuk pengadaan energi ini butuh safety, ketelitian dan kedisplinan yg tinggi, dan rata2 project di indonesia belum mencapai tingkat yg seperti itu. > > demikian. > > syaikhul > --- End forwarded message ---