Satu PR buat P'Nurmahmud khususnya dan umat Muslim pada umumnya, lebih baik 
memperbaiki ekonomi umat dari pada harus membangun masjid (yang konon katanya 
kubahnya berlapiskan emas) yang super megah.
 
Wassalam

-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Tutik. L
Sent: Monday, January 08, 2007 10:30 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Fw: Geger "Kristenisasi" di Depok



dari milis sebelah...
B'Rgrds
-Tutik-

----- Original Message ----- 
Sent: Friday, January 05, 2007 10:01 AM
Subject: [daarut-tauhiid] Fwd: Geger "Kristenisasi" di Depok

--- roz < [EMAIL PROTECTED] <mailto:roz%40balinirwana.com> com> wrote:

Wed Jan 3, 2007 1:23 am (PST) 
Geger "Kristenisasi" di Depok 

Rabu, 03 Januari 2007

Idul Adha yang seharunya semarak dengan suka cita
ternyata mendadak geger.
Beberapa orang Nashr ani, di Depok dikabarkan
'membaptis" 72 anak-anak
Muslim

Hidayatullah.com--Menjelang Idul Adha 1427, kampung
Lio-Depok geger.
Pasalnya seorang laki-laki, bernama Sugito, yang
selama ini dipercaya warga
setempat, membawa 72 anak-anak Muslim ke Gereja
Bethel, Depok.

Rabu tanggal 26 Desember 2006, sekitar pukul 3 sore,
anak-anak SD dan SMP
kumpul di Rumah Singgah "Bina Tulus Hati", RT3/RW19,
Kampung Lio Depok.
Menurut rencana, mereka akan diajak jalan-jalan oleh
Pak Sugito dan
teman-temannya. Tak jelas, kemapa mereka akan
dibawa. 

Anak-anak yang jumlahnya 72 orang itu, berangkat
dengan Metro Mini. Setelah
berputar-putar, sekitar jam 16.30 mereka sampai di
sebuah gereja Depok.
"Namanya gereja Bethel,"ujar Iis kelas 2 SMP, yang
ikut dalam rombongan itu.

Sesampai di gereja itu puluhan anak-anak itu disuruh
duduk di dalam gereja.
Di ruangan gereja itu, sudah ada puluhan anak-anak
lain, entah dari mana.
Selain itu, di depan anak-anak berdiri laki-laki dan
perempuan dewasa yang
jumlahnya sekitar 10 orang. 

"Kita disuruh menyanyi puji Yesus,"ujar gadis kecil
Muslimah itu di depan
aktivis ormas-ormas Islam Depok, di Masjid
Baiturahman, Kampung Lio, Depok,
Ahad lalu (31/12/2006). Bagaimana nyanyiannya?
"Diantaranya : Dia lahir
untuk kami, dia raja di atas raja, "ujarnya.

Melihat acara di dalam gereja seperti itu, beberapa
anak Muslim melarikan
diri terbirit-birit ke luar ruangan gereja.
Anak-anak Muslim yang lain,
mungkin takut, tetap duduk mengikuti acara yang
dipimpin seorang ibu itu.
Mereka kemudian disuruh berdoa dan seorang ibu
kemudian mendatangi
masing-masing anak itu dan memegang kepalanya.
"Bunyinya kira-kira: Semoga
Tuhan memberkati dan roh Kudus membimbingmu. Tuhan
Kami nggak ingin kamu
kalah..kalau kamu ikut Tuhan Kamu kamu kalah, kalau
kamu ikut Tuhan Kami
kamu menang,"ungkap anak-anak belia itu.

Setelah acara-acara itu, mereka pulang. Sebelum
balik ke rumah naik bis yang
sama, mereka diberi bingkisan. "Kita semua diberi
bingkisan yang isinya
pakaian,"ungkap Sita, 12 tahun, siswi kelas 6
Madrasah Ibtidaiyah yang juga
ikut dalam rombongan itu. Penjelasan Sita ini
diamini oleh Indah (13 th) dan
Lusi (12 tahun). Acara di gereja yang berlangsung
dari sore sampai malam
itu, memaksa anak-anak Muslim tidak dapat
melaksanakan shalat maghrib.

Melihat kejadian di gereja yang tidak wajar itu,
anak-anak laki-laki dan
perempuan itu mengadu ke orangtuanya. Dan menjadi
ramailah kampung itu.
Setelah berembuk secara cepat akhirnya warga
membentuk tim untuk mengusut
tuntas kasus "kristenisasi" ini. Mereka kemudian
melaporkan Sugito ke
kepolisian Pancoran Mas, Depok. Sugito ditahan. Tapi
ketika warga Muslim
setempat memproses pengaduan untuk Sugito ini,
tiba-tiba Sugito sudah bebas
dan kabarnya, terbang ke Yogya. Entah siapa yang
membebaskan.

Kampung Lio, memang bukan kampung berkecukupan.
Banyak masyarakat dhuafa di
situ. Di wilayah itu terdapat puluhan keluarga
pemulung, anak jalanan dan
lain-lain. Di situlah sekitar tahun 2004, Sugito dan
kawan-kawannya bergerak
membuat Rumah Singgah Bina Tulus Hati. Sekitar 119
anak-anak laki dan
perempuan, kelas setingkat SD-SMP dibina di situ.
Mereka diajari baca Al
Qur'an (Iqra') dan pelajaran-pelajaran umum.
Sebagian pengajarnya ada
mahasiswa-mahasiswa Nashrani dari Universitas
Indonesia. "Yang non Muslim
itu ngajar pelajaran-pelajaran umum,"jelas Iis.

Karena merasa dikhianati oleh Sugito, marahlah warga
Muslim. Kini Rumah
Singgah itu ditutup. Dan warga mengambil alternatif
melanjutkan kegiatan
anak-anak itu, di Masjid Baiturrahman, Kampung Lio,
yang kini masih dalam
tahap pembangunan.

Dalam silaturahmi Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Depok
dengan Tim Independen
kasus itu, FPI Depok dan pengurus masjid
Baiturrahman disepakati untuk
melanjutkan bantuan beasiswa ke anak-anak dhuafa
itu. 

"Puluhan anak-anak itu perlu diberi bantuan agar
mereka tetap dapat
melanjutkan sekolahnya,"ujar Insan Mokoginta, Ketua
Umum DDI Depok yang
baru. [nuim/cha]

Source :
http://hidayatullah <http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content> 
.com/index.php?option=com_content

http://hidayatullah 
<http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4055&Item> 
.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4055&Item
id=65> &task=view&id=4055&Itemid=65,_._,___ 

[Non-text portions of this message have been removed]




 
--------------------------------------------------------

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke