Memang susah mas. Dulu waktu pemilihan anggota dewan aku milih PKS.
Harapannya kader PKS berani tampil mandiri dengan kadernya sendiri dan
dengan standar moral yang tinggi. Di samping itu penginnya selama
preferensi konstituen PKS tidak melanggar syariah, maka PKS berkenan
mengikuti. Sayangnya PKS tergesa ingin main di eksekutif, akhirnya
menjadi terlalu praktis dan pragmatis, lalu suka berkoalisi dengan
pihak-pihak yang nggak jelas timbangannya. Di samping itu, ahlus
syuro-nya menjadi lembaga super yang seringkali hanya menganggap
preferensi konsituen-nya sekedar masukannya saja, tak perlu digubris
lagi. Lalu apa fungsi konstituen, sekedar memilih dan memberi dukungan,
lalu ditinggalkan?

Akhirnya, ya begitulah. Saya sekarang berlepas diri dari semuanya.
Kecuali PKS, bersedia merubah gayanya, saya sudah nggak akan lagi
mencoba memiliki niat baik untuk mendukungnya. Saya kembali ke
paradigma asal saya: GOLPUT.

Dulu Ikhwanul muslimin di zaman Hasan al Bana menjadi oposisi penuh
yang berdiri di luar sistem juga jalan efektif. Mengapa kita selalu
ingin memaksakan diri untuk berintegrasi dengan sistem.

Salam
B. Samparan

  

--- Hasbiyanto   <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> DPR = DEWAN PENDERITA RAKYAT.
> 
> Masih sangat membingungkan. 
> Kalau kita tidak ikut pemilu, maka pihak-2 non muslim yang akan
> menang
> dan berkuasa. Tapi Kalau kita ikut pemilu pihak-2 muslim yang JADI
> dan
> terpilih, malah lupa dengan amanat rakyat. 
> Bahkan rakyat dibuat menderita.
> 
> Jadi bagaimana kita harus bersikap????
> 
> Wassalam,
> Hasbiyanto




__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke