sepakat dengan jeung Hana.. karena masalahnya sistematis maka penyelesaiannya juga harus sistematis artinya sistemnya yang dirubah.. sistem yang sekarang di agung- agungkan adalah sistem demokrasi, karena mayoritas rakyat andil dalam sistem tsb banyak pujian yang bangsa ini terima tetapi hasil yang sebenarnya sangat jauh dari yang diharapkan..partisipasi yang mayoritas tsb lah yang menjadi legitimasi penguasa.. Kalau memang partisipasi dalam sistem tersebut sangat minim, tentu para penguasa kecil yang berebut kekuasaan tsb tidak akan percaya diri untuk bertingkah.. jangankan untuk bertingkah, mereka tentu akan sibuk untuk membujuk agar turut berpartisipasi.. dan menampilkan hal yang baik [manfaat] untuk mempromosikan 'jualan'nya.. singkatnya, kembali kepada ajaran Islam secara kaffah.. salah satu caranya.. Jangan pernah berikan satu jabatanpun pada orang yang menginginkannya.. tetapi berikan pekerjaan pada yang ahlinya.. siapa yang memberikan..tentu orang-orang yang ber-ilmu terutama ilmua agama ini.. dana pemilu yang disebut pesta demokrasi tersebut sangat-sangat besar.. yang menjadi ajang para koruptor dan KKNers berpesta pora.. lebih baik digunakan untuk menjalankan amanat memelihara fakir miskin dan anak terlantar.. bukan malah menghianati amanat tersebut [sudah diamandemen masih sama tidak?] seperti rancangan perda di daerah jawa tengah/jogja? [yang pernah saya baca di surat kabar] yang akan memenjarakan sedekah kepada pengemis.. cuma sekedar untuk menghambat urban kaum miskin ke kota.. belum lagi rencana peraturan pemda dki yang akan melarang sepeda motor masuk jalan protokol.. waLlohu 'alam bish showab
________________________________ From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of suhana032003 Sent: Wednesday, January 10, 2007 10:38 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Re: gaji DPRD kalau muslim kompak nda ikutan pemilu, maka dengan sendirinya pemilu nda syah, karena syarat syahnya memilih wakil rakyat (presiden ataupun anggota dewan) kalau nda salah adalah 50% + 1. sedangkan muslim disini kurang lebih 85%, maka otomatis sisanya yg non muslim tidak akan berdaya apa2 untuk memenangkan pemilu yg tidak syah itu (karena tidak diikuti oleh yg 85%) acara pemilu selama ini memang spt dagelan aja, yg ada dibawah lereng gunung dan ditengah hutan yg tidak kenal dengan jargon2 politik yg ditawarkan, namun tetap diminta untuk memilih (ini konyol namanya) karena harus memilih salah satu dari kesemuanya yg tidak dikenal. yg akhirnya memilih jadi spt hitung kancing or yg penting mendapat ganjalan perut dari promotor elite politik. dan jelas ini tipuan semuanya. dan tata niat yg baik, kita melakukan itu semua (tidak mengikuti pemilu) karena memang islam tidak pernah mengajarkan cara2 spt yg selama ini dilakukan dalam pemilu. (kampanye, iklan, demo, dlsbnya) tapi pemilihan yg diajarkan dalam islam, hanya melibatkan beberapa tokoh yg diakui ketaqwaannya untuk menetapkan satu orang pemimpin, tanpa melibatkan seluruh rakyat. tata niat yg baik, kita tidak ikut dalam pemilu karena meneladani Rasul dan para sahabat, yg memang tidak pernah melakukan hal2 yg selama ini dilakukan dalam pemilu yaitu melibatkan "seluruh rakyat" dengan menghambur2kan uang walau dalam keadaan serba sulit. Urusan selanjutnya, selama kita berpegang pada teladan Rasul dan sahabat, maka biarkan Allah yg memutuskan siapa pemimpin kita selanjutnya. caranya..dimulai dari mengingatkan keluarga kita sendiri, saudara2 kita, teman2 dekat kita, maka insya Allah..suatu saat pemerintah yg akan mencari rakyatnya, karena kita sudah meninggalkannya akibat perbuatan mereka yg tidak amanah terhadap rakyat. jangan lakukan tindakan frontal untuk menunjukan sikap protes kita pada pemimpin, karena hal itupun tidak diajarkan oleh Rasul dan sahabat. tapi lakukan dengan cara diam menolak ikutan pemilu atas dasar tidak dicontohkan oleh Rasul dan sahabat, maka itu akan menjadi pukulan keras tersendiri bagi pemerintah yg sudah tidak amanah selama ini. dan otomatis permainan mereka akan berhenti dengan sendirinya. intinya..jangan ikutan dalam permainan orang2 elite politik yg selalu menipu kita, tapi kita sebagai umat muslim yg sadar akan kebenaran islam dan kesempurnaan islam membuat permainan sendiri dan biarkan mereka yg lambat laun, akan ganti mengikuti permainan kita. tidak usah frontal, tapi gunakan hak kita sebagai warga negara yaitu hak memilih dan dipilih yg artinya bisa jadi hak diam dan menentukan sikap. karena kita dilindungi oleh hak kita sebagai warga negara yaitu hak dalam berkespresi dan menentukan sikap. ingat peristiwa umar bin abdul aziz yg terpilih sebagai khalifah, kata2 pertama yg keluar dari mulutnya adalah Inna lillahi wa inna illaihi rojiuun..tapi bandingan dengan para pemimpin yg terpilih saat ini, apa yg pertama keluar dari mulutnya? Alhamdulillah..lalu buat acara syukuran besar2an. Coba baca riwayat umar bin abdul aziz sebelum menjadi khalifah, terlihat sekali kebangsawanannya sebagai seorang pengusaha, tapi setelah menjadi khalifah..semua yg mencirikan seorang bangsawan ditinggalkannya. tapi lihat pemimpin saat ini? sebelum menjadi pemimpin, bertindak sept pengemis yg minta belas kasihan untuk didukung, tapi setelah diangkat jadi pemimpin, belaga spt bangsawan paling kaya di dunia. Menengok rakyat aja berat lehernya, apalagi perduli pada rakyatnya yg sudah menjerit mohon pengertiannya untuk tidak terus menghabiskan kekayaan negara untuk menggaji dirinya. Rasul mengajarkan dalam islam adalah pantang (haram) meminta jabatan atau mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin, tapi setelah ditunjuk sebagai pemimpin, maka lakukanlah dengan sepenuh hati dan tanggung jawab dan pantang lari dari kewajiban. salam hana --- In media-dakwah@yahoogroups.com <mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com> , "Hasbiyanto " <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > DPR = DEWAN PENDERITA RAKYAT. > > Masih sangat membingungkan. > Kalau kita tidak ikut pemilu, maka pihak-2 non muslim yang akan menang > dan berkuasa. Tapi Kalau kita ikut pemilu pihak-2 muslim yang JADI dan > terpilih, malah lupa dengan amanat rakyat. > Bahkan rakyat dibuat menderita. > > Jadi bagaimana kita harus bersikap???? > > Wassalam, > Hasbiyanto > > > >>> "suhana032003" <[EMAIL PROTECTED]> 1/9/2007 3:20 PM >>> > wa'alaikum salam wr.wb > > setuju!! > elite politik selama ini menjual permainannya dengan kampanye parpol > dan pemilu yg menghabiskan uang triliyunan rupiah dari kas negara > (pajak, hasil bumi, eksport import, dlsbnya)hanya sekedar membeli > kartu pemilu,stempel, tinta, spanduk, dll. yg akhirnya hanya masuk ke > dalam tong sampah, diinjak2, dibakar, dirobek, dlsbnya. yg seharusnya > dana tersebut bisa digunakan untuk membuka lapangan kerja dan > mengatasi pengangguran, menekan tingkat kematian karena kelaparan, > membangun infrastruktur karena bencana, dlsbnya, tapi > sayang..triliyuan rupiah itu hanya masuk ke tong sampah, dibakar dan > memberi makan para pengemis2 elite yg katanya wakil rakyat, tapi > tindakan mereka selama ini, hanya memperkaya diri dan menyusahkan > rakyat, membuat malu rakyat dengan moral para pejabatnya yg dengan > gaji mahal, mereka membayar pelacur2 murahan. > > saatnya kita untuk menolak segala pembodohan yg selama ini dilakukan > oleh para pemain elite politik yg selama ini koar2 dengan janji2 > manisnya. silahkan mereka buat permainan dengan kampanye parpol dan > pemilunya, tapi kita rakyat mempunyai hak untuk tidak ikut dalam > permainan kotor mereka selama ini dan mengatasnamakan pemilu, yg > merupakan perbuatan mubajir dan merampok kekayaan negara, dan > merupakan hak kita juga untuk mendapatkan kekayaan tersebut dan bukan > hak para elite politik yg selama ini menjual permainannya dan rakyat > yg selama ini dibodohi, akhirnya ikut membeli dan ternyata memperkaya > mereka. > > lihat tingkah laku anggota dewan, yg spt tertutup telinga dan matanya > atas segala bencana yg menimpa dari setiap penjuru, namun mereka asik > melenggang tanpa dosa dan meminta tambahan dana untuk terus merusak > negara dan menyusahkan rakyat. > Ingat..mereka bisa duduk disana, karena kebodohan kita yg selama ini > mengikuti permainan mereka atas nama pemilu dan memilih mereka. tapi > nyatanya mereka mengkhinati kita. jadi..buat apa lagi kita mengikuti > permainan pemilu mereka?? > > saatnya pemerintah dan anggota dewan yg terhormat memandang kita > (rakyat). karena mereka yg butuh suara kita untuk memilih mereka, > tapi pada saat kita tidak mau lagi dibodohi dan dipecundangi, maka > mereka tidak akan bisa lagi duduk dan bertahta disana untuk memainkan > permainannya. > > silahkan para elite politik menjual permainannya dalam parpol dan > pemilu, tapi saatnya rakyat harus pintar untuk tidak membeli dan > mengikuti permainan mereka. > > ingat!! mereka bisa melakukan berbagai macam kedzoliman dan menipu > rakyat, karena ada campur tangan rakyat sendiri yg memilih mereka dan > mempercayai mereka duduk disana, tapi berdasarkan pengalaman dari > beberapa pemimimpin dan anggota dewan yg silih berganti namun kerjaan > mereka hanya menipu rakyat. Mereka hidup mewah diatas penderitaan > rakyat. > > Coba bandingkan pada saat pemerintahan Rasul dan sahabat, mereka > tidak akan makan, sebelum rakyat makan. Tapi lihat para petinggi > disini, mereka mengenyangkan perutnya dan tujuh turunannya hingga > muntah2 tanpa perduli disetiap pelosok daerah banyak rakyat menjerit > kelaparan dan anak2 busung lapar. > > Lihat Rasul yg selalu mengganjal perutnya dengan batu menahan lapar > asalkan rakyatnya kenyang, dan tidak ada satu dinarpun yg > ditinggalkan oleh beliau setelah wafatnya, tapi lihat pemimpin di > sini, sampai matipun penguasanya dengan tenangnya sudah meninggalkan > limpahan kekayaan pada turunannya hasil merampok rakyat. > > Lihat Umar yg setiap malam berkeliling melihat keadaan rakyatnya, > hingga memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yg > lapar serta memasakannya. tapi coba lihat pemimpin disini dengan > mobil mewahnya, berlaga acuh tidak mengenal rakyatnya, dan mereka > lupa bahwa mereka bisa berkuasa, karena kita memilihnya. > > jadi..masihkan kita mau dibodohi oleh elite politik dgn permainan > parpol dan pemilunya??kebaikan dan kehancuran negeri ini bukan berada > pada sekelompok orang, tapi ada pada setiap warga negara disini. > karena semua itu adalah pilihan. > > permainan mereka tidak akan berjalan, bila tidak ada pemain yg ikutan > dalam permainannya, dan otomatis permainan mereka akan berhenti > dengan sendirinya, karena kita tidak mau ikutan main dengan mereka. > > > salam > hana [Non-text portions of this message have been removed]