Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman As Suyuti                    
  Nama, Garis keturunan, dan nisbat yang dimilikinya:
  As-Sayuthi nama lengkapnya adalah Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al- Kamal Abi 
Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir ad-Din 
al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. 
   
  Penulis Mu`jam al-Mallifin menambahkan: Athaluni al-Mishri Asy-Syafi`i, dan 
diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama abdul Fadhal.Ia berasal 
dari keturunan non arab, yang dalam hal ini  asy-sayuthi sendiri pernah 
mengatakan:Ada seorang yang bisa                   saya percaya pernah 
menuturkan kepada saya, bahwa dia pernah  mendengar ayah saya mengatakan bahwa 
kakek buyut ayah adalah orang non arab dari timur. Ia menghubungkan garis 
keturunannya demikian: Kakek buyut saya adalah Damam ad-Din, seorang ahli 
hakikat dan guru tarekat. Darinya lahir tokoh-tokoh dan  pemimpin, antara lain 
ada diantara mereka yang menjadi kepala  pemerintahan di daerahnya, ada pula 
yang menjadi Hakim Perdata, dan ada pula yang menjadi pedagang. Namun tidak ada 
                seorangpun diantara mereka yang saya ketahui menekuni ilmu  
secara sungguh-sungguh kecuali ayah saya.
   
  Kelahiran dan pertumbuhannya: 
  As-sayuthi dilahirkan di wilayah Asyuth sesudah magrib pada malam ahad, bulan 
Rajab 849 H, begitulah ia mengatakannya  sendiri, dan para sejarawan sepakat 
tentang tahun kelahiran ini, kecuali ibnu Iyas dan Ismail Pasha al-Bagdadi yang 
menganggap bahwa kelahiran as-Sayuthi adalah pada bulan Jumadil akhir. Ia 
dibesarkan dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia pada malam senin, 
5 Safar 855 H, pada saat ia masih berusia 6 tahun.
   
  Perjalanan dan masa menuntut ilmu:
  Pada usia yang amat sangat muda ia telah hafal Al-Quran, dan hafalan ini 
menjadi sempurna betul ketika ia menginjak usia 8 tahun. Setelah itu ia 
lanjutkan dengan menghafal kitab-kitab semisal al-`Umdab, Minhaj fiqh, 
Al-Ushul, dan Al-fiyah ibn                   Malik.Selanjutnya ia menekuni 
berbagai bidang ilimu dan saat itu usianya baru menginjak usia 16 tahun, yakni 
pada tahun 864 H. Ia mempelajari Fiqh dan Nahwu dari beberapa guru, dan 
mengambil ilmu Faraid dari ulama di jamannya yakni Syeikh                   
Syihab ad-Din asy-Syarmasahi, lalu menimba ilmu Fiqh kepada  syeikhul Islam 
Al-Balqini sampai yang disebut terakhir ini wafat, dan dilanjutkan oleh 
putranya `Ilmuddin Al-Balqini. Ia  kemudian berguru kepda Al-Ustadz Muhyiddin 
Al-Kafayaji selama                   14 tahun. Dari ulama ini ia menyerap ilmu 
Tafsir dan Ushul, bahasa dan ma`ani, lalu menyusun buku-buku ringkas tentang 
ilmu-ilmu ini.Ia banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, antara lain 
ke kota
 Al-Fayun, Al-Mihlah, Dimyat, lalu menuju Syam dan Hijaj, dan seterusnya ke 
Yaman, India dan al-Maghrib (Maroko).                  As-Sayuthi kemudian 
dikenal dengan orang yang begitu dalam ilmunya, dalam tujuh disiplin ilmu : 
Tafsir Hadist, Fiqh ,  Nahwu, Ma`ani, Bayan dan Badi`, melalui para ahli bahasa 
dan  Balaqhah.
   
  Kegiatannya menuntut ilmu:
  Di dalam usahanya menuntut ilmu as-Sayuthi telah mendatangi syeikh Safuddin 
Al-Hanafi dan berulangkali mengkaji kitab Al-Mukasyaf dan At-Taudhih. Ia pernah 
pula dikirim orang  tuanya mengikuti majelis yang diselenggarakan oleh 
al-Hafidz                   ibnu Hajar, dan mengkaji shahih Muslim sampai 
hampir tamat. Kepada ash-Shyairafi di samping kita-kitab lain seperti As 
Syifa`, Al-Fiyah ibnu Malik, Syarh-Asyudur, al Mughni - sebuah  kitab Ushul 
Fiqh Mazhab Hanafiyah dan syarhnya pada Syams al-                   Marzabani 
al-Hanafi, dan mendengarkan pengajian kitab al-Mutawassith serta as-Safiyah 
berikut syarhnya yang ditulis  oleh al-Jarudi yang disampaikan oleh ulama ini. 
Selain itu,                  juga mempelajari Alfiah karya al-`Iraqi, dan 
menghadiri  pengajian ilmiah yang diberikan al-Balqini. Dari ulama yang disebut 
terakhir itu, as-Sayuthi menyerap ilmu yang tidak                   terhingga 
jumlahnya. Sesudah itu ia tinggal bersama asy-Syaraf al-Manawi, hingga
 ulama ini meningggal dunia. Dari ulama ini as-Sayuthi menimba ilmu yang tidak 
terbilang juga banyaknya. Lalu secara tetap pula mengikuti pengajian yang 
diberikan oleh                Saifudin muhammad bin muhammad al-Hanafi, serta 
pengajian-pengajian yang diberikan oleh al-`alamah asy-Syamani dan al-Kafiji. 
Kendatipun demikian, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak banyak    mempelajari 
ilmu-ilmu riwayat, melebihi perhatiannya terhadap                   masalah 
yang dianggapnya paling penting dalam disiplin ilmu ini, yakni ilmu dirayah 
hadits.
   
  Guru, murid dan sejawatnya: 
  as-Sayuthi mengakui sekitar seratus lima puluhan orang ulama sebagai gurunya, 
dan yang menonjol diantaranya adalah: 
  Ahmad zas-Syarmasahi  ‘Umar al-Balqini  Shalih bin Umar bin Ruslan al-Balqini 
                   Muhyidin al-Kafiji  Al-Qadhi syarafudin al-Manawi
  Sementara itu beribu-ribu orang telah pula berguru kepada dirinya, dan 
diantara mereka yang paling menonjol antara lain: Syamsudin asy-sakhawi.`Ali 
al-Asymuni.                
   
  Akidahnya: 
  Dari karangan-karangan yang membela para sahabat dan tetap berpijak pada 
sunnah, maka tampaklah bahwa mazhab yang dipilihnya adalah mazhab ahlus sunnah. 
Tidak ada hal lain yang dapat diketahui tentang dirinya dalam persoalan ini, 
selain                  kecendrungannya kepada tasawuf yang telah dirintis oleh 
kakek  buyutnya Hamam.                  Kendatipun demikian, ilmunya yang 
demikian mendalam tentang Al-Qurn dan sunnah, telah mampu membentengi dirinya 
dari penyimpangan-penyimpangan yang banyak dialami oleh para  pengikut aliran 
sufi, yang jauh menyimpang dari Al-Quran dan                   Sunnah.
   
  Pengaruh intelektualitasnya: 
  Begitu usianya menginjak 40 tahun, ia segera mengasingkan diri dari 
keramaian, dan menunjukkan perhatian dalam bidang karang-mengarang, sehingga 
hanya dalam waktu 22 tahun saja ia  telah membanjiri perpustakaan-perpustakaan 
Islam dengan                   karya-karyanya dalam berbagai bidang, ilmu dalam 
jumlah sekitar 600 judul, semisal tafsir dan ilmu tafsir, Hadits dan ilmu 
Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya, sirah 
Nabawiyah, dan Tarikh.
  Penullis hidayah al-A`rifin mengemukakan sejumlah besar karangan yang telah 
ditulis oleh asy-Sayuthi yan jumlahnya mendekati apa yang kami sebutkan itu, 
yang diakui sebenarannya oleh yang bersangkutan.
  Cukuplah sekiranya di sini bisa kami sebutkan saja beberapa diantara 
karya-karyanya yang paling menonjol dalam ilmu Hadits lantaran kaitannya yang 
demikian erat dengan topik kajian kita sekarang ini.
  Pertama: tentang Hadits Zahr ar-Rabbiy Ala Mujtaba Li an-Nasa`I
  Al-Hawalik `Ala Muwaththa` Malik.
  Marqat ash-Shu`ud Syarkh Sunan Abi Dawud.
  Jam`u aljawami` Aw al-jami` al-Kabir.
  al-Jami` ash-Shaghir wa Dzailuh.
   
  Kedua: Dalam ilmu Hadits.
  Tadrib ar-Rawi bi syarkh Tawqrib an-Nawawi.
  Al al-fiyah fi al-Hadits.As`af al-mabtha` bi Rijal al-Muhtha`.
  Durr as-sahabah Fi Man Nazal al-Nishir Min al shahabah.
  Natsr al-Abir fi Takhrij Ahadits asy-syarkh al-Kabir
   
  Wafatnya: 
  Hidup syaikh as-syayuthi sarat dengan kegiatan menghimpun ilmu dan mengarang. 
Untuk itu ia mengeram dirinya di rumah dalam kamar khusus yang di sebut Raudhah 
al-Miqyas dan hampir-hampir tidak beranjak dari situ. Ia terus menerus terlibat 
dalam hal                 ini hingga akhir hayatnya sesudah menderita sakit dan 
kelumpuhan total pada tangan kirinya selama seminggu. 
  Nampaknya karena sakit yang di derita inilah ia lalu meninggal dunia pada 
hari kamis, 19 Jumadil Ula 911 H di tempat kediamannya, lalu dimakamkan di 
Hausy Qousun.                  Dikutip dari: Proses lahirnya sebuah Hadits 
karya: Al-Hafizh Jalauddin as-Sayuthi, hal:41-45. Penerbit: PUSTAKA, Bandung, 
1406 H – 1985 M.
   
  =================’
   
  IMAM AL BARBAHARY Rahimahullah   
  Nama, Kunyah, dan Nasab  Beliau seorang imam, mujahid, tokoh ulama panutan 
lagi disegani yang bermadzhab Hanabali dan pemuka ulama pada zamannya. Beliau 
adalah Abu Muhammad Hasan bin
  Ali bin Kholaf al Barbahary, nisbat kepada daerah Barabahar salah satu daerah 
lembah di benua India .
   
  Tempat Lahir  Tidak ada referensi yang cukup untuk menjelaskan secara detail 
tentang sejarah kelahiran Beliau, namun menurut penemuan saya (yakni 
pentahqih), beliau lahir dan besar di Baghdad sebagaimana yang dikenal dan 
masyhur di kalangan kaum muslimin terutama para alim ulama. Imam al Barbahary 
banyak bergaul dengan para ulama murid-murid Imam Ahlu sunnah Ahmad bin Hanbal 
dan Beliau banyak mengambil ilmu dari mereka dan kebanyakan mereka berasal dari 
Baghdad. Yang Demikian ini menjadi bukti bahwa beliau besar dan tumbuh di 
tengah lingkungan ilmu yang kental dengan sunnah yang memberi pengaruh besar 
pada dirinya.
   
  Guru dan Petualangan Beliau dalam Mencari Ilmu  Imam al Barbahary sangat 
menonjol dalam petualangan mencari ilmu dan memiliki perhatian besar dalam ilmu 
agama. Beliau banyak menimba ilmu dari para imam dan
  ulama sahabat Imam Ahmad bin Hanbal, namun sangat disayangkan guru Beliau 
yang tercantum dalam literature hanya dua orang saja:
  1. Ahmad bin Muhammad bin al Hajjaj bin Abdul Aziz abu
  Bakar al Marwazi,seorang imam, tokoh panutan, faqih,
  Muhaddits dan pemuka ulama Baghdad, sahabat karib Imam
  Ahmad bin Hanbal, wafat pada tanggal 6 Jumadil Ula
  tahun 275 H
  2. Sahal bin Abdulloh bin Yunus At Tustary Abu
  Muhammad, seorang imam, ahli ibadah, zuhud dan
  memeiliki mutiara hikmah dan karomah srta kelebihan.
  Wafat pada bulan Muharrom tahun 233 H dalam usia 80
  tahun.
   
  Kedudukan dan Pujian Para Ulama  Imam al Barbahary seorang imam yang sangat 
disegani, tegas dalam menyampaikan kebenaran, pengajak kembali kepada sunnah 
dan atsar. Beliau memiliki kedudukan
  mulia di kalangan para pemimpin dan pra pembesar negara. Majlis ta’limnya 
dipenuhi dengan pengajian tentang ilmu hadits, atsar dan fiqh yang dihadiri 
oleh para imam ahli hadits dan fiqh. Abu Abdillah al Faqih berkata: “Jika ada 
orang yang berasal dari Baghdad senang terhadap Abul Hasan bin Basysyar dan Abu 
Muhammad al Barbahary, ketahuilah dia termasuk ahlu sunnah”. Di antara hal-hal 
yang menjadi bukti bahwa beliau
  seorang ulama yang disegani dan memiliki kedudukan mulia:
   
  Murid Beliau Ibnu Baththoh berkata: “Saya mendengar al Barbahary ketika 
seorang jamaah haji berkata: ‘Wahai kaumku! Jika beliau butuh bantuan seratus 
ribu dinar dan seratus ribu dinar hingga lima kali lipat maka aku siap 
membantunya.” Ibnu Baththoh berkata: “Jika beliau menghendakinya maka dia bisa 
memperolehnya dari para jamaah”.
  Adapun pujian para ulama terhadap beliau antara lain: Ibnu Abi Ya’la berkata: 
“Dia seorang pemuka ulama di tengah kaumnya, terdepan dalam anti kemungkaran dan
  berlepas diri dari kebathilan, baik dengan Tangan maupun lisan. Beliau sangat 
disegani dan terhormat di hadapan para pemimpin dan para sahabatnya, dia salah 
seorang imam yang berilmu dan banyak hafalannya, serta mumpuni dan terpercaya 
dalam meriwayatkan atsar”. Imam adz dzahabi dalam kitab al ‘Ibar berkata: “Dia 
seorang ahli fiqh dan tokoh pantuan, ulama terekemuka dari kalangan madzhab 
Hanbali di Iraq baik dalam pemikiran, kedudukan dan kebersihan hidupnya. Beliau 
memiliki posisi dan kedudukan yang sempurna.” Ibnul Jauzi berkata: “Dia seorang 
ulama pengumpul
  ilmu, zuhud, dan sangat tegas terhadap ahli bid’ah.” Ibu Katsir berkata: 
“Beliau seorang ulama yang zuhud, ulama ahli fiqh dari kalangan madzhab 
Hanbali, sangat ahli  dalam memberi nasihat dan sangat tegas dan keras terhada 
ahli bid’ah dan pelaku maksiat. Serta
  sangat berwibawa dan disegani oleh orang alim dan orang awam.”
   
  Sikap Zuhud dan Wara Beliau  Imam al Barbahary sangat dikenal kezuhudan dan 
wara’nya dan sebagai bukti kuat apa yang telah dikatakan oleh Abul Hasan bin 
Basysyar: “Imam al Barbahary telah berlepas diri dari harta warisan dari 
bapaknya sebanyak tujuh puluh ribu dirham.”
  Ibnu Abi Ya’la berkata: “Imam al barbahary Memiliki banyak kelebihan dan 
keistimewaan dalam urusan agama.”
   
  Sikap Beliau terhadap Ahli Bid’ah  Imam al barbahary bersikap sangat tegas 
terhadap ahli bid’ah dan sangat gencar dalam memerangi mereka baik dengan 
tangan atau tulisan tanpa keluar dari kaidah ahlu sunnah dalam mengambil sikap 
dan bermuamalah terhadap mereka. Beliau sangat komitmen  dalam kemurnian ajaran 
dan proaktif dalam menyingkirkan kotoran bid’ah dan hawa
  nafsu baik dari pemikiran Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’Aryah, Tasawuf, Syiah dan 
rafidhoh. Dalam buku ini beliau sangat memperhatikan bahaya bid’ah dari mulai 
yang kecil hingga yang besar sebagaimana beliau katakan dalam masalah nomor (6):
  “Waspadalah terhadap bid’ah meskipun dianggap remeh, sebab bid’ah yang remeh 
dan keil bila dibiarkan akan menjadi besar.”
  Beliau juga menjelaskan bahaya penyebaran bid’ah dan memberi peringatan keras 
kepada kita agar tidak terjatuh ke dlam cara-cara dan praktek kebid’ahan 
sebagaimana ucapan beliau pada masalah no (8):
  “Perhatikanlah setiap ucaapan orang pada zamanmu, jangan tergesa-gesa dan 
cepat membenarkan suatu ucapan tersebut hingga kamu bertanya dan memperhatikan 
apakah ucapan itu pernah disampaikan oleh para sahabat Nabi atau para ulama 
ahli sunnah?
  Jika kamu mendapatkan atsar dalam hal tersebut (maka) peganglah dan jangan 
sampai kamu melampaui batas, dan jangan memililh-milih darinya sehingga 
terjatuh dalam
  neraka.” Beliau berkata dalam maslah n omor (9): “ketahuilah, orang yang 
tersesat dari jalan lurus ada dua macam; 
  pertama orang yang tersesat dari jalan lurus sementara dia tidak menginginkan 
kecuali kebaikan, maka kekelirun orang tersebut tidak boleh diikuti karena ia 
telah hancur, dan kedua orang yang sengaja menentang kebenaran dan menyelisihi 
orang-orang yang bertaqwa dari generasi sebelumnya sebelum mereka, dialah orang 
yang telah tersesat dalam kesesatan dan menyesatkan.”
   
  Beliau juga berkata dalam nomor (64) berkata: “Jika ada seorang yang suka 
menghujat dan menolak atsar atau mengingkari hadits Rasul sholallohu ‘alaihi wa 
salam maka jadikanlah dia seorang yang tertuduh dalam Islam sebab dia seorang 
yang buruk  pemikiran dan madzhabnya.”
   
  Beliau dalam masalah nomor (101) berkata: “Ketahuilah kebid’ahan hanya tumbuh 
dan datang dari kaum puritan lagi kerdil ilmu yang suka ikut-ikutan dan mudah 
terombang-ambing oleh arus.” Masih banyak ucapan beliau yang sangat bagus dan 
berbobot dalam buku ini yang memberikan gambara secara jelas tentang karakter 
ahli bid’ah seakan-akan kamu menyaksikan mereka di dean mata, maka 
perhatikanlah ucapan beliau: “Perumpamaan ahli bid’ah laksana kalajengking yang 
mengubur kepala dan tubuhnya di
  dalam tanah lalu mengeluarkan ekornya yang berbisah,
  dan bila ada kesempatan ia langsung tanpa gamang menyengatmu, begitu juga 
ahli bid’ah yang senantiasa bersembunyi dari penglihatan orang dan ketika 
mendapat kesempatan ia langsung tanpa gamang menyebarkan racun dan bisa 
kebid’ahan,” Jadi beliau bersikap sangat tegas terhadap ahli bid’ah sebagai 
bukti betapa tingginya perhatian beliau terhadap sunnah dan betapa besarnya 
ghirah beliau terhadap sunnah saat ada orang sesat yang ingin menghantamnya. 
Sikap seperti itu bisa menjadi contoh mulia sebagai bentuk sikap ulama ahli 
sunnah terhadap ahli bid’ah dan kebathilan dan kesesatan.
   
  Murid-Murid Beliau  Banyak orang yang menimba dan mengambil faidah agama dari 
beliau karena beliau adalah tokoh panutan dalam ilmu dan kemuliaan.
   
  Di antara Murid-Murid Beliau  1. Seorang imam dan ahli fiqh serta tokoh 
panutan, Abu
  Abdillah bin Ubaidulloh bin Muhammad al ‘Ukbary yang
  dikenal dengan Ibnu Baththoh, wafat pada bulan
  Muharrom tahun 387 H.
  2. Seorang imam, tokoh panutan dan ahli hikmah,
  Muhammad bin Ahmad bin Ismail al baghdadi Abul Husain
  bin Sam’un, ahli pemberi nasihat, pemilik karomahdan
  kedudukan mulia, wafat bulan Dzul Qo’dah tahun 387 H
  3. Ahmad bin Kamil bin Kholaf bin Syajarah Abu
  Bakar, perawi buku ini (syarhus Sunnah) yang
  meriwayatkan dari penulis.
  4. Muhammad bin Muhammad bin Utsman Abu Bakar
   
  Al Khathib berkata: “Telah samapi kepadaku bahwa dia
  suka hidup sederhana dan memiliki madzhab yang sangat
  bagus namun sering meriwayatkan riwayat yang mungkar
  dan bathil.”
   
  Mutiara Ucapan Beliau  Abu Abdillah bin Baththoh berkata: “Saya mendengar Abu
  Muhammad al Barbahary berkata:’Duduk-duduk untuk
  saling memberi nasihat adalah pembuka pintu faidah,
  sedangkan duduk-duduk untuk berdebat adalah penutup
  pintu faidah.’ Beliau berkata: “Manusia berada dalam
  ketertipuan terus-menerus”.
  Di Antara Syair beliau:
  Barangsiapa yang puas dengan apa yang dimiliki maka
  Dia menjadi orang kaya dan selalu tetap di atas agama
   
  Betapa tingginya kedudukan qona’ah membuat orang
  Rendahan menjadi mulia
   
  Jiwa seseorang menajdi sempit ketika dalam kemiskinan
  namun bila ia mendekat kepada Tuhannya semua menjadi
  luas
   
  Karya-Karya Beliau  Para penulis biografi menyebutkan bahwa beliau
  memiliki banyak tulisan, namun saya tidak mendapatkan
  karya-karya ilmiah beliau kecuali hanya tulisan ini
  dan penjelasannya akan diuraikan nanti
   
  Cobaan dan Wafat Beliau  Dikarenakan kedudukan Imam al Barbahary yang tinggi
  dan mulia, berwibawa lagi disegani oleh semua kalangan
  baik yang alim atau yang awam dan terhormat di
  klalangan para pemimpin maka ahli bid’ah senantiasa
  membuat makar untuk memperdaya beliau dalam rangka
  untuk menghancurkan karier beliau dan menjilat kepada
  para pemimpin hingga Kholifa al Qohir memerintahkan
  kepada mentrinya, Ibnu Muqlah pada tahun 321 H untuk
  menangkap Imam al barbahary dan para sahabatnya lalu
  beliau bersembunyi, dan sebagian besar sahabatnya
  ditangkap dan dibawa ke Bashroh. Dan Alloh membalas
  perbuatan Ibnu Muqlah yang akhiranya sang Kholifah
  marah kepadanya sehingga dia melarikan diri lalu
  dipecat oleh Kholifah al Qohir dari jabatannya dan
  rumahnya dilempari api.
  Kemudian dia ditangkap pada tanggal 6 bulan Jumadil
  akhir tahu 322 H kemudian dimasukkan penjara dan
  disiksa dengan dicongkel kedua matanya hingga menjadi
  buta. Lalu Imam al barbahary kembali lagi kepada
  kedudukan semula di negeri itu hingga ketika Abu
  Abdillah bin Arofah yang dikenal dengan Nafthowaih
  wafat, banyak sekali orang yang hadir untuk
  mensholatkan jenazahnya dan Imam al Barbahary mendapat
  kehormatan untuk menjadi Imam sholat jenazah
  tersebut. Demikian itu terjadi pada bulan Safar tahun
  323 H dan pada tahun itu beliau semakin nak daun dan
  tenar serta para sahabat beliau semakin
  diperhitungkan, mereka lebih berani dalam melarang
  segala kebid’ahan dan melawan ahli bid’ah.
  Ketika Imam al Barbahary melewati daerah bagian barat
  lalu beliau bersin dan para sahabat beliau mendoakan
  hingga tedengar suara gemuruh maka sang kholifah
  mendengar dari dalam tandunya kemudian bertanya
  tentang kejadian tersebut dan dikabarkan kepadanya
  hingga sang kholifah merasa takjub dengan sikap
  tersebut.
  Para ahli bid’ah tidak bosan-bosan untuk trus menerus
  membuat makar keji dan kebohongan dengan menjilat
  kepada Kholifah ar radhiy, mereka berusaha memfitnah
  Imam al barbahary hingga Kholifah ar Rodhiy
  memerintahkan Badr al Harosiy kepala polisi bagian
  transportasi dan komunikasi di daerah Baghdad, agar
  melarang para sahabat Imam al Barbahary berkumpul dan
  bertemu.
  Maka Imam al Barbahary dengan gerak cepat mencaaari
  tempat persembunyian dan pindah dari daerah bagian
  barat menuju bagian timur lalu bersembunyi di daerah
  tersebut hingga beliau wafat dalam masa persembunyian
  pada bulan rojab tahun 329 H.
  Ibnu Abi Ya’la berkata: “telah bercerita kepadaku
  bahwa Muhammad bin Hasan al Muqriy berkata bahwasannya
  kakek dan nenekku berkata kepadaku: ‘Abu Muhammad al
  Barbahary bersembunyi di rumah saudari Tuzun di daerah
  bagian timur daerah al Hammam jalan raya as Silsilah,
  selama satu bulan dalam persembunyian, beliau
  terserang pendarahan hebat hingga wafat. Ketika beliau
  wafat, saudaru Tuzun berkata kepada pembantunya:
  “Caarilah orang yang ahli dalam memandikan mayat, maka
  datang seorang yang ahli dalam memandikan mayyity ke
  rumah lalu pintu ditutup agar tidak diketahui oleh
  orang kemudianorang tersebut menshalatkan sendirian.”
  Pada saat pemilik rumah melihat dari kejauhan tampak
  ruangan rumah dipenuhi kaum laki-laki yang berpakaian
  putih dan hijau maka ia berusaha untuk mendekati namun
  ketika sholat jenazah usai mereka menghilang, lalu
  pemilik rumah memanggil pembantu tersebut lalu
  berkata: “Wahai Hajjam, kamu telah menghancurkanku
  bersama saudaraku. Lalu pembantu berkata: “Wahai
  tuanku, engkau juga melihat apa yang aku lihat?” Ia
  Menjawab: “Ya” pembantu berkata: “Inilah kunci-kunci
  rumah dan rumah dalam keadaan tertutup.” Saudari Tuzun
  berkata: “Kuburlah dia di dalam rumahku dan jika nanti
  aku meninggal dunia kuburkanlah (aku) di sisinya.”
  Semoga Alloh merahmati Imam al Barbahary dan memberi
  balasan yang besar, dia seorang imam dan tokoh
  panutan, pembela sunnah dan sangat keras terhadap ahli
  bid’ah dan kaum zindiq.”
  (Di tulis kembali dari: Buku “Syarhus Sunnah-Penjelasan Tuntas Bahwa Islam 
itu adalah Sunnah dan Sunnah itu adalah Islam, hal 5-13, Penerbit: Dar 
El-Hujjah)

 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to