dari milis sebelah...
B'Rgrds
-Tutik-

----- Original Message ----- 
Sent: Friday, January 12, 2007 5:30 PM
Subject: [d-t] Energi Pelukan

Oleh Azimah Rahayu
Suatu hari di gua Hira, Muhammad SAW tengah ber'uzlah, beribadah kepada 
Rabbnya. Telah sekian hari ia lalui dalam rintihan, dalam doa, dalam puja dan 
harap pada Dia Yang Menciptanya. Tiba-tiba muncullah sesosok makhluk dalam ujud 
sesosok laki-laki. "Iqra!" katanya.

Muhammad SAW menjawab, "Aku tidak dapat membaca!" Laki-laki itu merengkuh 
Muhammad ke dalam pelukannya, kemudian mengulang kembali perintah "Iqra!" 
Muhammad memberikan jawaban yang sama dan peristiwa serupa pun terulang hingga 
tiga kali. Setelah itu, Muhammad dapat membaca kata-kata yang diajarkan lelaki 
itu. Di kemudian hari, kata-kata itu menjadi wahyu pertama yang yang diturunkan 
Allah kepada Muhammad melalui Jibril, sang makhluk bersosok laki-laki yang 
menemui Muhammad di gua Hira.

Sepulang dari gua Hira, Muhammad mencari Khadijah isterinya dan berkata, 
"Selimuti aku, selimuti aku!". Ia gemetar ketakutan, dan saat itu, yang paling 
diinginkannya hanya satu, kehangatan, ketenangan dan kepercayaan dari orang 
yang dicintainya. Belahan jiwanya. Isterinya. Maka Khadijah pun menyelimutinya, 
memeluknya dan mendengarkan curahan hatinya. Kemudian ia menenangkannya dan 
meyakinkannya bahwa apa yang dialami Muhammad bukanlah sesuatu yang menakutkan, 
namun amanah yang akan sanggup ia jalankan.

***

Suatu hari dalam sebuah pelatihan manajemen kepribadian. Para instruktur yang 
jugapara psikolog tengah mengajarkan berbagai terapi penyembuhan permasalahan 
kejiwaan. Dari semua terapi yang diberikan, selalu diakhiri dengan pelukan, 
baik antar sesama peserta maupun oleh instrukturnya.

Namun demikian, mereka mempersilakan peserta yang tidak bersedia melakukan 
pelukan dengan lawan jenis untuk memilih partner pelukannya dengan yang 
sejenis. Yang penting tetap berupa terapi pelukan. Menurut mereka, pelukan 
adalah sebuah terapi paling mujarab hampir dari semua penyakit kejiwaan dan 
emosi. Pelukan akan memberikan perasaan nyaman dan aman bagi pelakunya.

Pelukan akan menyalurkan energi ketenangan dan kedamaian dari yang memeluk 
kepada yang dipeluk. Pelukan akan mengendorkan urat syaraf yang tegang. Saya 
yang saat itu menjadi salah satu peserta, memilih menggunakan pilihan kedua 
ini. Pelatihan itu, di kemudian hari memberikan perubahan besar dalam 
stabilitas emosi dan kejiwaan saya.

***

Apa yang saya inginkan pertama kali ketika saya sedang bersedih, marah atau 
apapun yang secara emosi mengguncang perasaan saya? Dipeluk suami. Pelukan itu 
akan menenangkan saya, membuat saya nyaman dan tenang kembali. Apa yang kami 
berdua lakukan setelah berantem? Saling memeluk.

Pelukan itu akan menurunkan tensi emosi di antara kami. Pelukan itu akan 
merekatkan kembali ikatan cinta di antara kami setelah luka dan kecewa yang 
sempat tertoreh. Pelukan itu, akan membuat kehidupan rumah tangga kami menjadi 
makin mesra. Segala sedih, segala marah, segala kecewa, dan segala beban hilang 
oleh kehangatan pelukan.

Pelukan itu, kemudian tidak hanya berlaku ketika saya terguncang secara emosi. 
Setelah setahun lebih kami menikah, pelukan telah menjadi satu kebiasaan dalam 
hari-hari kami. Hal pertama yang saya lakukan ketika tiba di rumah sepulang 
dari kantor atau dari bepergian adalah memeluk suami. Memeluknya erat-erat. Itu 
saja. Tak Lebih. Hal pertama yang saya inginkan ketika saya bangun dari tidur 
adalah memeluk dan dipeluk suami saya. Memeluknya kuat-kuat. Itu saja.

Bukan yang lainnya. Jika kami bangun pada jeda waktu yang tak sama, maka 
'utang' kebiasaan itu dilakukan setelah shalat lail atau shalat subuh. Jika 
kami tidur di kamar yang berbeda, biasanya jelang subuh atau habis shubuh, 
salah satu dari kami akan menyusul yang lainnya. Hanya untuk satu hal saja: 
memeluk dan dipeluk.

Saat malam menjelang tidur, kami terbiasa tiduran dan saling memeluk, 
berlama-lama sambil berbincang tentang aktifitas kami seharian. Ada kata-kata 
yang minimal tiga kali sehari saya ucapkan kepada suami saya, "I Love U" dan 
"Minta peluk!" Rasanya ada yang kurang jika kekurangan pelukan dalam sehari. 
Pelukan memberiku rasa aman dan nyaman. Pelukan, saya rasakan memberikan 
kehangatan yang tak tergantikan oleh apapun.

****

Berdasarkan hasil penelitian, kita butuh empat kali pelukan per hari untuk 
bertahan hidup, delapan supaya tetap sehat, dan dua belas kali untuk 
pertumbuhan. Jika ingin terus tumbuh, kita butuh dua belas pelukan per hari. 
Pelukan berkhasiat menyehatkan tubuh. Pelukan merangsang kekebalan tubuh kita. 
Pelukan membuat kita merasa istimewa. Pelukan memanjakan sifat kekanak-kanakan 
yang ada dalam diri kita. Pelukan membuat kita lebih merasa akrab dengan 
keluarga dan teman-teman.

Riset membuktikan bahwa pelukan dapat menyembuhkan masalah fisik dan emosional 
yang dihadapi manusia di zaman serba stainless steel dan wireless ini. Bukan 
hanya itu saja, para ahli mengemukakan bahwa pelukan bisa membuat kita panjang 
umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi, mempererat 
hubungan keluarga dan membantu tidur nyenyak. (The Aladdin Factor, Jack 
Canfield & Mark Victor Hansen.")

Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga menemukan bahwa ketika 
seseorang disentuh, hemoglobin dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke 
jantung dan otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat proses 
penyembuhan. Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa menyembuhkan penyakit 
"hati" dan merangsang hasrat hidup seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh jurnal Psychosomatic 
Medicine, pelukan hangat dapat melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan 
dengan perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan hormon 
penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh.

Hasil hasil penelitian tersebut, memberikan keterangan ilmiah atas 
kecenderungan dalam diri setiap manusia untuk mendapatkan ketenangan dan 
kehangatan melalui pelukan. Penelitan tersebut memberikan fakta ilmiah atas 
besarnya energi yang dapat disalurkan melalui pelukan.

Sayangnya, banyak dari kita dibesarkan dalam rumah yang di dalamnya pelukan 
adalah sesuatu yang tidak lazim, dan kita mungkin merasa tidak nyaman minta 
dipeluk dan memeluk. Kita mungkin pernah digoda sebagai "si anak manja" jika 
sering memeluk atau dipeluk Ayah, Ibu atau saudara kandung kita. Dan jadilah 
kita atau remaja-remaja kita saat ini, tumbuh dengan kekurangan energi pelukan.

Bisa jadi, kekurangan energi pelukan ini adalah termasuk salah satu faktor yang 
menyebabkan maraknya kasus ketidakstabilan emosi manusia seperti yang terjadi 
belakangan ini: tingginya angka kriminalitas dan narkoba pada golongan anak dan 
remaja, kesurupan di berbagai sekolah dan sebagainya.

Dan bisa jadi, sesungguhnya solusi untuk mengurangi berbagai permasalahan itu 
sebenarnya sederhana saja: Pemberian pelukan kasih sayang yang banyak kepada 
anak-anak dari orang tuanya. Bukankah Rasulullah sangat gemar memeluk isteri, 
anak, cucu, dan bahkan anak-anak kecil di lingkungannya dengan pelukan kasih 
sayang? Bahkan pernah ada satu kisah ketika Rasulullah mencium dan memeluk 
cucunya, seorang sahabat menyatakan bahwa hingga ia punya 10 orang anak, tak 
satu pun yang pernah ia curahi dengan peluk cium.

Rasulullah saat itu berkomentar, "Sungguh orang yang tidak mau menyayang 
(sesamanya), maka dia tidak akan disayang." (riwayat Al-Bukhari)

Rasanya, sudah sangat cukup alasan bagi saya, untuk mencurahi anak saya nanti 
dengan pelukan kasih sayang. Insya Allah!._,___ 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke