Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,

 

Saya setju dengan pendapat akhi / ukhti Assifa PA

 

Di daerah saya ( Citeureup Bogor jawa barat ) malah ada warung yang
menjual Jamu ( katanya sebagai obat dan kesehatan )

Dengan bahan baku janin Rusa/kijang yang direndam dengan rempah2 dan
alcohol. ( katanya telah 20 tahun )

Dan acara ini telah beberapakali diliput Trans TV Terakhir hari sabtu
atau minggu 13-14 jan 07

 

Warung jamu ini telah ada semenjak saya kecil 20 tahunan lebih , dan
telah memiliki 6-7 cabang di bogor dan sekitarnya

 

Yang saya ketahui, karena kebetulan dekat rumah saya, janin kijang
tersebut direndam dengan alcohol konsentrasi tinggi dan ginseng

Makanya hanya diperbolehkan 2 hari sekali ( kata pemiliknya )
alhamdulillah saya belum pernah dan tidak akan mencobanya, insyaallah.

 

Sama saja kita meminum alcohol dan air rendaman bangkai,

 

Kenapa malah ditayangkan Trans TV dan mengajari umat hal yang dilarang
oleh Agama islam.

 

 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,

adi

________________________________

From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of ASSIFA PA
Sent: Tuesday, January 16, 2007 9:56 AM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Acara Trans TV

 

Assalamualaikum wr wb.
Seringkali kuamati acara Sentuhan Qalbu di Trans TV. Ada sesuatu yang
aneh menurutku. Pagi ini, tgl 16 Januari 2007 acara tersebut membahas
masalah makanan yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular termasuk darah
dan empedunya, kalong, biawak dan sejenisnya. Campurannya adalah arak
dan dianggap sebagai obat. Permasalahannya adalah dari narasi dan orang
- orang yg dimintai pendapat samasekali tidak berkompeten terhadap
masalah halal - haram. Jadi sepertinya acara tersebut seperti mirip
sosialisasi terhadap masyarakat luas agar semakin kabur dan bingung.
Bisa dibayangkan seorang Tora Sudiro, Virni Ismail dan Sogi dimintai
pendapatnya mengenai urusan ini. Simpang siur dan cenderung tak
berdasar. Parahnya lagi, seorang pakar dari MUI (lupa namanya)
memberikan keterangan yang juga cukup menggelikan, "Urusan seperti
makanan ini menunggu orang bertanya dulu baru keluar fatwa. Bahwa fatwa
memang keluar setelah diperlukan/ditanyakan" Nah, rasanya konsep seperti
"me! nunggu pertanyaan" ini harusnya bisa dirubah menjadi jemput bola.
Di masyarakat sudah terjadi, spanduknya penjualnya berkibar disekitar
kita dan kita tidak memperoleh kejelasan dalam menjawab pertanyaan anak
yg memang sedang lagi hobi bertanya. Mumet juga.

Mungkin di milis ini ada yg bisa berbicara kepada pihak Trans TV atau
MUI tentang urusan sejenis ini. Kalo ke Trans TV, mungkin pertanyaannya
mengarah ke maksud mereka sebenarnya apa. Bisa jadi keadaan ini hanya
terjadi di diriku saja, maka dari itu untuk anggota milis yg sudah faham
mohon menjelaskannya padaku.

Wassalam
Assifa PA___ 

[Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke