Wa'alaykummusallam.

 

Silahkan menyimak tulisan dibawah ini...

 

Wasallam.

 

 

 

 

 

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan 
mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap 
kesesatan yang telah menguasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka 
Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa: 115)

 

TELITI SEBELUM MENIRU

 

Apakah anda ikut merayakan Tahun Baru Masehi?  Turut merayakan Imlek? Atau bagi 
kaum remaja, apakah anda merayakan Valentine's Day?

 

Kalau anda turut merayakan itu semua, baik keseluruhan maupun salah satunya, 
maka hindarkanlah hal tsb. sejak saat ini.  Mengapa? 

 

Baiklah kita kupas secara singkat mengapa kita tidak perlu mengikuti 
perayaan-perayaan tsb. 

 

DALIL YANG BENAR

 

Pertama-tama yang perlu kita ketahui adalah dalil larangan untuk mengikuti 
perayaan-perayaan yang merupakan bagian dari perayaan kaum kuffar (orang-orang 
kafir).

 

Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi 
kalian." (QS. Al-Ahzab: 21)

 

"Dan ikutilah dia (Muhammad), agar kalian mendapat petunjuk." (QS. Al-A'raf: 
158)

 

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa 
cobaan atau ditimpa azab yang pedih." (QS. An-Nur: 63)

 

Rasulullah bersabda: "Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia bagian dari kaum 
itu." (HR. At-Tirmidzi). 

 

Dari beberapa dalil di atas maka kita peroleh bahwa dalam melakukan berbagai 
kegiatan hendaknya kita berhati-hati.  Bahkan khusus di dalam masalah ibadah, 
maka sebagai umat Islam kita harus berpegang teguh pada petunjuk Allah SWT dan 
Rasul-Nya.  Bila tidak ada perintah dari Allah SWT maupun contoh dari 
Rasulullah SAW maka meninggalkannya jelas lebih baik.  Jadi, walaupun yang kita 
lakukan adalah nampak ibadah (sholat, dzikir, puasa dan lain-lain), namun bila 
tidak dilakukan  pada waktu, tempat dan tata cara yang dicontohkan Rasulullah, 
maka ibadah yang dibuat-buat  tersebut adalah bid'ah yang berarti  ditolak oleh 
Allah dan beresiko terjebak dalam kesesatan. 

 

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah 
Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan 
seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan 
adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke 
neraka." (HR. Muslim)

 

Oleh karenanya kita tidak boleh asal meniru dari guru-guru  atau orang-orang 
lain tanpa kita pelajari dalilnya.  

 

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan 
tentangnya..."  (QS. Al-Isra:36)

 

Sebaliknya, bila kegiatan yang dilakukan bukanlah kegiatan ibadah maka 
dipersilahkan kita melakukannya sampai ada dalil yang melarangnya. Namun kita 
harus tetap  berhati-hati termasuk dalam kehidupan bertetangga atau 
bermasyarakat, jangan sampai kita melakukan kegiatan yang ternyata terkait 
dengan agama lain atau kepercayaan lainnya.

 

BERBAGAI PERAYAAN

 

Banyak di antara umat Islam yang karena ketidaktahuannya ataupun demi 
toleransinya terhadap teman kemudian ikut-ikutan merayakan atau pun sekedar 
mengucapkan, "Selamat," kepada orang-orang yang merayakan hari besar agamanya.  
Memang nyatanya ada orang-orang yang tidak tahu bahwa sebuah  perayaan ternyata 
terkait dengan suatu agama atau kepercayaan tertentu.  Namun adapula yang tahu 
tapi beranggapan hal itu tidak masalah sepanjang ia tidak berniat murtad dari 
agama Islam.  Yang berpandangan demikian hendaknya mengambil tindakan 
berhati-hati dan meninggalkan yang syubhat (meragukan) karena demikianlah 
perintah Nabi.

 

"Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat 
hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak 
diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal 
musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, 
barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di 
sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah 
bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah 
larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam 
tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; 
dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. 
Ketahuilah, dia itu adalah hati." (HR. Al Bukhari)

 

Kini kita mencoba untuk meneliti secara singkat latar belakang dari beberapa 
perayaan yang ada dan popular di masyarakat kita. 

 

Perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. 

Terkadang ada umat Islam yang turut bergembira bersama umat Kristen merayakan 
Hari Natal 25 Desember (atau bagi sebagian umat Kristen lainnya di tanggal 6 
Januari) yaitu dalam rangka memperingati hari kelahiran Yesus Kristus, yaitu 
'anak tuhan' dalam kepercayaan mereka, walaupun sesungguhnya tidak pernah 
diketahui tanggal dan tahun kelahirannya.  Sedangkan Perayaan Tahun Baru Masehi 
tanggal 1 Januari saat ini terkait dengan penanggalan Gregorian dimana tahun 1 
dianggap tahun kelahiran Yesus.  Tahun masehi berasal dari terjemahan bebas AD 
(Anno Domini), artinya tahun tuhan. Karena terminologi ini berasal dari 
cendikiawan gereja katolik yang disahkan oleh kaisar romawi, yang pada saat itu 
merangkap sebagai paus (pemimpin agama katolik), maka maksud kata' tuhan' dalam 
terminologi AD tersebut adalah manusia Yesus yang dipercaya sebagai tuhan.  
Orang Kristen biasa merayakannya dengan beribadah di gereja.

 

Perayaan Valentine's Day. 

Diperingati sebagai hari kasih sayang untuk memperingati hari kematian St. 
Valentine seorang pemimpin agama Katolik yang menentang kebijakan Raja Claudius 
II sekitar tahun 270 masehi yaitu berupa  larangan bagi prajuritnya untuk 
menikah agar lebih agresif. Hari ia dihukum mati tanggal 14 Februari  dikenang 
oleh banyak orang dan Paus Galasius I pun meresmikannya menjadi salah satu hari 
perayaan gereja. Biasanya perayaan ini diisi dengan kemaksiatan seperti 
kencan/pergaulan bebas, minuman keras atau  hura-hura.

 

Perayaan Imlek.

Perayaan ini terkait dengan budaya masyarakat Cina dalam merayakan tahun 
barunya. Diiringi dengan mitos tentang binatang 'Nian' yang jahat dan meminta 
korban setiap tahun, ternyata ia takut suara letusan cambuk, baju merah dan 
cahaya terang. Demikianlah suasana pesta Imlek dirayakan dengan mercon, warna 
merah dan lampion di Vihara Budha.

 

Perayaan 1 Suro.

Perayaan ini terkait dengan budaya masyarakat  Jawa Hindu di masa lalu yang 
memperingati tahun baru Çaka (Aji Saka) yang waktunya hampir bertepatan dengan 
1 Muharram.  Biasanya diisi dengan kegiatan melarung sesaji kepala kerbau, 
mencuci keris, rebutan makanan gunungan yang diyakini bertuah dan sebagainya.

 

Dan masih banyak perayaan lainnya baik yang murni milik agama lain, percampuran 
Hindu dan Islam seperti misalnya acara tahlilan kematian dan  juga yang 
bercorak ke-Islaman seperti Lebaran Anak Yatim yang namun demikian tidak 
memiliki dasar yang kuat.

 

Dengan melihat  berbagai penjelasan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa 
perayaan-perayaan tersebut telah menyelisihi atau tidak sesuai dengan apa yang 
telah diajarkan dalam Islam.  

 

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan 
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah 
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti 
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan 
tidak mendapat petunjuk?"   (QS. Al-Baqoroh: 170)

 

Dengan berpegang pada prinsip kehati-hatian  atau sadd al-dzara'ah maka sudah 
sewajarnya kita meninggalkan saja berbagai perayaan yang jauh dari ajaran Islam 
- tentunya termasuk ucapan-ucapan yang mendukungnya -  terlebih apabila 
perayaan itu bersifat milik agama lain, bid'ah, hura-hura, melalaikan ibadah, 
atau bahkan penuh maksiat dan juga kemusyrikan yang akan menodai aqidah 
keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

 

Wallahu a'lam bishshowab. (Abu Faiz al-Jumy)

 

 

 

 

  _____  

From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Bobby 
Setyawan
Sent: Wednesday, February 14, 2007 10:03 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] bolehkap mengucapkan gong xi fat chai

 

Assalamu'alaiukm

Bagaiman hukumnya mengucapkan gong xi fat cai? apakah MUI juga tlh mengeluarkan 
fatwa ttg ini...

Mohon sharingnya

wassalam

---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to