http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=282908&kat_id=16
Republika
Jumat, 16 Februari 2007
 
Islam di Akhir Sejarah 

Nurfarid 
Mahasiswa El Azhar University of New Damietta, Mesir
 
Setelah berahirnya perang dingin, keluarlah Amerika dan sekutunya (Barat) 
sebagai pemenang dan pengendali tunggal dunia. Sejak itu para pemikir Barat 
maupun non-Barat sibuk mencari hipotesa tentang bagaimana kelanjutan dari 
episode sejarah perjalanan umat manusia.
 
Adalah Francis Fukuyama, seorang ilmuwan berpengaruh di Barat melontarkan 
pemikirannya dalam artikel di jurnal Interest 1989 yang berjudul The End of 
History? Ia mengatakan bahwa setelah Barat menemukan rival ideologinya, monarki 
herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang 
luar biasa terhadap demoktrasi liberal. Ia berpendapat bahawa demokrasi liberal 
adalah semacam titik akhir dari sebuah evolusi ideologi atau bentuk final dari 
bentuk pemerintahan. 
 
Dalam hal ini Fukuyama sepertinya mamaksakan bangsa-bangsa non-Barat untuk 
mengikuti jejak langkah Barat dan menagdopsi demokrasi liberal sebagai ideologi 
negara.
Tesis Fukuyama ini banyak dikritik para pemikir. Kritik mereka didasarkan pada 
adanya dua kubu peradaban Barat yang keduanya ingin menjadi super power in the 
word, Amerika dan Eropa. Salah satu insiden yang menimbulkan gap di antara 
mereka adalah invasi AS atas Irak. Sehingga Thomas L Friedman dan Jonh Bilt (PM 
Swedia) bertanya, inikah akhir peradaban Barat? Begitu juga dengan Charlest A 
Kupchan, mengatakan bahwa perang peradaban mendatang terjadi antara Amerika dan 
Eropa.
 
Islam dan Barat
Berbeda dengan Fukuyama, Bernad Lewis melalui artikelnya yang berjudul The 
Roots of Muslim Rag membuat suatu paradigma bahwa setelah berahirnya perang 
dingin, Barat membutuhkan musuh baru yang akan menggantikan posisi komunis. 
Kemudian tentang siapa musuh barunya itu ia membahasnya dalam buku populer 
'Islam and the West'. Sehingga dari sanalah muncul apa yang ia istilahkannya 
dengan benturan peradaban.
 
Gagasan Lewis ini diikuti muridnya, Huntington, dalam bukunya 'The Clash of 
Civization' and 'The Remaking and World Order'. Ia menuliskan bahwa Islam 
adalah satu-satunya peradaban yang pernah membuat Barat tidak merasa aman. 
Kemudian dia meneruskan pemikirannya ini dalam bukunya 'Who Are We?' Di sini Ia 
lebih jelas lagi memvonis Islam sebagai musuh Barat menggantikan posisi 
komunis. 
Bahkan Petrick J Buchanan dalam artikelnya 'Is Islam an Enemy the United 
States?' ia menulis bahwa bagi sebagian orang Amerika yang mencari musuh baru 
untuk uji coba kekuasaan setelah runtuhnya komunis, Islam adalah pilihannya. 
Fenomena mutakhir seperti serangan WTC, invasi AS atas Afganistan, Irak, dan 
Somalia, dukunan AS atas Israel, tekanan AS atas Iran, insiden karikatur Nabi 
Muhammad SAW, seolah-olah membenarkan rumusan Lewis dan Huntington tentang 
benturan peradaban. 
 
Bernad Lewis dan Huntington adalah ilmuwan Barat yang tak bersahabat dengan 
Islam. Merekalah yang sebenarnya mengompori panasnya hubungan Barat dan Islam. 
Berbagai mitologi dan demonologi terus dikembangkan seperti Islamic threat 
(ancaman Islam), Islamic peril (bahaya Islam), Islamic bomb dan sebagainya.
Islam is never die

Francis Fukuyama, Bernad Lewis, Samuel P Huntington dan para pemikir Barat 
lainnya yang paranoid terhadap Islam harus menengok kembali sejarah perjalanan 
umat manusia bahwa setiap peradaban memiliki batas waktunya dan setiap umat 
memiliki umurnya. Dalam hidup ini berlaku hukum alam yang tidak dapat 
dihindari, dielakkan dan diubah oleh akal serta tangan manusia, termasuk siklus 
kejayaan dan kehancuran suatu peradaban manusia. Arnold Toynbee sorang 
sejarawan Barat mengatakan bahwa di bumi ini telah ada sekitar 21 peradaban 
umat manusia yang jatuh secara silih berganti 
Kalo Fukuyama mengatakan bahwa the end of history adalah peradaban Barat, maka 
penulis sendiri lebih yakin bahwa the end of history adalah peradaban Islam. 
Darimana kita tau itu, sedangkan Islam sendiri di abad modern ini belum 
memberikan karyanya yang khas yang menunjukan bahwa Islam akan bangkit dan 
menjadi akhir bagi sejarah peradaban umat manusia? 
 
Setidaknya ada tiga alasan yang penulis jadikan sebagai sandaran. Pertama, 
pesan Rabbani, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di 
antara manusia " (QS 3:140). Sepanjang sejarah, telah banyak yang berkuasa dan 
tidak satupun yang kekal. Sekarang, di mana peradaban Romawi? Tak ada bekasnya 
selain bangunan-bangunan kuno dan arsitek-arsitek material. Di mana peradaban 
Yunani? Musnah, tak mewariskan apapun selain filsafat nonesensial dan budaya 
paganisme. Di mana Peradaban Persia? Mati, Tak meninggalkan apa-apa selain 
cerita-cerita kuno. Dimana Uni Soviet dan komunisnya? Runtuh dan luluh. 
Semuanya mati dan hancur kecuali satu, umat Islam.
 
Kedua, pesan Nabawi. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Qubail, Abdullah Ibnu 
'Ash berkata, "Ketika kami duduk bersama Rasullah SAW, apabila ia ditanya kota 
manakah yang akan pertama kali dibuka, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW 
menjawab, Konstantinopel yang akan pertama kali dibuka, kemudian Roma." Hadits 
ini menerangkan kepada kita bahwa para sahabat sebenarnya sudah mengetahui 
bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibuka, tapi mereka ingin mengetahui mana 
yang akan pertama kali dibuka. 
 
Ini adalah kabar gembira dari Rasulullah SAW yang pasti benar adanya. Sehingga 
pada tahun 1453 M Konstantinopel dapat dibuka oleh Sultan Muhammad Alfaatih. 
Tinggal satu imperium lagi yaitu Roma. Dan sebenarnya seketika itu juga Al 
Faatih telah menyiapkan pasukan untuk menyambut dan menyempurnakan kabar 
gembira dari Nabi SAW membuka Roma, tapi itu belum tercapai. Ini adalah 
kehendak Allah SWT agar tersisa amal/tugas bagi kita untuk membukanya. 
Ada sebgian ulama yang berpendapat bahwa arti dari kata Rumiyyah di sana bukan 
Roma ibu kota Italia sekarang, tapi yang diingikan adalah makna majazinya yaitu 
imperium Barat khususnya Amerika. 
 
Ketiga, adanya sinyal-sinyal keruntuhan peradaban barat. Hal ini bisa dilihat 
dari beberapa hal seperti terjadinya krisis moral dan kehampaan spiritual 
masyarakat Barat. Selain itu juga muncul paradok peradaban Barat dalam 
menetapkan kebijakan luar negerinya dengan menggunakan politik double standar. 
Inilah yang menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dari dunia international. 
Barat juga sudah tidak pantas lagi memimpin umat manusia, karena mereka sudah 
lalai untuk bersikap persuasif, akomodatif, adil dan menjadi problem slover.
 
Barat terlalu angkuh dan sombong dengan kemajuan yang mereka capai baik dalam 
bidang ilmu dan teknologi, ekonomi, militer dan sebagainya, sehingga mereka 
merasa kuat dan tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan mereka. 
"Adapun kaum 'Aad mereka menyombongkan diri di muka bumi tampa (mengindahkan) 
kebenaran dan mereka berkata sipakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami. 
Tidakkah mereka memperhatikan Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat 
kekuaatan-Nya dari mereka." (QS 41:15).
 
Dari ketiga alasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kini 
peradaban Barat sedang menggelinding ke tepi jurang kehancuran sebagai akibat 
dari kelalaian, kesombongan dan kerusakan yang mereka jalankan. Munawar AM 
mengibaratkanya seperti menara gading atau bangunan kokoh yang perlahan tapi 
pasti, rayap-rayap sedang berkerumun menggerogoti tiang-tiang penyangganya. 
Begitu juga Bernard Shaw pernah mengatakan, "Romawi runtuh, Babylon runtuh, 
kini tiba giliran Amerika."
 
Di balik itu, arus kebangkitan Islam sudah menemukan momentumnya. Kini umat 
Islam sedang berjalan menuju kebangkitan peradaban Islam yang sudah diduga oleh 
dunia intelektual akan mengancam eksistensi peradaban Barat. Walaupun Barat 
berusaha semaksimal mungkin untuk membendung arus kebangkitan itu dengan 
berbagai strategi jahatnya seperti politik double standar, mitologi dan 
deminologi, paradigma kotor, dan propaganda jahat, juga invasi invasi Islam tak 
akan pernah mati. 
 
Ikhtisar
- Tesis Francis Fukuyama bahwa demokrasi liberal adalah bentuk akhir 
pemerintahan, menjadi tergoyahkan saat belakangan muncul rivalitas antara Eropa 
dan Amerika.
- Yang kini terjadi adalah benturan peradaban antara Barat dengan Islam.
- Arogansi Barat, bisa menjadi salah satu pertanda buruk bagi nasib peradaban 
tersebut.
- Peradaban Islam memiliki potensi yang sangat kuat untuk memimpin peradaban 
manusia di akhir sejarah.
© 2006 Hak Cipta oleh Republika Online

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke