Iya Pak, dimaafkan kok....
hahahaha.... aku jadi mo ketawa.... afwan ya Pak...

comment pertama yang Bapak kirim, aku juga dah tau kok klo
maksud Bapak :
"Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan 
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda."
cuma lagi salah ketik aja karena buru2, ya kan Pak...?

tenang aja Pak, aku selalu berhusnudzon kok sama saudara
sesama Muslim.... n insya Allah saudara2 kita di sini juga begitu...

 
 

Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] wrote:                                  Aduh 
mohon maaf, seharusnya kata 'nggak' dihapus... :) 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 
 
 
 
 "Fajar H. Cahyono" <[EMAIL PROTECTED]>  
 03/21/2007 02:30 PM 
 
 To 
 <Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]> 
 cc 
 
 Subject 
 RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 
 
 
 
 
 Dimana letak ralatnya pak…. ??? 
   
 
 From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]  
 On Behalf Of Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Wednesday, March 21, 2007 1:33 PM 
 To: Media Dakwah 
 Subject: Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
   
 Ralat: 
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 
 
 Seharusnya: 
 Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak  
 akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
 03/21/2007 10:37 AM 
 
 To 
 
 cc 
 
 Subject 
 Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 Subhannallah... 
 
 Mungkin ini bagian dari rahasia sedekah yang selama ini belom kita sadari. 
 
 Salam, 
 Akmal H 
 
 Ica Harahap <[EMAIL PROTECTED]>  
 Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
 03/21/2007 09:25 AM 
 
 To 
 Media Dakwah <media-dakwah@yahoogroups.com> 
 cc 
 
 Subject 
 [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 
 
 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 16 Mar 07 08:58 WIB 
 
 Oleh Denny Hermawan 
 
 Senin, 12 Maret 2007, Dukuh-Atas Hari itu, sama seperti hari-hari  
 biasanya. Kepulangan ku menuju rumah di bilangan bintaro, tangerang,  
 terpaksa tertunda. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya kereta api ekspres  
 
 
 jurusan serpong, hingga aku pun bergumam, "Ah.dasar Indonesia. Mana ada  
 sih transportasi yang on-time." 
 
 18. 45 WIB Tiga puluh delapan menit berlalu sudah dari yang seharusnya  
 kereta api itu telah sampai di tempatku berdiri saat ini. Pemandangan  
 stasiun kali itu terllihat lebih lengang, tidak 'sesumpek' biasanya. Ada  
 kemungkinan sebagian besar penumpang telah terangkut di pemberangkatan  
 sebelumnya, pukul 18. 05. "Yah..gak apa-lah. Telat-telat juga, yang  
 penting aku berpeluang mendapat duduk di kereta ekspres pemberangkatan  
 terakhir itu... ", dan aku pun menunggu kembali. 
 
 18. 48 WIB "Duhh... Lapar", tiba-tiba saja desakan organ-organ lambungku  
 yang sudah setengah hari ini belum mendapat suplai makanan, memaksa mataku  
 
 
 untuk memandang ke sekeliling stasiun, mencari tempat-tempat yang  
 menyediakan penganan ringan, "Hmm.uangku terbatas nih. Beli apa ya?"  
 Kebingunganku di dalam memilih makanan saat itu sebenarnya didasari oleh  
 konsep hidupku. Akhir-akhir ini aku sedang berusaha untuk disiplin di  
 dalam berbagai hal, termasuk masalah pengeluaran uang. Budget-ku pada hari  
 
 
 itu tinggal-lah ongkos untuk pulang 'plus' seribu-dua ribu yang dapat aku  
 gunakan untuk jajan cemilan (walau aku juga membawa uang lebih untuk  
 keperluanyanglain, tapi aku berusaha untuk tidak menggunakannya).  
 Karenanya, aku mencoba mencari makanan dengan harga yang sesuai. 
 
 "Eh ada keripik pedas tuh!", sebuah cemilan cekung berwarna merah yang  
 terpampang di sudut kiri atas etalase sebuah warung kecil, telah mencuri  
 hatiku untuk mendekatinya. Aku yakin bahwa harganya pastilah tidak  
 terlampau mahal, karena dari ukuran bungkusannya pun juga kecil. Dan benar  
 
 
 saja, dengan berbekal uang Rp 1500; sekantong kecil keripik pedas 'plus'  
 segelas air mineral telah berpindah ke tanganku. Maka tak lama kemudian,  
 sekeping-dua keping keripik pedas dan beberapa seruputan air mineral  
 perlahan mulai masuk ke dalam mulutku, berayun dan berhimpitan didalamnya  
 disebabkan oleh gencarnya gigi dan lidah-ku mencengkramnya.  
 "Ahh.alhamdulillah.nikmatnya " 
 
 18. 50 WIB "Kepada para penumpang kereta api ekspres jurusan serpong, di  
 informasikan bahwa kereta api masih terhambat di stasiun manggarai. Kereta  
 
 
 sedang dalam perbaikan AC. Kami mohon maaf atas keterlambatan ini dan  
 kepada para penumpang diharap untuk bersabar." Sebuah pengumuman keras  
 melalui speaker stasiun mengusik keasyikan prosesi 'ngemil' yang sedang  
 kujalani. Ya, sekali lagi aku harus sabar menunggu. Karena untuk berpindah  
 
 
 ke jenis kendaraan lain aku harus menggunakan jalur bis Blok M - Bintaro  
 yang justru akan memakan waktu lebih lama lagi, sekitar 2x waktu  
 perjalanan menggunakan kereta api. 
 
 Maka aku pun kembali melanjutkan aktivitas ngemilku, sambil sesekali  
 menengok kekiri dan kekanan, sekedar melihat suasana sekeliling. "Tetap  
 sepi", bisikku pada diri sendiri. "Hmm.asyik juga untuk merenung nih,  
 sambil....", belum selesai ku keluarkan bisikan-bisikan kecilku, aku  
 tertegun pada sebuah sosok yang berada tidak jauh dari posisiku. Seorang  
 remaja tanggung dengan usia sekitar 10 - 12 tahun, terduduk dan tertunduk  
 sambil memainkan kaki tanpa alasnya di atas aspal statisiun. 
 
 Aku bukannya tidak tahu sama sekali akan kehadirannya. Sebelum terduduk di  
 
 
 kursi panjang tempatku bersantai saat itupun, aku sudah tahu bahwa ada  
 orang di sampingku. Namun yang aku kritisi ialah aku tidak memperhatikan  
 dengan jelas siapa orang itu, dan lagi aku hanya asyik makan dan minum  
 sendiri sementara disebelahku ada orang lain, yang bila kutebak, keadaanya  
 
 
 tidak lebih baik dariku (saat itu). Ia adalah seorang penyapu kereta, ini  
 terlihat dari tangan kirinya yang memegang sapu bertangkai rendah. 
 
 Dengan sehelai baju tipis dan celana pendek selutut yang melekat di  
 tubuhnya, ia terlihat kuyu dan agak lemas. Barangkali pada sore itu ia  
 belum makan dan ini sangat mungkin sekali. Baginya, barangkali penghasilan  
 
 
 yang didapat masih lebih baik ditabung untuk keperluan di rumahnya  
 ketimbang membeli makanan, yang sepertinya ia masih dapat menahan rasa  
 laparnya 
 
 Dan akupun bermaksud mengambil kembali penganan, persis seperti apa yang  
 kubeli sebelumnya di warung yang tidak jauh posisi dudukku saat itu, untuk  
 
 
 diberikan kepada pemuda tanggung itu. Namun sebelum aku bertindak, sebuah  
 keraguan datang menghampiri, "Wah.kalau aku membelikan untuknya, aku harus  
 
 
 keluar uang lagi dong. Seribu lima ratus memang bukan uang yang terlalu  
 besar sih. Tapi, aku kan sudah janji untuk disiplin dengan budget harian  
 ku. Hmm.bagaimana ya?" 
 
 Aku sempat bingung untuk melangkah, apakah memilih disiplin terhadap  
 budgetku, atau memberi kepada tukang sapu kereta itu. Namun pada akhirnya  
 aku tak kuasa menahan gerak tangan kananku, yang sejurus kemudian telah  
 memegang sekantong keripik pedas dan air mineral, persis seperti apa yang  
 kubeli beberapa saat yang lalu. "Hmm..gak apa deh deh. Toh gak setiap saat  
 
 
 aku mendapatkan kesempatan memberi 'sesuatu' pada orang-orang sepertinya,  
 walau konsekuensinya sih, aku harus mengurangi budgetku hari esok  
 dikarenakan telah digunakan hari ini. Bismillah... " 
 
 Ucapan basmalah mengiringi perpindahan 'snack' yang kubeli untuk  
 keduakalinya itu, menuju tadahan tangannya. Persis seperti yang kukira, ia  
 
 
 tidak menolak dan langsung menerima pemberianku. Setelah mengucapkan  
 terima kasih, ia memulai untuk mencoba menikmati rezeki Allah sore itu.  
 Tangan kanan dan mulutnya sibuk berkoordinasi antara mengambil dan  
 menyantap penganan keripik dan air mineral itu, sambil sesekali tangannya  
 menyeka keringat yang mulai mengucur membasuhi kening dan mukanya.  
 "Ahh.Subhanallah. Jadikan makan itu barakah baginya ya Allah... ", rasa  
 haru dan suka menyeruak di hatiku, seiring datangnya kesejukan di jiwa  
 tatkala melihat pemandangan yang jarang aku dapatkan itu, "Ya Allah...ia  
 begitu menikmatinya" 
 
 18. 52 WIB "Diberitahukan kepada para calon penumpang kereta api serpong  
 ekspres, anda dipersilahkan menukar karcis kereta ekspres anda dengan  
 karcis kereta ekonomi. Silahkan naik ke loket 1." Sekali lagi, pengumuman  
 dari moncong pengeras suara stasiun kereta api menghardik aktivitas  
 menungguku, namun kali ini dengan sedikit kernyitan didahi, "Apa... Apa  
 maksud pengumuman tadi? Apakah pemberangkatan di batalkan, atau ada  
 pergantian jenis kereta? Tapi.kalau harus naik kereta ekonomi, aku..aku.."  
 
 
 Rasa penasaran yang masih berkecamuk sengaja kubiarkan sembari mencari  
 info diloket 1 yang dimaksud. Mengenai kereta ekonomi, setahuku memang ada  
 
 
 1 pemberangkatan kereta ekonomi jurusan serpong, namun itupun masih harus  
 menunggu sekitar 1 jam lagi (pemberangkatan pukul 19. 45, dan itupun belum  
 
 
 terhitung waktu telatnya). Selain itu, perjalanan menggunakan kereta  
 ekonomi dimalam hari memang menjadi pertimbangan khusus bagiku, lebih pada  
 
 
 hal 'keamanan'. Maka dari itu, aku lebih memilih 
 menggunakan kereta ekspres walau tarifnya lebih mahal 
 
 "Maaf pak, ini bagaimana jadinya? Kami harus berganti kereta ekonomi?",  
 Pertanyaan inti langsung kuungkapkan kepada petugas loket 1 begitu aku  
 tiba di sana 
 "Oh.nggak, bukan begitu. Kami mohon maaf sebelumnya karena kereta ekspres  
 jurusan serpong, ACnya belum bisa diperbaiki. Namun begitu, kereta  
 tersebut masih bisa dijalankan, walau tanpa fasilitas AC. Jadi bapak dan  
 penumpang lainnya kami kenakan tarif kereta ekonomi untuk pemberangkatan  
 kali ini" 
 "Hah... Benarkah ini?!", keterkejutan di hatiku menggumpal begitu saja  
 tatkala mendengar kabar yang baru saja masuk ke telingaku. Aku memiliki  
 alasan untuk bersikap demikian. Pertama, ini adalah pertamakalinya aku  
 bisa menaiki kereta ekspres dengan tarif ekonomi, walau tanpa AC. Dan  
 bagiku itu tidak terlalu bermasalah, mengingat perjalanan menuju rumahku  
 hanya memakan waktu sekitar 40 - 60 menit. Dan yang kedua, ini yang  
 menjadi ketakjubanku, aku UNTUNG!  
 kalau dihitung dari angka, perubahan tarif kereta ekspres menuju ekonomi  
 menghasilkan selisih Rp 6. 500; dan apabila dikurangi pengeluaranku untuk  
 pemuda tukang sapu tadi (Rp 1. 500;) maka aku masih mendapatkan Rp 5. 000;  
 
 
 Itu baru dari segi angka. Dari sisi waktu, aku masih lebih beruntung  
 karena tidak harus berganti tujuan menuju blok M, yang pastinya memakan  
 waktu lebih lama lagi. 
 
 "Subhanallah... Allahu Akbar... ", aku kembali tertegun membayangkan semua  
 
 
 ini, sembari berusaha mempercayai apa yang baru saja terjadi. 
 "Ya Allah.pembalasanMu Engkau realisasikan saat itu juga. Padahal,  
 sejujurnya aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Aku tak pernah  
 mengira bahwa uang yang ku keluarkan tadi, yang kugunakan untuk makan  
 kecil pemuda itu, yang aku tidak berharap apa-apa darinya, Engkau balas  
 berlipat-lipat, dan terjadi saat itu juga... Tanpa pernah aku menduganya.  
 Terima kasih ya Allah... Alhamdulillah hirabbil 'alamiin." 
 
 Malam itu menjadi malam yang berkesan dan bermakna bagiku. Semoga, kesan  
 dan makna itu juga dapat melekat & mengilhami kepada para pembaca, untuk  
 tetap percaya kepada janji-janji yang telah Ia berikan dan istiqomah di  
 jalanNya. Amiin... 
 
 "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik  
 (menafkahkah hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan  
 pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah  
 menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan"  
 
 
 (QS 2: 245) 
 
 http://www.eramuslim.com/atk/oim/45f9180b.htm 
 
 --------------------------------- 
 Be a PS3 game guru. 
 Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo!  
 Games. 
 
 [Non-text portions of this message have been removed] 
 
 [Non-text portions of this message have been removed] 
 
 [Non-text portions of this message have been removed] 
   
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
     
                       

 
---------------------------------
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke