Iya Pak Ica, nulisnya buru-buru.. takut ketinggalan kereta... :)

saya pernah dengar sifat buru-buru itu temannya setan apa iya Pak?

Salam,
Akmal H





Ica Harahap <[EMAIL PROTECTED]> 
03/21/2007 02:59 PM

To
Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]
cc
Media Dakwah <media-dakwah@yahoogroups.com>
Subject
RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api






Iya Pak, dimaafkan kok....
hahahaha.... aku jadi mo ketawa.... afwan ya Pak...

comment pertama yang Bapak kirim, aku juga dah tau kok klo
maksud Bapak :
"Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan 
akan kembali dengan jumlah berlipat ganda."
cuma lagi salah ketik aja karena buru2, ya kan Pak...?

tenang aja Pak, aku selalu berhusnudzon kok sama saudara
sesama Muslim.... n insya Allah saudara2 kita di sini juga begitu...

 


Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] wrote:
Aduh mohon maaf, seharusnya kata 'nggak' dihapus... :) 

Salam, 
Akmal H 





"Fajar H. Cahyono" <[EMAIL PROTECTED]> 
03/21/2007 02:30 PM 

To 
<Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED]> 
cc 

Subject 
RE: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 






Dimana letak ralatnya pak…. ??? 


From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
On Behalf Of Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, March 21, 2007 1:33 PM 
To: Media Dakwah 
Subject: Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 

Ralat: 
Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak 
akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 

Seharusnya: 
Cerita ini makin meyakinkan kita bahwa rezeki yang kita keluarkan nggak 
akan kembali dengan jumlah berlipat ganda. 

Salam, 
Akmal H 

Akmal_Hasan/[EMAIL PROTECTED] 
Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
03/21/2007 10:37 AM 

To 

cc 

Subject 
Re: [media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 

Subhannallah... 

Mungkin ini bagian dari rahasia sedekah yang selama ini belom kita sadari. 


Salam, 
Akmal H 

Ica Harahap <[EMAIL PROTECTED]> 
Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com 
03/21/2007 09:25 AM 

To 
Media Dakwah <media-dakwah@yahoogroups.com> 
cc 

Subject 
[media-dakwah] 'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 

'Pembalasan' di Stasiun Kereta Api 16 Mar 07 08:58 WIB 

Oleh Denny Hermawan 

Senin, 12 Maret 2007, Dukuh-Atas Hari itu, sama seperti hari-hari 
biasanya. Kepulangan ku menuju rumah di bilangan bintaro, tangerang, 
terpaksa tertunda. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya kereta api ekspres 



jurusan serpong, hingga aku pun bergumam, "Ah.dasar Indonesia. Mana ada 
sih transportasi yang on-time." 

18. 45 WIB Tiga puluh delapan menit berlalu sudah dari yang seharusnya 
kereta api itu telah sampai di tempatku berdiri saat ini. Pemandangan 
stasiun kali itu terllihat lebih lengang, tidak 'sesumpek' biasanya. Ada 
kemungkinan sebagian besar penumpang telah terangkut di pemberangkatan 
sebelumnya, pukul 18. 05. "Yah..gak apa-lah. Telat-telat juga, yang 
penting aku berpeluang mendapat duduk di kereta ekspres pemberangkatan 
terakhir itu... ", dan aku pun menunggu kembali. 

18. 48 WIB "Duhh... Lapar", tiba-tiba saja desakan organ-organ lambungku 
yang sudah setengah hari ini belum mendapat suplai makanan, memaksa mataku 



untuk memandang ke sekeliling stasiun, mencari tempat-tempat yang 
menyediakan penganan ringan, "Hmm.uangku terbatas nih. Beli apa ya?" 
Kebingunganku di dalam memilih makanan saat itu sebenarnya didasari oleh 
konsep hidupku. Akhir-akhir ini aku sedang berusaha untuk disiplin di 
dalam berbagai hal, termasuk masalah pengeluaran uang. Budget-ku pada hari 



itu tinggal-lah ongkos untuk pulang 'plus' seribu-dua ribu yang dapat aku 
gunakan untuk jajan cemilan (walau aku juga membawa uang lebih untuk 
keperluanyanglain, tapi aku berusaha untuk tidak menggunakannya). 
Karenanya, aku mencoba mencari makanan dengan harga yang sesuai. 

"Eh ada keripik pedas tuh!", sebuah cemilan cekung berwarna merah yang 
terpampang di sudut kiri atas etalase sebuah warung kecil, telah mencuri 
hatiku untuk mendekatinya. Aku yakin bahwa harganya pastilah tidak 
terlampau mahal, karena dari ukuran bungkusannya pun juga kecil. Dan benar 



saja, dengan berbekal uang Rp 1500; sekantong kecil keripik pedas 'plus' 
segelas air mineral telah berpindah ke tanganku. Maka tak lama kemudian, 
sekeping-dua keping keripik pedas dan beberapa seruputan air mineral 
perlahan mulai masuk ke dalam mulutku, berayun dan berhimpitan didalamnya 
disebabkan oleh gencarnya gigi dan lidah-ku mencengkramnya. 
"Ahh.alhamdulillah.nikmatnya " 

18. 50 WIB "Kepada para penumpang kereta api ekspres jurusan serpong, di 
informasikan bahwa kereta api masih terhambat di stasiun manggarai. Kereta 



sedang dalam perbaikan AC. Kami mohon maaf atas keterlambatan ini dan 
kepada para penumpang diharap untuk bersabar." Sebuah pengumuman keras 
melalui speaker stasiun mengusik keasyikan prosesi 'ngemil' yang sedang 
kujalani. Ya, sekali lagi aku harus sabar menunggu. Karena untuk berpindah 



ke jenis kendaraan lain aku harus menggunakan jalur bis Blok M - Bintaro 
yang justru akan memakan waktu lebih lama lagi, sekitar 2x waktu 
perjalanan menggunakan kereta api. 

Maka aku pun kembali melanjutkan aktivitas ngemilku, sambil sesekali 
menengok kekiri dan kekanan, sekedar melihat suasana sekeliling. "Tetap 
sepi", bisikku pada diri sendiri. "Hmm.asyik juga untuk merenung nih, 
sambil....", belum selesai ku keluarkan bisikan-bisikan kecilku, aku 
tertegun pada sebuah sosok yang berada tidak jauh dari posisiku. Seorang 
remaja tanggung dengan usia sekitar 10 - 12 tahun, terduduk dan tertunduk 
sambil memainkan kaki tanpa alasnya di atas aspal statisiun. 

Aku bukannya tidak tahu sama sekali akan kehadirannya. Sebelum terduduk di 



kursi panjang tempatku bersantai saat itupun, aku sudah tahu bahwa ada 
orang di sampingku. Namun yang aku kritisi ialah aku tidak memperhatikan 
dengan jelas siapa orang itu, dan lagi aku hanya asyik makan dan minum 
sendiri sementara disebelahku ada orang lain, yang bila kutebak, keadaanya 



tidak lebih baik dariku (saat itu). Ia adalah seorang penyapu kereta, ini 
terlihat dari tangan kirinya yang memegang sapu bertangkai rendah. 

Dengan sehelai baju tipis dan celana pendek selutut yang melekat di 
tubuhnya, ia terlihat kuyu dan agak lemas. Barangkali pada sore itu ia 
belum makan dan ini sangat mungkin sekali. Baginya, barangkali penghasilan 



yang didapat masih lebih baik ditabung untuk keperluan di rumahnya 
ketimbang membeli makanan, yang sepertinya ia masih dapat menahan rasa 
laparnya 

Dan akupun bermaksud mengambil kembali penganan, persis seperti apa yang 
kubeli sebelumnya di warung yang tidak jauh posisi dudukku saat itu, untuk 



diberikan kepada pemuda tanggung itu. Namun sebelum aku bertindak, sebuah 
keraguan datang menghampiri, "Wah.kalau aku membelikan untuknya, aku harus 



keluar uang lagi dong. Seribu lima ratus memang bukan uang yang terlalu 
besar sih. Tapi, aku kan sudah janji untuk disiplin dengan budget harian 
ku. Hmm.bagaimana ya?" 

Aku sempat bingung untuk melangkah, apakah memilih disiplin terhadap 
budgetku, atau memberi kepada tukang sapu kereta itu. Namun pada akhirnya 
aku tak kuasa menahan gerak tangan kananku, yang sejurus kemudian telah 
memegang sekantong keripik pedas dan air mineral, persis seperti apa yang 
kubeli beberapa saat yang lalu. "Hmm..gak apa deh deh. Toh gak setiap saat 



aku mendapatkan kesempatan memberi 'sesuatu' pada orang-orang sepertinya, 
walau konsekuensinya sih, aku harus mengurangi budgetku hari esok 
dikarenakan telah digunakan hari ini. Bismillah... " 

Ucapan basmalah mengiringi perpindahan 'snack' yang kubeli untuk 
keduakalinya itu, menuju tadahan tangannya. Persis seperti yang kukira, ia 



tidak menolak dan langsung menerima pemberianku. Setelah mengucapkan 
terima kasih, ia memulai untuk mencoba menikmati rezeki Allah sore itu. 
Tangan kanan dan mulutnya sibuk berkoordinasi antara mengambil dan 
menyantap penganan keripik dan air mineral itu, sambil sesekali tangannya 
menyeka keringat yang mulai mengucur membasuhi kening dan mukanya. 
"Ahh.Subhanallah. Jadikan makan itu barakah baginya ya Allah... ", rasa 
haru dan suka menyeruak di hatiku, seiring datangnya kesejukan di jiwa 
tatkala melihat pemandangan yang jarang aku dapatkan itu, "Ya Allah...ia 
begitu menikmatinya" 

18. 52 WIB "Diberitahukan kepada para calon penumpang kereta api serpong 
ekspres, anda dipersilahkan menukar karcis kereta ekspres anda dengan 
karcis kereta ekonomi. Silahkan naik ke loket 1." Sekali lagi, pengumuman 
dari moncong pengeras suara stasiun kereta api menghardik aktivitas 
menungguku, namun kali ini dengan sedikit kernyitan didahi, "Apa... Apa 
maksud pengumuman tadi? Apakah pemberangkatan di batalkan, atau ada 
pergantian jenis kereta? Tapi.kalau harus naik kereta ekonomi, aku..aku.." 



Rasa penasaran yang masih berkecamuk sengaja kubiarkan sembari mencari 
info diloket 1 yang dimaksud. Mengenai kereta ekonomi, setahuku memang ada 



1 pemberangkatan kereta ekonomi jurusan serpong, namun itupun masih harus 
menunggu sekitar 1 jam lagi (pemberangkatan pukul 19. 45, dan itupun belum 



terhitung waktu telatnya). Selain itu, perjalanan menggunakan kereta 
ekonomi dimalam hari memang menjadi pertimbangan khusus bagiku, lebih pada 



hal 'keamanan'. Maka dari itu, aku lebih memilih 
menggunakan kereta ekspres walau tarifnya lebih mahal 

"Maaf pak, ini bagaimana jadinya? Kami harus berganti kereta ekonomi?", 
Pertanyaan inti langsung kuungkapkan kepada petugas loket 1 begitu aku 
tiba di sana 
"Oh.nggak, bukan begitu. Kami mohon maaf sebelumnya karena kereta ekspres 
jurusan serpong, ACnya belum bisa diperbaiki. Namun begitu, kereta 
tersebut masih bisa dijalankan, walau tanpa fasilitas AC. Jadi bapak dan 
penumpang lainnya kami kenakan tarif kereta ekonomi untuk pemberangkatan 
kali ini" 
"Hah... Benarkah ini?!", keterkejutan di hatiku menggumpal begitu saja 
tatkala mendengar kabar yang baru saja masuk ke telingaku. Aku memiliki 
alasan untuk bersikap demikian. Pertama, ini adalah pertamakalinya aku 
bisa menaiki kereta ekspres dengan tarif ekonomi, walau tanpa AC. Dan 
bagiku itu tidak terlalu bermasalah, mengingat perjalanan menuju rumahku 
hanya memakan waktu sekitar 40 - 60 menit. Dan yang kedua, ini yang 
menjadi ketakjubanku, aku UNTUNG! 
kalau dihitung dari angka, perubahan tarif kereta ekspres menuju ekonomi 
menghasilkan selisih Rp 6. 500; dan apabila dikurangi pengeluaranku untuk 
pemuda tukang sapu tadi (Rp 1. 500;) maka aku masih mendapatkan Rp 5. 000; 



Itu baru dari segi angka. Dari sisi waktu, aku masih lebih beruntung 
karena tidak harus berganti tujuan menuju blok M, yang pastinya memakan 
waktu lebih lama lagi. 

"Subhanallah... Allahu Akbar... ", aku kembali tertegun membayangkan semua 



ini, sembari berusaha mempercayai apa yang baru saja terjadi. 
"Ya Allah.pembalasanMu Engkau realisasikan saat itu juga. Padahal, 
sejujurnya aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Aku tak pernah 
mengira bahwa uang yang ku keluarkan tadi, yang kugunakan untuk makan 
kecil pemuda itu, yang aku tidak berharap apa-apa darinya, Engkau balas 
berlipat-lipat, dan terjadi saat itu juga... Tanpa pernah aku menduganya. 
Terima kasih ya Allah... Alhamdulillah hirabbil 'alamiin." 

Malam itu menjadi malam yang berkesan dan bermakna bagiku. Semoga, kesan 
dan makna itu juga dapat melekat & mengilhami kepada para pembaca, untuk 
tetap percaya kepada janji-janji yang telah Ia berikan dan istiqomah di 
jalanNya. Amiin... 

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik 
(menafkahkah hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan 
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah 
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan" 



(QS 2: 245) 

http://www.eramuslim.com/atk/oim/45f9180b.htm 

--------------------------------- 
Be a PS3 game guru. 
Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! 
Games. 

[Non-text portions of this message have been removed] 

[Non-text portions of this message have been removed] 

[Non-text portions of this message have been removed] 



[Non-text portions of this message have been removed]

 

 It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke