BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[kOLOM tETAP hARIAN fAJAR]
772 Kesulitan Orang Terdahulu dengan Sistem Kontrol Sistem 19

Firman Allah:
-- ANA NhN NZLNA ALDzKR WANA LH LhFZHWN (S. ALhJR, 15:9), dibaca: 
-- inna- nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n, (tanda - 
dipanjangkan membacanya), artinya: 
-- Sesungguhnya telah Kami turunkan Al-Dzikr (Al-Quran, Al-Kitab) dan 
sesungguhnya Kami memeliharanya.

Allah SWT memelihara Al-Dzikr melalui dua mekanisme:
Pertama, Al-Dzikr dari segi bacaan (Al-Quran) Allah SWT memberi kemampuan 
kepada tidak sedikit ummat Islam sampai kepada anak-anak yang mampu menghafal 
Al-Quran. Setiap bulan Ramadhan di Al-Masjid Al-Haram di Makkah dalam shalat 
Tarwih yang makmumnya dari seluruh pelosok dunia seluruh Al-Quran ditammatkan 
dibaca. Ada saja kesalahan Imam membaca akan ditegur makmum, sebab wajib 
hukumnya menegur dan memperbaiki bacaan seseorang jika orang itu salah membaca. 
Demikianlah mekanisme Allah memelihara Al-Quran dari segi bunyi.

Kedua, Allah menciptakan Sistem Kontrol sebagai mekanisme yang mengontrol 
keotentikan Al-Dzikr dari segi tuisan (Al-Kitab) Mushhaf 'Utsmani. Mekanisme 
itu, yakni ayat:
-- ALYHA TS'AT 'ASyR (S. ALMDTsR, 74:30), dibaca:
-- 'alaiha- tis'ata 'asyara, artnya:
-- padanya 19.

Yang dikontrol adalah jumlah Surah, jumlah ayat, jumlah kata dan jumah huruf 
dengan sistem kelipatan 19. Non-Muslimin yang mencari-cari kesalahan 
mempermasalahkan bahwa pada mulanya huruf-huruf Arab tidak bertitik. Ini tidak 
ada masalah sebab jumlah huruf tidak berubah, tidak bertambah dan tidak 
berkurang. Lagi pula untuk membedakan misalnya huruf Ba dengan Nun karena tidak 
punya titik itu, ada saling kontrol, yaitu dari segi mekanisme pertama, para 
penghafal Al-Quran menunjukkan perbedaan itu, mana itu huruf Nun, mana itu 
huruf Ba, mana itu huruf Tsa dst pada waktu huruf-huruf dalam Al-Kitab itu 
diberi bertitik. 

Ternyata ayat-ayat dalam Al-Quran bukan hanya sekadar untuk mengistinbath 
(menggali) hukum-hukum dalam Ilmu Fiqh, tetapi juga mengistinbath qaidah 
(regel, rule), antara lain mengenai potongan-potongan huruf yang disebut 
Al-Muqaththa'aat (dari akar kata yang dibentuk oleh Qaf-Tha-'Ain, qatha'a = 
potong), yaitu seperti Alif-Lam-Mim, dll. Pada tahun 1972 Rashad Khalifa 
berhasil mengistinbath qaidah mengenai Al-Muqaththa'aat ini bahwa itu adalah 
kode matematis. Sayangnya angka 19 ini disakralkan oleh agama Bahai, sehingga 
Rashad Khalifa dituduh beragama Bahai, padahal dia sama sekali tidak 
mensakralkan angka 19 tersebut. Bahkan atasnya dilakukan pula pembunuhan 
karakter (character assassination) yaitu dia juga dituduh ingkar sunnah. 
Padahal dia ikut shalat berjamaah, mana bisa dia ingkar sunnah kalau shalatnya 
sama dengan shalat kita, sebab bukankah cara shalat itu landasannya Hadits?

Memang sudah tepat waktunya hal itu telah dapat diungkap, karena dewasa ini 
para orientalis yang membenci Islam dan ummat Muslimin, sedang sengit-sengitnya 
menyerang Al-Quran Mushhaf 'Utsmani, bahwa itu tidak otentik. Bukan para 
orientalis tersebut saja yang menyerang keotentikan Mushhaf 'Utsmani, namun 
para pseude Muslim, para benggolan yang menamakan diri Islam Liberal turut pula 
dalam aktivitas itu, setelah menimba dari sumur (well) para orientalis yang 
membenci Islam dan ummat Muslimin tersebut. Cukup di sini saya sebutkan dua 
orang di antaranya, yaitu: Luthfi Asysyaukani, dosen Sejarah Pemikiran Islam di 
Universitas Paramadina, Jakarta, yang Editor Jaringan Islam Liberal (JIL) 
menulis al:
"Alquran kemudian mengalami berbagai proses 'copy-editing' oleh para sahabat, 
tabi'in." Taufik Adnan Amal, dosen mata kuliah ulumul Quran di IAIN (sekarang 
UIN) Alauddin Makassar, aktivis JIL, al menulis:
"Bagi rata-rata sarjana Muslim, keistimewaan rasm utsmani merupakan misteri 
ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini lebih merupakan 
mitos. 

Sistem Kontrol angka 19 sebagai mekanisme untuk mengontrol keotentikan Al-Quran 
Mushhaf 'Utsmani telah saya bahas dalam Lampiran I dari Orasi Ilmiyah yang saya 
presentasikan dalam Rapat Senat Luar Biasa Universitas Muslim Indnesia (UMI) 
pada tanggal 25 Muharram 1416 / 24 Juni 1995 dalam Rangka Peringatan Milad 
(Dies Natalis) UMI yang ke 41 [1954 - 1995]. Insya Allah pada kesempatan lain 
akan saya sajikan nanti dalam rubruik OPINI Lampiran I tersebut.
 
Dahulu notasi bilangan itu memakai sistem huruf-huruf 
 
=================================
Sistem menuliskan simbol bilangan
=================================
 
Alif   A = 1   Sin    S =   60         
Ba     B = 2  'Ain   'A =   70
Jim    J = 3   Fa     F =   80
Dal    D = 4   Shad  Sh =   90
Ha (*) H = 5   Qaf    Q =  100
Waw    W = 6   Ra     R =  200
Zay    Z = 7   Syin  Sy =  300
ha (#) h = 8   Ta     T =  400
Tha   Th = 9   Tsa   Ts =  500
Ya     Y = 10  Kha   Kh =  600
Kef    K = 20  Dzal  Dz =  700
Lam    L = 30  Dha   Dh =  800
Mim    M = 40  Zha   Zh =  900
Nun    N = 50  Ghain Gh = 1000
----------
(*) H abjad ke-3 dari belakang 
(#) h abjad ke-6
 
Contoh 
_______
D'ADhGh = 1874 
Biasanya simbol angka diberi bergaris di atasnya. Notasi angka dengan simbol 
huruf-huruf itu gunanya hanya untuk mencatat saja, tidak bisa dipakai untuk 
operasi ilmu hitung seperti menambah, mengurangi, memperbanyak dan membagi. 
 
***

Kode matematis itu antara lain qaidah bahwa Al-Muqaththa'aat yang membuka 
sebuah Surah memberikan isyarat bahwa jumlah huruf dalam Surah bersangkutan 
adalah kelipatan 19. Seperti misalnya jumlah huruf Alif+Lam+ Mim+Shad dalam 
surah Al-A'raaf adalah kelipatan 19. Hasilnya seperti dalam tabel di bawah 
dengan notasi bilangan dalam huruf-huruf:
 
Huruf       Jumlah huruf Shad
               _________
  Alif         B'ATsGhGh 
               ______ 
  Lam          JKTsGH
               _____ 
  Mim          HSQGh  
               ___ 
  Shad         hSh      ___ 
       Jumlah   ? = ? x ThY
 
Siapa yang dapat menjumlahkan angka-angka tersebut di atas, baik orang 
terdahulu maupun orang dewasa ini? Belum lagi untuk qaidah huruf-huruf 
persekutuan yang membentuk Al-Muqaththaat yang terdapat dalam semua Surah yang 
sama-sama memiliki huruf -huruf persekutuan tersebut, jumlahnya adalah 
kelipatan 19, seperti dalam tabel di bawah, dalam notasi bilangan yang bukan 
huruf:

Tabel Persekutuan [Alif,Lam,Ra]
=======================================
No.Surah    Alif  Lam  Ra   Alif+Lam+Ra
---------------------------------------
10 Yuwnus   1319  913  257  2489 
11 Huwd     1370  794  325  2489 
12 Yuwsuf   1306  812  257  2375 
14 Ibraahiym 585  452  160  1197 
15 al-hijr   493  323   96   912 
---------------------------------------
Jumlah      5073 3294 1095  9462=19x498

Tidak usah perubahan kalimat, atau perubahan kata, dengan perubahan satu huruf 
saja akan rusaklah setting seperti di atas itu. Demikianlah kerjanya kontrol 
sistem 19 itu. Gampang sekali melakukan kontrol dengan sistem 19 itu, 
menjumlahkan dan membagi angka-angka itu. Tetapi coba bagi orang-orang 
terdahulu sebelum didapatkannya notasi bilangan dalam sistem desimal. Kalau 
setiap bilangan dinyatakan dalam simbol huruf-huruf, mana bisa dilakukan 
operasi tambah dan membagi. 

Maka masuk akal, jika Nabi Muhammad SAW tidak menceritakan dalam Hadits Sistem 
19 itu, bikin susah orang saja. Barulah setelah didapatkan notasi bilangan 
dalam sistem desimal operasi menambah dan membagi itu menjadi gampang. Bahkan 
menjadi sangat gampang dan cepat setelah teknologi komputer didapatkan, yaitu 
dengan adanya Al-Quran digital, tidak susah membuat program untuk menjumlah 
huruf-huruf yang dikehendaki, kemudian membaginya dengan 19. Dan yang mulai 
dengan pemakaian kompuer itu adalah Rashad Khalifa. Dialah yang menemukan 
"telur Columbus", seperti dikemukakan dalam Seri 771 yang lalu.

Alhasil, jangankan membuat buku yang redaksionalnya terkait dengan sistem 19 
yang mustahil dilakukan oleh manusia, menambah apapula membagi angka-angka dari 
banyak tabel seperti tabel dalam contoh di atas itu, pekerjaan yang begitu 
gampang, tidak dapat dilakukan oleh para sahabat, tabi'in tabi'ittabi'in sampai 
beberapa generasi sesudahnya hingga didapatkannya notasi bilangan sistem 
desimal yang dikenal sebagai Arabic Number tsb. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar 1 April 2007
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke