Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi



Anda telah mendengarkan bersama, untaian kalimat [1] yang mengandung 
penjelasan seputar ad-da'wah as-Salafiyah, ajaran-ajaran pokoknya yang 
ilmiah, yang berkaitan dengan aqidah dan manhaj (metode memahami agama). 
(Anda semua telah mendengarkan), seluruh penjelasannya ternyata sangat 
berkaitan dengan "qalallah" (Allah berfirman) dan "qala Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam" (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda). Jauh dari segala opini pribadi, perkataan manusia, prediksi, dan 
prasangka. Dakwah seperti inilah yang benar-benar warisan ajaran kenabian. 
Dakwah seperti inilah yang benar-benar layak, pantas dan berhak dibawa oleh 
umat, dan diwariskan dari generasi ke generasi, sejak generasi pertama umat 
ini yang terang-benderang, hingga saat ini, dan hingga Allah menghendaki 
konsistensi dakwah ini tetap berlangsung.

Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah ini murni, tanpa 
tambahan-tambahan, hiasan-hiasan, atau dekorasi-dekorasi. Ad-da'wah 
as-Salafiyah adalah dakwah menuju al Qur`an dan as-Sunnah dengan pemahaman 
salaful-ummah (generasi terdahulu yang shalih). Jika hanya satu sifat ini 
saja yang disampaikan kepada setiap orang yang berakal dan berpikir, 
pastilah sudah cukup, tanpa perlu penjelasan lebih lanjut yang 
berkepanjangan.

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TUDUHAN DUSTA
Akan tetapi, kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. 
Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, 
kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan 
terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat 
ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka 
ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru 
dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang 
ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang 
berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan 
(kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, 
kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada 
orang lain.

Mereka menuduh dengan sekian banyak tuduhan (dusta) kepada dakwah al Qur`an 
dan as-Sunnah ini. Mereka melontarkan sekian banyak syubhat 
(kerancuan-kerancuan) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Namun, jika 
kita perhatikan dan teliti lebih dalam, ternyata tuduhan-tuduhan dan 
lontaran-lontaran dusta tersebut tidak berarti sama sekali. Bahkan tidak ada 
hakikatnya sama sekali. Seluruhnya serba terbalik dan berbalik (kepada 
mereka sendiri), bagaikan kaca yang pecah dan hancur berantakan.

MENUDUH ADALAH "LAGU LAMA" ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG
Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan 
usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al 
Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. 
Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta’ala pun terkena 
tuduhan-tuduhan dusta, dan hanya bagi-Nya segala perumpamaan yang Maha 
Tinggi. Allah pun dituduh tanpa haq sama sekali! Hingga Allah menurunkan 
ayat-ayat yang banyak untuk membantah orang-orang bodoh yang dipenuhi dengan 
syubhat. Orang-orang bodoh itu tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah 
dengan sebenar-benar penghargaan dan pengagungan. Seperti firman-Nya

“Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan 
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula 
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al-Ikhlash 
: 1-4]

Sebagai bantahan kepada orang-orang bodoh yang berkata bahwa Allah memiliki 
anak. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi.

Rasulullah Shallallahu ‘laiahi wa sallam pun dituduh. Beliau dituduh sebagai 
seorang penyair. Allah pun turunkan ayat untuk membantah tuduhan tersebut. 
Allah berfirman.

“Artinya : Dan al-Qur`an itu bukanlah perkataan seorang penyair, . 
.”[Al-Haqqah : 41]

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga dituduh. Mereka dituduh, bahwa mereka 
merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka dituduh dengan tanpa haq. Dan 
begitulah seterusnya! Mereka (para sahabat) dan orang-orang yang berpegang 
teguh dengan al Haq terus dituduh dan dituduh.

Lihatlah kaum Nuh ‘Alaihis Sallam ! Mereka menuduh Nabi mereka. Padahal ia 
telah tinggal dan hidup bersama mereka dalam waktu yang sangat lama, namun, 
ia tetap tidak selamat dari tuduhan. Mereka menuduhnya tatkala sudah tidak 
mampu lagi mengungkapkan dan mengemukakan hujjah, dalil, dan bukti kepada 
Nabi Nuh Alaihis Sallam . Bagaimana firman Allah tentang mereka? Allah 
berfirman.

“Artinya : Mereka berkata; "Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah 
dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka 
datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami! Jika kamu 
termasuk orang-orang yang benar". [Hud : 32]

Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan kepadanya. Mereka menuduh nuh sebagai 
tukang jidal (bantah). Padahal (mereka mengetahui), bahwa Nuh menyampaikan 
al Haq, berbicara dengan yang haq, dan tidaklah ia berpegang teguh kecuali 
dengan al Haq, karena ia seorang Nabi! Namun betapapun demikian, orang-orang 
yang menyelisihi al Haq tetap tidak mau tunduk dan patuh. Bahkan mereka 
semakin membangkang, mengejek, mencemooh, dan mendustakan. (Akhirnya) mereka 
pun semakin jauh terperosok ke dalam syubhat, dan semakin gencar melontarkan 
syubhat.

SYUBHAT BERSUMBER DARI DUA PENYAKIT BERBAHAYA
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan dengan dibalut pakaian syubhat ini 
bersumber dari dua penyakit kronis yang telah menyerang para pelakunya.

Penyakit pertama : Ialah sedikitnya ilmu.
Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu, bukti, dan penjelasan yang benar, 
tentulah al haq dan al huda (petunjuk) itu dapat langsung dikenal dengan 
mudah dari para da'i dan orang yang berpegang teguh dengannya. Namun, 
sayangnya mereka bagaikan perumpamaan Arab ÚóäúÒóÉñ æóáóæú ØóÇÑóÊú (dia 
tetap seekor kambing walaupun terbang). Mereka - memaksakan diri- ingin 
memunculkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran-pikiran dan kepala-kepala 
mereka, walaupun dengan syubhat yang paling lemah sekalipun, dan meskipun 
dengan sebab yang paling remeh sekalipun.

Penyakit kedua : Yaitu lemah dan tipisnya agama.
Seandainya agama mereka kokoh dan kuat, tentulah tidak akan tergesa-gesa 
melontarkan tuduhan-tuduhan yang mereka bangun berdasarkan prasangka, 
ketidakpastian dan tanpa ilmu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah 
bersabda

...æóãóäú ÞóÇáó Ýöíú ãõÄúãöäò ãóÇ áóíúÓó Ýöíúåö¡ ÃóÓúßóäóåõ Çááåõ ÑóÏúÛóÉó 
ÇáúÎóÈóÇáö¡ ÍóÊøóì íóÎúÑõÌó ãöãøóÇ ÞóÇáó . …

“Artinya : ..Dan barangsiapa yang berkata kepada seorang mukmin sesuatu yang 
tidak ada padanya, Allah akan tempatkan dia di radghatul-khabal, sampai ia 
keluar dari apa yang ia ucapkan” [2]

Dan radghatul-khabal (ÑóÏúÛóÉõ ÇáúÎóÈóÇáö) adalah cairan (perasan) para 
penghuni neraka”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

((ÅöíøóÇßõãú æóÇáÙøóäøó¡ ÝóÅöäøó ÇáÙøóäøó ÃóßúÐóÈõ ÇáúÍóÏöíúËö...)).

“Artinya : Waspadalah kalian dari berprasangka, karena sesungguhnya 
prasangka itu sedusta-dusta perkataan…” [3]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

áÇó íõÄúãöäõ ÃóÍóÏõßõãú ÍóÊøóì íõÍöÈøó áÃóÎöíúåö ãóÇ íõÍöÈøõ áöäóÝúÓöåö .

“Artinya : Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia 
mencintai untuk saudaranya, seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri” [4]

Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu yang cukup dan keimanan yang 
melindungi (mereka dari perbuataan tercela ini, Red.), tentulah mereka tidak 
akan berani menyelami samudera tuduhan, fitnah, celaan, dan syubhat yang 
memecah-belah umat ini, di saat mereka mengira dan menyangka bahwa ad-da'wah 
as-Salafiyah adalah dakwah yang memecah-belah umat. Inilah salah satu 
syubhat dari beragam syubhat mereka, yang akan datang bantahan dan 
jawabannya, insya Allah Ta'ala.

NASIHAT AL IMAM IBNUL QAYYIM DALAM MENGHADAPI SYUBHAT
Sebelum saya (Syaikh Ali bin Hasan -hafizhahullah-) memulai menyebutkan 
syubhat-syubhat dan bantahannya, maka saya persembahkan untuk seluruh 
saudara-saudaraku, seuntai kalimat dan nasihat yang diucapkan oleh al Imam 
Ibnul Qayyim, yang beliau dapatkan dan nukilkan dari Syaikh-nya, Syaikhul 
Islam Ibnu Taimiyah.

Al Imam Ibnul Qayyim -dalam kitabnya Miftahu Daris-Sa'adah- berkata: 
"Tatkala syubhat-syubhat begitu banyak bertumpuk di depan diriku, dan 
tatkala keinginan-keinginan (tidak baik) berdatangan kepadaku, aku adukan 
semuanya ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah" [5]

Jadi, ketika syubhat-syubhat muncul, pada saat itu muncul pula kegelapan. 
Lalu dengan adanya ilmu, datanglah cahaya terang.

Syubhat-syubhat telah mendatangi seorang murid ini (al Imam Ibnul Qayyim). 
Lantas ia pun segera bergegas menuju gurunya untuk belajar, meminta fatwa 
dan penjelasan tentang al haq dari gurunya.

Ia berkata, "Aku pun pergi kepada Syaikh kami, Syaikhul Islam Ibnu 
Taimiyyah. Lalu aku beritahu beliau tentang syubhat-syubhat dan 
keinginan-keinginan (buruk) ini. Beliau berkata kepadaku,'Jadikan hatimu 
seperti cermin; jika datang syubhat kepadamu, syubhat tersebut akan kembali 
berbalik kepada orang yang melontarkan dan mengatakannya. Dan jangan jadikan 
hatimu seperti busa; jika datang syubhat kepadamu, ia akan menyerap dan 
menelannya'."

Demikianlah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menasehati muridnya, hingga al- 
Imam Ibnul Qayyim pun berkata: "Demi Allah, aku belum pernah mendapatkan 
manfaat setelah aku masuk Islam dari sebuah wasiat dan nasihat seperti 
manfaat (yang aku dapatkan) pada wasiat dan nasihat ini"[6]

Inilah yang ingin saya jelaskan kepada saudara-saudaraku semuanya sebagai 
permulaan dan mukadimah. Berikut ini penjelasannya.

BEBERAPA SYUBHAT DAN TUDUHAN MEREKA, SERTA BANTAHANNYA
[1]. Salafiyyun Para Penjilat Pemerintah?
Syubhat pertama, dari sekian banyak syubhat dan tuduhan mereka adalah, 
mereka menyangka -dan seburuk-buruk bekal dan modal seseorang adalah 
prasangka-, bahwa as-Salafiyyun adalah orang-orang yang paling dekat dengan 
pemerintah dan penguasa! Ini syubhat yang dusta!

As-Salafiyyun bukanlah orang-orang yang dekat dengan pemerintah dan 
penguasa. Bahkan mayoritas Salafiyyun tidak memiliki profesi atau pekerjaan 
resmi (dari pemerintah, Red). Mereka juga bukan orang-orang yang 
berkedudukan dan berpangkat tinggi. Seandainya pun ada di antara 
as-Salafiyyun yang memiliki profesi atau pekerjaan resmi, atau berkedudukan 
dan berpangkat tinggi, maka sesungguhnya orang-orang yang menuduh Salafiyyun 
dengan tuduhan seperti itu tidak tepat dengan tuduhan mereka. orang-orang 
itu pun keliru dalam syubhat mereka sendiri!

Mungkin yang ingin mereka tuduhkan adalah, bahwa Salafiyyun tidak memusuhi 
pemerintah atau penguasa. Maka, kita katakan: Ya! Kita memang tidak memusuhi 
pemerintah, kita juga tidak memerangi mereka. Akan tetapi, kita berlepas 
diri kepada Allah, dari hal-hal yang menyelisihi syari'at Allah.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

...ÅöäøóãóÇ ÇáØøóÇÚóÉõ Ýöí ÇáúãóÚúÑõæúÝö . …

“Artinya : Sesungguhnya ketaatan hanya dalam hal yang baik”

Dan bersabda:

...áÇó ØóÇÚóÉó áöãóÎúáõæúÞò Ýöí ãóÚúÕöíóÉö ÇáúÎóÇáöÞö . …

“Artinya : Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada 
Pencipta (Allah Subhanahu wa Ta’ala ) [8].

Dan lebih khusus lagi para pemimpin atau penguasa.

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh para sahabat tentang 
para pemimpin yang berhukum dan menyelisihi hukum tersebut, mereka berkata:

íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö¡ ÃóÝóáÇó äõäóÇÈöÐõåõãú ÈöÇáÓøóíúÝö¿

Wahai Rasulullah, tidakkah kita tentang mereka dengan pedang?

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((áÇó¡ ãóÇ ÃóÞóÇãõæúÇ Ýöíúßõãõ ÇáÕøóáÇóÉó)).

“Artinya : Tidak, selama mereka menegakkan shalat pada kalian”.[9]

Jadi, tidaklah kita memusuhi para pemimpin atau penguasa, tidaklah kita 
memerangi mereka, dan tidaklah kita memberontak mereka, melainkan karena 
kita senantiasa bertolak dan berangkat dari dalil-dalil syar'i. Kita tidak 
bertindak berdasarkan hawa nafsu. Bahkan kita selalu bertolak dari al haq, 
dan tidak pernah bertolak dari kesesatan dan prasangka!

Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((...ÅöáÇøó Ãóäú ÊóÑóæúÇ ßõÝúÑðÇ ÈóæóÇÍðÇ¡ ÚöäúÏóßõãú ãöäó Çááåö Ýöíúåö 
ÈõÑúåóÇäñ)). …

“Artinya : …Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang jelas dan nyata, yang 
kalian memiliki bukti padanya dari Allah” [10]

Karenanya, merupakan sesuatu yang mustahil jika ada yang mengatakan bahwa 
kita bertindak dengan tanpa hujjah dan bukti yang haq.

Kemudian, sesungguhnya para pelontar syubhat dan para penuduh ini -ternyata 
mayoritas mereka- tatkala bertindak demikian, justru pada saat itu mereka 
mempropagandakan dan menyatakan pengkafiran kepada para pemerintah atau 
penguasa. Kalaupun ada di antara mereka yang belum mengkafirkan pemerintah 
pada hari ini, ia telah berada di atas jalan menuju pengkafiran. Karena 
memenuhi dada-dada dengan rasa benci kepada pemerintah merupakan jalan 
menuju pengkafiran pemerintah, menuju pernyataan tidak adanya hak pemerintah 
yang syar'i untuk ditaati dan dipatuhi; yang sudah jelas hal ini 
kontradiktif dengan al haq, sama sekali tidak sesuai dan tidak selaras 
dengan al haq.

[2]. Salafiyyun Tidak Peduli Dengan Urusan Kaum Muslimin Dan Tidak Mau 
Berjihad?
Mereka menyangka -dan seburuk-buruk bekal dan modal seseorang adalah 
prasangka- bahwa Salafiyyun tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin dan 
tidak menegakkan Jihad. Ini syubhat yang sangat lemah!

Syubhat ini akan dijawab dari dua sisi.

Pertama, sesungguhnya kepedulian terhadap urusan kaum Muslimin merupakan 
salah satu dari prinsip-prinsip pokok ad-da'wah as-Salafiyah. Karena Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

((áÇó íõÄúãöäõ ÃóÍóÏõßõãú ÍóÊøóì íõÍöÈøó áÃóÎöíúåö ãóÇ íõÍöÈøõ áöäóÝúÓöåö)).

“Artinya : Tidak sempurna iman seorang di antara kalian sampai ia mencintai 
untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri”[11]

Dan Rabbul-'Alamin telah berfirman:

“Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian 
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain….” [At –Taubah 
:71]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah berfirman tatkala menerangkan 
sifat-sifat orang-orang Islam dan beriman:

“Artinya : (Mereka) nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat 
menasehati supaya menetapi kesabaran"[Al 'Ashr : 3]

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ãóËóáõ ÇáúãõÄúãöäöíúäó Ýöíú ÊóæóÇÏøöåöãú æóÊóÑóÇÍõãöåöãú æóÊóÚóÇØõÝöåöãú 
ãóËóáõ ÇáúÌóÓóÏö¡ ÅöÐóÇ ÇÔúÊóßóì ãöäúåõ ÚóÖúæñ¡ ÊóÏóÇÚóì áóåõ ÓóÇÆöÑõ 
ÇáúÌóÓóÏö ÈöÇáÓøóåóÑö æóÇáúÍõãøóì .

“Artinya : Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam rasa cinta mereka, 
kasih-sayang mereka, dan kelemah-lembutan mereka bagaikan satu tubuh. 
Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya merasakan 
sakit dengan tidak tidur dan demam” [12]

Inilah prinsip-prinsip kita, inilah landasan pokok kita, inilah 
kaidah-kaidah dasar kita, inilah hujjah-hujjah kita, dan inilah dalil-dalil 
kita! Lantas adakah orang yang (mampu) menambah prinsip-prinsip ini dengan 
prinsip lainnya (yang lebih haq) dari yang telah kita ketahui tentang 
prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran kita yang haq ini?!

Namun kenyataannya, sikap peduli yang mereka sangka dan mereka kira itu, 
hanyalah sekedar prasangka dan perkiraan belaka! Lalu kita lihat ada yang 
pandai bicara dari kalangan mereka (berdalil dan) berkata:

((ãóäú áóãú íóåúÊóãøó ÈöÃóãúÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó¡ ÝóáóíúÓó ãöäøóÇ...)).

“Artinya : Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka 
ia bukan termasuk golongan kami…”. Hadits ini dha'ifun jiddan (lemah 
sekali)!.[13]

Ya! Peduli dengan urusan kaum Muslimin hukumnya wajib! Namun harus tepat dan 
sesuai dengan prinsip-prinsip syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan di dalam 
Sunan at-Tirmidzi telah di jelaskan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, Abu Bakar dan 'Umar berbincang-bincang pada malam hari dan tidak 
tidur demi membicarakan dan menyelesaikan urusan kaum Muslimin. Sedangkan 
kita selalu berusaha berada di atas petunjuk dan jalan Rasulullah, Abu 
Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali, dan sepuluh orang sahabat yang dijamin 
Rasulullah masuk surga, serta tiga generasi terbaik umat ini. Kita tidak 
akan merubah atau berubah!

Adapun kepedulian yang mereka gembor-gemborkan ternyata kepedulian politik 
belaka! Mereka ingin kalau khutbah-khutbah kita hanya sebagai berita-berita 
yang tersebar (di masyarakat)! Mereka ingin kalau kajian-kajian kita hanya 
sebagai bahan-bahan berita! Mereka ingin kalau kitab-kitab dan karya-karya 
tulis kita berubah menjadi sekedar modul-modul dan diktat-diktat politik, 
atau sekedar perwakilan media-media massa! Tentu semua itu bukan perbuatan 
yang haq sama sekali!

Kedua, Adapun jihad, maka sesungguhnya jihad yang benar ada 
syarat-syaratnya. Jadi, tidak semua peperangan (melawan orang-orang kafir) 
dapat ditegakkan pada saat ini!

Sebagian (mereka) ada yang berkata: "Ada jihad khusus yang syar'i yang 
sekarang dilakukan sebagian kaum Muslimin di sebuah negara Islam!"

Ketahuilah! Jihad yang syar'i adalah jihad yang ada syarat-syaratnya, 
terpenuhi rukun-rukunnya, tegak kaidah-kaidahnya. Dan ia bukan jihad yang 
dipraktekkan oleh sebagian orang (saat ini) dengan tanpa memperhatikan 
syarat-syaratnya, tanpa memperhatikan kesiapan kaum Muslimin, baik secara 
kualitas maupun kuantitas; tanpa memperhatikan iman dan ilmu! Bahkan mereka 
mengadakan fatwa untuk diri mereka sendiri, atau mengambil fatwa dari 
ruwaibidhah (orang-orang kecil tidak berilmu yang berbicara permasalahan 
umat yang sangat besar), dan dari orang-orang semisal mereka.

Adapun jihad kita, maka kita selalu siap berjihad jika syarat-syaratnya 
terpenuhi, jika ada waliyyul-amri (pemimpin) muslim yang mengangkat dan 
mengibarkan bendera jihad serta meninggikannya. Jika ada fatwa syar'i para 
ulama besar -yang mereka- tidaklah berfatwa melainkan sesuai al haq, 
keyakinan, ketetapan dan kemantapan (ilmu)! Bukan fatwa dari mereka yang 
kecil dan remeh, yang tidak mendatangkan sebuah fatwa dan keputusan kepada 
kita melainkan kehinaan!

Dan jika kita lihat, kita perhatikan, dan kita teliti lagi dengan seksama 
bentuk dan model jihad kontemporer saat ini yang dipraktekkan oleh sebagian 
jama'ah-jama'ah dan partai-partai, tentulah kita lihat dan kita dapatkan 
berapa dan betapa banyak dampak negatif yang buruk menimpa kaum Muslimin. 
Ini semua tidak lain disebabkan mereka menyelisihi al haq, dari satu sisi; 
dan mereka menyelisihi ahlul-haq (para ulama), dari sisi lainnya! 
Wallahul-Musta'an.

3]. As-Salafiyyah Sebuah Partai Golongan?
Kemudian para pelontar syubhat itu menyangka -dan seburuk-buruk bekal dan 
modal seseorang adalah prasangka- bahwa ad-da'wah as-Salafiyah sama seperti 
partai-partai dan golongan lainnya!

Syubhat ini adalah perkataan rusak dan lemah, tidak mengandung kebenaran 
sedikit pun! Hal itu, karena ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. 
Lalu, apakah mungkin dakwah Islam ini dikemas dan dibatasi hanya dalam 
sebuah partai atau golongan? Maksudnya, mungkinkah dakwah Islam ini hanya 
terbatas dan dibatasi dengan partai? Atau hanya partai ini saja yang membawa 
dakwah Islam?

Ini satu hal yang tidak mungkin terjadi sama sekali! Saya umpamakan tuduhan 
ini bagaikan sebuah kisah khurafat yang mustahil terjadi. Kisah itu adalah, 
terdapat sebuah bangunan menjulang tinggi yang diletakkan di sebuah bejana 
air.

Maka, Islam bagaikan bangunan besar yang menjulang tinggi, dan partai 
golongan bagaikan sebuah bejana air. Hal ini merupakan berita khurufat dan 
mustahil!

Kemudian, orang-orang yang melontarkan tuduhan seperti ini, jika kita 
ber-husnuzh zhan (bersangka baik) kepada mereka -dan mereka tidak pantas 
untuk di-husnuzh zhan-kan-, maka sesungguhnya kita katakan tentang mereka, 
bahwa mereka buruk dalam memahami (hal ini), dan keliru besar dalam 
memberikan gambaran. Mereka mengira bahwa setiap orang atau pun golongan 
yang berada di sekeliling as-Salafiyyun adalah partai-partai. Mereka 
mengatakan "partai ini, golongan ini, gerakan ini, organisasi ini…". Mereka 
dapatkan as-Salafiyyun berada di tengah-tengah mereka. Mereka pun 
menyama-ratakan seluruhnya. Akhirnya mereka menganggap sama ad-da'wah 
as-Salafiyah dengan partai-partai atau golongan-golongan lainnya.

Perumpamaan ini, bagaikan sebuah papan berwarna putih. Datang sekelompok 
orang kemudian mewarnainya dengan warna merah. Berarti ini golongan begini. 
Kemudian datang lagi sekelompok orang, dan mewarnainya dengan warna biru. 
Berarti ini golongan demikian. Kemudian datang lagi partai Fulan, dan 
mewarnainya dengan warna hijau. Kemudian datang lagi organisasi Fulan, dan 
mewarnainya dengan warna cokelat. Dan begitulah seterusnya.

Namun masih ada sekelompok orang yang berada di atas warna yang asli, warna 
putih. Mereka tidak terwarnai, mereka tidak merubah dan tidak berubah! 
Tetapi, kendati pun demikian, orang yang melihat mereka dari kejauhan, apa 
kira-kira yang akan ia katakan tentang warna putih tersebut? Orang itu akan 
mengatakan bahwa warna putih sama dengan warna-warna lainnya. Ad-da'wah 
as-Salafiyah sama dengan partai-partai atau golongan-golongan lainnya. 
Padahal, warna putih ini tidak berubah sama sekali; ia tetap saja berwarna 
putih; sebuah warna yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda 
tentangnya:

...ÊóÑóßúÊõßõãú Úóáóì ÇáúÈóíúÖóÇÁö¡ áóíúáõåóÇ ßóäóåóÇÑöåóÇ¡ áÇó íóÒöíúÛõ 
ÚóäúåóÇ ÈóÚúÏöíú ÅöáÇøó åóÇáößñ... . …

“Artinya : Aku tinggalkan kalian di atas (jalan) yang putih, malamnya 
bagaikan siangnya, tidak ada seorang pun sepeninggalku yang berpaling 
darinya melainkan ia (akan) binasa….”[14]

Maka, apabila warna-warna lain telah luntur, (maka) yang akan tinggal dan 
tetap ada hanyalah warna putih! Apabila orang-orang, golongan-golongan, dan 
partai-partai telah berjatuhan dari beraneka ragam warna-warni mereka, 
sesungguhnya mereka akan mendapatkan kembali warna yang asli; warna putih! 
Karena warna itulah yang pertama kali ada, dan warna itulah yang seluruh 
orang akan kembali kepadanya.

Berarti, tuduhan mereka (bahwa ad Da'wah as Salafiyah sama dengan 
partai-partai atau golongan-golongan lainnya) adalah tuduhan dusta! 
Prasangka bohong! Tuduhan yang berdasarkan kebodohan dan penyakit, yang 
seluruhnya menyelisihi al haq yang jelas-jelas nyata; dan tiada seorang pun 
yang dapat menolaknya!

Mereka, tatkala tidak mampu lagi menghadapi dan melawan ad-da'wah 
as-Salafiyah dengan ilmu, mereka menghadapinya dengan kedustaan! Mereka 
hadapi dengan kebohongan! Mereka hadapi dengan sesuatu yang membuat manusia 
lari dan merasa takut dengan ad-da'wah as-Salafiyah! Jika mereka terus dan 
tetap melakukan kedustaan itu, maka Allah-lah yang akan menghadapi mereka 
dengan keadilan-Nya, untuk tetap menegakkan kalimat-Nya yang haq!

[4]. As-Salafiyyun Fanatik Terhadap Para Ulama Mereka?
Wahai saudara-saudara, syubhat begitu banyak dan terus bertambah. Namun, 
tidaklah melahirkan, melainkan bagaikan hewan yang mati tercekik, atau 
terpukul, atau terjatuh dari tempat yang tinggi, atau tertanduk. Hal ini 
tidak lain karena syubhat-syubhat tersebut tidak ada kenyataannya, dan tidak 
ada hakikatnya sama sekali! Seluruhnya terbangun di atas kebatilan! Berdiri 
di atas hawa nafsu! Ia sungguh berbeda dengan al huda (petunjuk yang benar)!

Kalau kita mau terus membicarakan syubhat-syubhat yang ada, maka akan sangat 
panjang. Namun, secara umum bisa kita simpulkan bahwa syubhat-syubhat itu 
mirip dan serupa, antara yang satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian, 
saya akan sebutkan satu syubhat lagi yang telah mereka lontarkan.

Mereka mengatakan bahwa as-Salafiyyun sangat fanatik terhadap para ulama 
mereka!

Kita -walillahil hamd- tidak mengenal fanatisme, melainkan kepada al haq! 
Kalau sampai ada yang datang kepada kita orang awam yang bukan ulama, atau 
penuntut ilmu, atau siapapun orangnya, maka tidak ada antara kita dan al haq 
perseteruan dan permusuhan sama sekali. Bahkan kita berkeyakinan dan 
menganggap al haq adalah sesuatu yang manis dan indah.

Maka, jika para pendusta yang berkata-kata bohong itu ingin menjuluki dan 
menamakan suatu sikap fanatisme terhadap al haq dan berpegang teguh dengan 
al haq dengan sebutan fanatisme terhadap para ulama, maka lakukanlah!

Sungguh orang-orang kafir terdahulu pun telah menamakan dan menyifati hujjah 
Nabi Nuh Alaihis sallam dengan sebutan jidal (perdebatan). Maka, tidak ada 
masalah sama sekali, jika para pendusta yang baru (bermunculan kini) ingin 
menamakan konsistensi ahlul haq (orang-orang yang berpegang teguh dengan al 
Haq) terhadap al haq dengan sebutan fanatisme.

Akan tetapi walaupun demikian, sesungguhnya kenyataan yang jelas-jelas nyata 
dan tidak seorang pun yang dapat menolaknya; kita berkeyakinan dan 
menganggap para ulama kita adalah manusia biasa seperti yang lainnya. Bisa 
salah dan bisa benar. Mungkin tahu, dan mungkin pula tidak tahu.

Kita selalu angkat tinggi-tinggi perumpamaan al Imam Malik, Imamu 
Daril-Hijrah (Imam di Madinah pada zamannya). Bagaimanakah tatkala beliau 
ditanya dengan empat puluh sekian pertanyaan, dan yang ia jawab sekitar 
lebih dari tiga puluh lima pertanyaan? Seluruhnya beliau jawab dengan 
perkataan "La adri" (Saya tidak tahu).[15]

Betapa banyak permasalahan yang kami (Syaikh Ali bin Hasan) berbeda pendapat 
dengan Masyayikh (guru-guru) kami dan para ulama besar kami. Seperti Syaikh 
Ibnu Baz, Syaikh Ibnu 'Utsaimin, Syaikh al Albani. Tetapi kendati pun 
demikian, perbedaan kami dengan mereka semua, tidaklah membuat kami (jauh 
dari mereka). Bahkan kami justru semakin cinta mereka, semakin dekat dengan 
mereka, semakin erat hubungan kami dengan mereka dan orang-orang yang 
sejalan dengan mereka.

Sekali lagi, silahkan para pendusta menamakan hal ini dengan nama fanatisme! 
Sama sekali tidak bermasalah bagi kita. Bahkan hal ini justru membahayakan 
diri mereka sendiri! Bahkan, silahkan beri nama "fanatisme golongan"! Tidak 
membahayakan kepada kita sama sekali! Justru hal itu menyebabkan bahaya pada 
diri mereka sendiri!

Mereka terus melontarkan tuduhan-tuduhan ketika mereka sendiri telah 
melakukan fanatisme dan telah salah dan keliru dalam memahami hakikat 
fanatisme! Alangkah lebih baik, seandainya fanatisme yang mereka praktekkan 
adalah fanatisme kepada orang-orang yang sederajat dengan para ulama kita!

Namun yang amat disayangkan, fanatisme mereka justru ditujukan terhadap 
orang-orang bodoh; terhadap orang-orang remeh dan kecil; terhadap 
orang-orang tidak berguna; yang justru telah menggiring mereka untuk berbuat 
fanatisme dan mendukung mereka sendiri! Tanpa ada hujjah! Tanpa haq!

Mereka orang-orang yang tidak mengerti al haq, tidak mengerti pengetahuan 
tentang ilmu dan hujjah! Mereka sekedar orang-orang yang pintar bicara, 
pandai menghias dan merangkai kata-kata semata! Sedangkan Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

...Åöäøó ãöäó ÇáúÈóíóÇäö áóÓöÍúÑðÇ. …

“Artinya : Sesungguhnya sebagian dari penjelasan terdapat sihir” [16]

Adapun kita, maka kita selalu berusaha berangkat dan berbuat dari ilmu 
syar'i, dari al Kitab dan as-Sunnah, seperti perkataan seorang ulama 
berikut:

Ilmu adalah "Allah berfirman", "Rasulullah bersabda",
"Sahabat berkata", dan bukan perancuan (pengaburan).
Bukanlah ilmu, (jika) engkau tegakkan perselisihan dengan cara yang bodoh, 
(perselisihan antara sabda) Rasul dan pendapat seorang yang faqih (pandai 
ilmu).[17]

Inilah pedoman kita! Dan itulah fanatisme mereka!

Hendaknya setiap orang introspeksi terhadap apa-apa yang telah ia lakukan, 
sebagai bekal persiapan menghadap Allah l ; karena hanya ada dua pilihan 
saja, ke surga atau ke neraka!

Demikianlah yang dapat kami ungkapkan, dengan senantiasa memohon ampunan 
Rabb kita Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sesungguhnya hanya Dia-lah 
yang mampu memberikan ampunan.

Dan shalawat, salam serta berkah, mudah-mudahan senantiasa Allah limpahkan 
kepada Nabi kita Muhammad, para keluarga, dan seluruh sahabatnya. Wa akhiru 
da'wana 'anil-hamdu lillahi-Rabbil-'alamin.



[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Disunting dari 
muhadharah di Masjid Islamic Center Jakarta, Ahad, 23 Muharram 1428H/11 
Februari 2007M, Diterjemahkan oleh Ustadz Abu 'Abdillah Arief B. bin Usman 
Rozali]
__________
Foote Note
[1].Yang disampaikan sebelumnya oleh Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 
–hafizhahullah-
[2]. HR Abu Dawud (3/305 no. 3597), Ahmad (2/82), dan lain-lain, dari hadits 
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dan ini lafazh dalam Sunan Abi 
Dawud. As-Silsilah ash-Shahihah (1/798 no. 437)
[3]. HR Al-Bukhari (5/1976, 2253 no. 4849 dan 5717, 6/2474 no. 6345), Muslim 
(4/1985 no. 2563), dan lain-lain, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 
‘anhu.
[4]. HR Al-Bukhari (1/14 no. 13), Muslim (1/67, 68 no. 45), dan lain-lain, 
dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu
[5]. Syaikh Ali bin Hasan –hafizhahullah- membawakan perkataan Al-Imam Ibnul 
Qayyim ini secara makna. Lihat Miftahu Daris Sa’adah (1/442-443)
[6]. Perkataan Syaikhul Islam dan Al-Imam Ibnul Qayyim ini pun dibawakan 
Syaikh Ali bin Hasan -hafizhahullah- secara makna. Kemudian beliau 
mengomentari wasiat syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini dan berkata : 
“Kata-kata yang sudah sepantasnya ditulis dengan air mata, karena begitu 
agungnya. Maka, hafalkanlah!”. Lihat catatan kaki dalam tahqiq beliau 
terhadap kitab ini, Miftahu Daris Sa’adah (1/443)
[7]. HR Al-Bukhari (4/1577 no. 4085) (6/2612, 2649 no. 6726, 6830), Muslim 
(3/1469 no. 1840) dan lain-lain dari hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 
‘anhu
[8]. Lihat Shahih Al-Jami (7520)
[9]. HR Muslim (3/1482-1482 no. 1855) dan lain-lain dari hadits Auf bin 
Malik Al-Asyja’i Radhiyallahu ‘anhu
[10]. HR Al-Bukhari (6/2588 no. 6647), Muslim (3/1470 no. 1709), dan 
lain-lain dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu ‘anhu
[11]. HR Al-Bukhari (1/14 no. 13), Muslim (1/67, 68 no. 45) dan lain-lain, 
dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu
[12]. HR Muslim (4/1999 no. 2586), dan lain-lain, dari hadits An-Nu’man bin 
Basyir Radhiyallahu ‘anhu.
[13].. HR Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath (7/270 no. 7473) dan 
lain-lain dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu.
[14]. Hadits shahih riwayat Ibnu Majah (1/16 no. 43) dan lain-lain, dari 
hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu..Ini lafazh dalam Sunan Ibnu 
Majah. Dan Syaikh Ali bin Hasan membawakannya dengan lafazh yang mendekati 
dan mirip dengan lafazh ini. Lihat juga As-Silsilah Ash-Shahihah (2/610 no. 
937)
[15]. Lihat kisahnya dalan Siyaru A’lamin Nubala (8/77)
[16]. HR Al-Bukhari (5/1976, 2176 no. 4851, 5434) dari Abdullah bin Umar 
Radhiyallahu ‘anhuma, Muslim (2/594 no. 869) dari Ammar bin Yasir 
Radhiyallahu ‘anhu, dan lain-lain. Adapun makna hadits ini, di antaranya 
adalah : sebagian penjelasan orang ada yang mampu membuat hati orang lain 
yang mendengarnya terpengaruh dan terbawa, walaupun kepada sesuatu yang 
tidak haq. Lihat An-Nihayah fi Gharib Al-hadits wal Atsar (1/759)
[17]. Bait-bait syair ini dibawakan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. 
Lihat Fawa’id al-Fawa’id hal. 238

Dicopy dari sumber : 
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=2089&bagian=2

_________________________________________________________________
Don't just search. Find. Check out the new MSN Search! 
http://search.msn.com/



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke