BERDANSA DENGAN TKW DI ATHENA

Oleh Satrio Arismunandar
(News Producer – Trans TV)

Tugas sebagai wartawan yang meliput berita, terkadang banyak cerita 
sampingannya. Entah mau dinilai positif, ataupun negatif. Itu saya alami ketika 
bertugas meliput obyek-obyek pariwisata di Athena, Yunani, pada 25 Oktober – 4 
November 2006. Saya selaku news producer, didampingi Lestariana Sinaga alias 
Tary (reporter), dan Vincentia Yunita alias Ipung (camera person). 

Ceritanya, ketika sedang mengambil gambar di salah satu alun-alun kota tua dan 
eksotis tersebut, kami bertemu dengan sejumlah tenaga kerja wanita (TKW) asal 
Indonesia, yang bekerja di Yunani. Ngobrol punya ngobrol, ternyata ada sekitar 
300-400 TKW yang mencari nafkah di sini. Gaji mereka cukup lumayan untuk ukuran 
Indonesia. Minimal tiap bulan mereka bisa mengantongi bersih 500 – 600 euro, 
atau sekitar Rp 6 juta. Wow! Lebih besar dari gaji sebagian besar wartawan di 
News Trans TV.

Tary, Ipung dan saya sepakat, kehidupan para TKW di Yunani ini menarik 
dijadikan bahan liputan. Kalau kisah TKW di negara Arab, Malaysia, atau Hong 
Kong, sudah cukup banyak diketahui. Tapi kehidupan TKW di Yunani amat jarang 
diliput, dan tingkat pendapatan mereka tampaknya jauh lebih baik ketimbang TKW 
kita di negeri-negeri lain. Perlakuan kaum majikan Yunani kepada mereka pun 
sangat baik. Tidak pernah terdengar kasus pemukulan, penyiksaan atau 
pemerkosaan terhadap TKW asal Indonesia. Rupanya masalah penegakan hukum dan 
HAM cukup baik di negeri anggota Uni Eropa ini.

Kami diberitahu bahwa akan ada acara halal-bihalal di KBRI Athena pada hari 
Minggu, 29 Oktober. Pada hari libur itu, para warga Indonesia di Athena, yang 
mayoritas bekerja sebagai TKW, akan berkumpul di KBRI. Mengapa? Karena hari 
libur (Sabtu dan Minggu) adalah hari yang paling memungkinkan mereka berkumpul 
dan bersilaturahmi. 

Kami berniat meliput acara itu, maka kami pun datang ke KBRI hari Minggu siang. 
Wah! Ternyata sudah sangat ramai. Ruang aula KBRI penuh sesak, tak sanggup 
menampung para warga RI. Acara dimulai dengan sambutan, doa, dan ritual saling 
maaf-memaafkan yang biasa. Sebagai tamu, oleh pihak KBRI, saya dipersilakan 
duduk di jajaran kursi depan. Sementara Tary dan Ipung melakukan tugasnya 
meliput acara. Akhirnya, tibalah acara hiburan.

Musik pun dimainkan dengan lagu Poco-Poco. Seorang TKW berambut panjang dan 
temannya yang lain, dengan semangat langsung turun berdansa di panggung. Kalau 
melihat caranya berdansa, tampaknya dia cukup sering berdansa. Suasana jadi 
makin meriah. 

Eh, Pak Andre, salah satu staf KBRI berseru: “Rekan dari Trans TV! Ayo, jangan 
malu-malu! Silahkan ikut berdansa!” Yang dimaksud “rekan dari Trans TV” itu 
adalah saya, karena Tary dan Ipung sedang ada di pinggiran, mengambil gambar 
dan mencatat.

Si TKW yang gaya dansanya cukup dinamis itu langsung menarik-narik tangan saya, 
agar turut berdansa! Celaka! Apalagi staf KBRI yang lain ikut memanas-manasi. 
“Ayo! Ayo! Jangan malu-malu!” Sementara itu dua atau tiga TKW lain sudah turun 
pula ke lantai dansa. Suasana makin riuh. Tapi belum ada satu cowok pun yang 
turut berdansa. 

Di sinilah akhirnya, saya berpikir, batas hubungan antara wartawan dan nara 
sumber makin menipis. Teori bahwa wartawan harus “menjaga jarak” dengan urusan 
para nara sumber, sulit saya pertahankan. 

Pertama, suka atau tidak, faktanya saya adalah tamu di KBRI, walaupun 
kedatangan saya sebetulnya untuk maksud meliput acara halal-bihalal. Sebagai 
tamu, ada dorongan untuk menghormati atau bersopan santun dengan pihak tuan 
rumah. Rasanya kurang sreg kalau terus-menerus bersikap kaku dan tidak membaur.

Kedua, saya tidak ingin ada kesan di kalangan para TKW ini, yang notabene 
merupakan mayoritas warga RI yang tinggal di Athena, bahwa “wartawan Trans TV 
merasa dirinya terlalu tinggi untuk menari atau turut bergembira bersama para 
TKW.” Manusia kan pada dasarnya sama saja, apapun status sosialnya. Entah dia 
Producer Trans TV atau TKW. 

Maka, akhirnya, saya pun ikut menari bersama para TKW. Setelah saya “turun”, 
barulah ada cowok lain, tampaknya seorang pekerja swasta Indonesia di Yunani, 
yang juga turut menari. Saya menari sebisanya dengan gaya disco tahun 1970-an, 
meski musiknya berirama Poco-Poco, larena memang cuma gaya itu yang saya bisa! 
Saya terus menari bersama para TKW, sampai lagu itu habis.

Seusai acara menari itu, Ipung berkomentar positif. Katanya pada saya: “Karena 
elu tadi mau ikut berdansa, hal itu telah membuat breaking the ice (maksudnya: 
mencairkan suasana).” Suasana jadi lebih akrab, tidak kaku dan berjarak seperti 
awalnya. “Ah, apa iya?” ujar saya, kurang yakin.

Tapi, percaya atau tidak, berdansa dengan para TKW menjadi salah satu 
pengalaman berkesan buat saya, dari liputan jurnalistik ke Yunani. Tentunya, 
selain melihat keindahan Acropolis dan peninggalan peradaban Yunani kuno, yang 
sudah ribuan tahun usianya itu…. ***


 
____________________________________________________________________________________
Do you Yahoo!?
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.
http://new.mail.yahoo.com


Web:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

Klik: 

http://mediacare.blogspot.com

atau

www.mediacare.biz

Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke