Sabtu, 09 Desember 2006







                      


                       


                        


                      


                       


                        


                      


                       


                        


                      


                       


                        













Terumbu Karang Rusak

Perlu Alternatif Mata Pencarian Masyarakat Pesisir






Jakarta,
kompas - Kerusakan terumbu karang di Indonesia mengalami percepatan
dalam 20 tahun terakhir. Kerusakan ini terutama lantaran banyak pihak
tergiur dengan nilai ekonomi terumbu karang dan biota lautnya yang
mahal akibat banyaknya permintaan pasar.

"Rehabilitasi
kerusakan terumbu karang yang parah itu sebaiknya tidak hanya
mengutamakan konservasi, tetapi juga memerhatikan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat setempat," kata Jamaludin Jompa, Kepala Pusat
Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin, di Jakarta, Jumat
(8/12).



Menurut
Jamaludin, upaya perlindungan terumbu karang bukan semata bagaimana
melindungi dan memulihkan, melainkan juga bagaimana bisa meneliti dan
memanfaatkan terumbu karang secara berkelanjutan.



"Bagaimana
dengan masyarakat yang menggantungkan hidup pada terumbu karang? Mereka
juga mengalami tekanan berat karena permintaan terumbu karang tinggi
dengan harga menggiurkan. Masyarakat banyak yang tidak tahu dampaknya.
Pemulihan terumbu karang juga harus mengarah pada bagaimana
memanfaatkan terumbu karang secara berkelanjutan," ujar Jamaludin.



Hal
itu dia sampaikan sebagai salah satu pembicara dalam Forum Komunikasi
Masyarakat Pecinta Terumbu Karang yang dilaksanakan Coral Reef
Information and Training Center, Coral Reef Information and Training
Center (CRITC-COREMAP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta,
Jumat.



Kerusakan
akibat eksploitasi manusia ini, misalnya dipakainya terumbu karang
untuk bahan bangunan. Permintaan negara maju yang cukup besar terhadap
beberapa jenis ikan yang hidup di terumbu karang menyebabkan masyarakat
tergiur dan melakukan penangkapan dengan cara yang mengancam keberadaan
terumbu karang itu, antara lain dengan potasium dan bom.



Tingkat kerusakan




Terumbu
karang di Indonesia mencapai 51 persen dari luas 99.513 kilometer
persegi terumbu karang di Asia Tenggara. Hampir 85 persen terumbu
karang Indonesia terancam rusak, yang sekitar 50 persennya mendapat
ancaman kerusakan yang tinggi.



Dari
penelitian terumbu karang di 686 lokasi di Indonesia yang dilakukan
Suharsono, peneliti LIPI, tahun 2005 ditemukan kondisi tutupan terumbu
karang umumnya cukup dan kurang pada 68,51 persen lokasi. Kondisi itu
menggambarkan tutupan karang hidupnya di bawah 50 persen. Padahal,
areal terumbu karang yang luas ini memiliki keanekaragaman hayati laut
yang tinggi terutama karang dan ikan karangnya. Adanya terumbu karang
di Indonesia juga menjadikan bangsa ini sebagai salah satu penyumbang
perikanan laut terbesar di dunia.



Munasik,
pengajar dari Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Semarang, mengatakan, konservasi terumbu karang juga harus sejalan
dengan memberdayakan dan mendidik masyarakat pesisir. "Masyarakat
pesisir yang umumnya miskin itu berada dalam cengkeraman pemilik modal
besar. Mereka mau saja mengambil terumbu karang, menangkap ikan dengan
cara mengebom atau memakai racun karena desakan kebutuhan hidup,"
katanya.



Syihabudin,
Kepala Taman Nasional Kepulauan Wanatobi, membenarkan bahwa masalah
ekonomi dan ketidaktahuan mendorong masyarakat tidak peduli terhadap
keberadaan terumbu karang bagi kelangsungan hidup di masa mendatang.



"Kami
sudah menangkap 50 orang yang merusak terumbu karang, tetapi
eksploitasi tidak juga berhenti. Target hukum kita sayangnya cuma bisa
menangkap pelaku yang kecil di lapangan," katanya.



Dari
forum komunikasi yang dihadiri berbagai elemen masyarakat ini
diharapkan bisa menjadi masukan bagi penyusunan program perlindungan
dan pemanfaatan terumbu karang.

Beberapa
hal yang menjadi masukan dari forum komunikasi ini, antara lain
perlunya upaya untuk terus mendidik masyarakat, melakukan penelitian,
dan mencarikan alternatif mata pencarian yang tidak bergantung
sepenuhnya pada pemanfaatan terumbu karang yang berlebihan. Dengan
demikian sumber daya hayati laut ini dapat dijaga kelestariannya. (ELN)

 

 

“If you spend your whole life waiting for the storm, you'll never enjoy the 
sunshine.”
Morris West (1916-1999)






 
____________________________________________________________________________________
Yahoo! Music Unlimited
Access over 1 million songs.
http://music.yahoo.com/unlimited

Reply via email to