Dari percakapan dengan beberapa wartawan Kompas yang
belum senior amat, orang yang dipecat itu memang
hebat, yakni hebat malasnya. Tak mau ditugaskan
terlalu lama yang jauh dari Jakarta. Sementara
wartawan-wartawan KOMPAS itu cukup kerja keras dan
tekun.Bahkan banyak yang lama ditempatkan di luar
Jakarta bahkan luar Jawa. Lha,bagaimana mau bantu yang
malas, dam mau hidup enak-enak saja di Jakarta?
Mau ke makam Pak P.K.Ojong? Bagus sekali. Sebab Pak
Ojong paling tidak suka melihat karyawan yang malas
dan indisipliner. Semua orang tahu! Jadi kalau mau ke
makam Pak Ojong untuk refleksi, bagus sekali.


--- ucok sky sky <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kisah Tragis Wartawan Kritis
> Tragis. Begitulah kisah yang dialami Mas Bambang,
> seorang jurnalis yang sepanjang kariernya memegang
> teguh prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik.
> Namun
> justru karena memegang teguh prinsip itulah, lelaki
> pendiam bertubuh kecil bernama lengkap Paulus
> Bambang
> Wisudo itu akhirnya dipecat dari tempatnya bekerja
> selama 15 tahun, yakni koran terbesar di Indonesia,
> Harian KOMPAS.
> 
> Pemecatan itu merupakan buntut dari perseteruan
> Serikat Pekerja KOMPAS dengan para petinggi KOMPAS
> sejak kurang lebih 2 tahun terakhir. Mas Bambang dan
> sejumlah pengurus Serikat Pekerja selama ini
> menuntut
> agar 20 persen saham karyawan yang sudah disepakati
> oleh dua pendiri KOMPAS, Jacoeb Oetama dan PK.
> Oejong,
> diberikan kepada karyawan. Perusahan menolak. Namun
> setelah melewati sejumlah negosiasi yang alot,
> akhirnya disepakati bahwa karyawan berhak mendapat
> 20
> persen dari dividen.
> 
> Namun setelah tujuan tercapai dan karyawan
> mendapatkan
> haknya (meski belum mewujud jadi kenyataan),
> sejumlah
> wartawan yang selama ini kritis dan menjadi
> penggerak
> serikat pekerja dimutasi. Syahnan Rangkuti, Ketua
> serikat, dimutasi ke Padang, dan Mas Bambang
> dimutasi
> ke Ambon. Syahnan menerima, Mas Bambang menolak.
> Karena ia menganggap iu adalah strategi untuk
> membuang
> dirinya.
> 
> Buntut dari percekcokan itu, akhirnya KOMPAS melalu
> Pimrednya, Suryopratomo, mengeluarkan surat
> pemecatan
> terhadap Mas Bambang, tertanggal 8 Desember 2006,
> dengan alasan telah meresahkan lingkungan KOMPAS.
> Sebuah alasan yang lucu. Suryopratomo juga
> menambahkan
> bahwa perusahaan tidak lagi memercayai Mas Bambang,
> sehingga kerjasama tidak bisa diteruskan. Terhitung
> mulai 9 Desember 2006, Mas Bambang dilarang masuk
> kerja atau menginjakkan kaki di lingkungan KOMPAS.
> 
> Begitulah. Tida seperti slogannya yang berbunyi
> AMANAT
> HATI NURANI RAKYAT, KOMPAS ternyata sanggup juga
> melakukan penindasan dan mengabaikan hati nurani.
> Wisudo mungkin adalah salah satu wartawan terbaik di
> era sekarang ini, namun ternyata KOMPAS tidak nyaman
> dengan orang-orag terbaik. Tampaknya, pelan tapi
> pasti, KOMPAS mulai menjadi tak ubahnya rezim
> otoriter, yakni tidak menyukai orang-orang jujur,
> kritis dan teguh memegang prinsip kebenaran. 
> 
> Jika hasrat akan kebenaran (will to truth) sudah
> dikalahkan oleh hasrat akan uang atau kekuasaan
> (will
> to power), maka akan selalu seperti itulah
> kejadiannya. Tak peduli pada institusi media, yang
> diharapkan menjadi ujung tombak dalam mengabarkan
> kebenaran.
> 
> --- Wido Q Supraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Pimpinan Kompas Tidak Temui Pendemo
> > 
> > Ahmad Dani - detikcom
> > 
> >  
> > 
> > Jakarta - Setelah berdemo selama 1 jam lebih,
> > puluhan pendemo dari Komite
> > Anti Penghapusan Serikat Pekerja (Kompas) pulang
> > dengan tangan hampa. Tidak
> > ada satu pun pimpinan Kompas yang bersedia menemui
> > mereka.
> > 
> >  
> > 
> > Tuntutan yang semula akan mereka sampaikan
> akhirnya
> > diserahkan ke aparat
> > Polsek Tanah Abang.
> > 
> >  
> > 
> > Di penghujung aksi demo yang digelar di depan
> Gedung
> > Kelompok Kompas
> > Gramedia (KKG), Palmerah, Senin (11/12/2006),
> > sebetulnya sempat ada beberapa
> > pimpinan redaksi Kompas ke luar dari gedung KKG.
> > Namun begitu melihat 20-an
> > pendemo, mereka kembali masuk ke dalam. 
> > 
> >  
> > 
> > Begitu melihat pimpinan Kompas balik badan, para
> > pendemo langsung berteriak,
> > "Hei, jangan jadi pengecut!"
> > 
> >  
> > 
> > Namun teriakan mereka tidak direspons, sehingga
> > pendemo akhirnya
> > menyampaikan tuntutan mereka kepada Polsek Tanah
> > Abang.
> > 
> >  
> > 
> > Dalam surat tuntutan itu, mereka meminta antara
> > lain, pihak Kompas
> > membatalkan pemecatan Bambang Wisudo dan tidak
> > menghalangi lagi bekerja. 
> > 
> >  
> > 
> > Aksi demo ini rencananya akan dilakukan slama
> > beberapa hari. Di sela aksi
> > itu mereka juga merencanakan mengunjungi makam
> > pendiri Kompas, PK Otjong.
> > 
> >  
> > 
> > Hingga kini, pimpinan Kompas belum menjelaskan
> > mengenai kasus pemberhentian
> > Bambang Wisudo. Meski kasus ini sebenarnya berawal
> > dari kasus internal,
> > namun kasus ini telah melebar menjadi kasus hukum,
> > karena Bambang Wisudo
> > melaporkan masalah ini ke polisi. 
> > 
> > (umi/asy)
> > 
> >  
> > 
> > Source :
> >
>
<http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/11/ti
> > me/141100/idnews/718633/idkanal/10>
> >
>
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/11/tim
> > e/141100/idnews/718633/idkanal/10
> > 
> >  
> > 
> > 
> 
> 
> Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com 
> 


 



 
____________________________________________________________________________________
Need a quick answer? Get one in minutes from people who know.
Ask your question on www.Answers.yahoo.com

Reply via email to