Kalo ngomongin Bung Satrio sih, saya sangat menikmati tulisannya ketika
Perang Irak tahun 1990, menurut saya ketika itu liputan Bung Satrio termasuk
yang kudu dibaca. Liiputannya membuat saya simpati sama saddam husein.
cuman sejak itu memang tidak ada liputan yang "mengigit" dari Bung Satrio.
Di Kompas sekarang bung Wisudo termasuk yang bagus tulisannya sama seperti
liputan Maruli tobing atau rikard bagun (kok jarang nulis lagi sih). tipikal
Satrio dan Maruli hampir sama... jurnalis itu harus berpihak kepada yang
lemah betapapun yang lemah itu salah (ini cuman perasaan loh).
Tapi ketika di TV justru bung satrio kehilangan imaginasinya (?) apa mungkin
karena karakter kedua media ini berbeda?
kalo di koran kita bisa menerawang melintasi daya imaginasi kita, tapi
bahasa tv sudah begitu gamblang audio dan videonya.
cuman saya agak heran memang mengapa bung satrio lebih "hijau" gitu? ada apa
yah? atau memang bung Satrio ini sekarang menganggap hijau ini lebih lemah
sehingga perlu berpihak?
saya rasa apa yang Ging bilang cukup bijak buat aji (emang loh Ging dari
dulu tetep "cool"...) eh kabar eko item gimana yah? ada yang tahu?
denger-denger di di BBC?

salam dari rimba borneo,

ph


On 12/18/06, pam budi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Buat Bung Satrio
> Tenang saja. Ibarat begitu banyaknya anjing menggonggong, kafilah berlalu.
> Kayaknya milis ini mmg sdh tak cocok untuk postingan yang peduli pada
> seputar masalah pers.
> Biarlah orang2 yg ngomong ngalor ngidul penuh caci maki dan sumpah serapah
> itu bergaya di sini, karena mungkin tak punya media aktualisasi diri di
> tempat lain.
> Kayaknya orang2 spt Bung Satrio, Bung Ade Armando, Bung Radityo, dan
> beberapa insan peduli pers lainnya perlu "hijrah" ke milis lain saja, atau
> bikin milis baru lagi.
>
> Wassalam,
> pambudi

Kirim email ke