Miliser hypersex ini bikin ulah lagi. Masih dengan gayanya yang tak bermutu 
itu. Memindahkan sebuah diskusi dari satu milis ke milis lain (dengan memakai 
nama samaran yang berbeda-beda), lalu memotong-motong isi posting seseorang 
tanpa etika sama sekali, serta memanipulasinya sedemikian rupa dengan tujuan 
disinformasi dan penyesatan orang banyak. Ketika direspons, dia menghilang 
dengaan sikap yang sangat pengecut, lalu loncat ke milis lain dan menebar racun 
di sana.

Inilah manusia sok pintar tapi tak punya kejujuran ataupun integritas. 
Budayawan/sosisolog palsu yang senantiasa asyik berkasak-kusuk dan tidak 
membawa manfaat apa-apa bagi orang lain di sekitarnya. Jika banyak manusia 
Indonesia yang seperti ini, tak heranlah jika kondisi Indonesia saat ini penuh 
dengan karut-marut pada stadium gawat.

Untuk kesekian kalinya saya usulkan kepada Anda, jika berani berdikusi serius 
tentang krisis budaya di Indonesia, dan jika ingin memindahkan diskusi dari 
satu milis ke milis lain, cobalah menyertakan thread lengkap dari awal, bukan 
cuma sepotong-sepotong yang disampaikan dengan cara abusive untuk kepentingan 
diri sendiri. Jika tak berani melakukan diskusi yang jujur dan terhormat, ya 
saya anggap saja Anda ini pengecut ingusan yang tak tahu malu.

Mari kita lihat, adakah miliser mediacare yang akan menyambut postingan Anda 
ini dengan serius. Setelah itu, kita akan lihat juga cara dan gaya Anda dalam 
menanggapinya. barang busuk tetaplah busuk, sekalipun dibungkus dengan 
kata-kata muluk sekeren apapun.

May CULTURE be with you.

manneke
PS: By the way, untuk pertanyaan Anda: "Apakah Indonesia memiliki philosopher?" 
Jawabannya, "Ya. Dan cuma ada satu. Sayangnya, dia philosopher gadungan yang 
megaloman dan skizofrenik. Namanya? kadang (Hyper)Sekspeare kadang Das 
Kopiupilan." Cilakalah bangsa ini...


-----Original Message-----

> Date: Tue Jan 09 06:52:06 PST 2007
> From: "Well... I am SeksPeare" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [mediacare] Just Checking: Apakah Indonesia Memiliki Philosopher?
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
> Pertanyaan ini mungkin ada kaitannya dgn thread *Daya Fikir* (di milis lain)
>    
>   Dijelaskan bahwa ada kultur (ilmiah, institusi) dan ada &#733;kultur&#733; 
> (non ilmiah, non institusi)
>   Dalam penjelasan tersebut, dikatakan bahwa Gunawan Muhammad, adalah 
> budayawan (pokok pemikirannya, tidak bersandar pada pendekatan -so called- 
> ilahiah, tdk sama halnya dgn Aa Gym, yg ditempatkan sebagai budayawan dalam 
> tanda kutip)...
>    
>   Pertanyaan saya adalah: 
>   1. Mengapa tdk menggunakan saja terminologi *Philisopher* terhadap Gunawan 
> Muhammad?... Mengapa harus ada dikotomi budayawan *dalam tanda kutip* dan 
> *tanpa tanda kutip*? (Intellectual Exercise?)
>    
>   Quote 01: Ia bisa saja seorang akademisi, tetapi tak harus selalu demikian. 
> Goenawan Mohamad bukan akademisi, tetapi jelas budayawan. (End of 
> quote/Manneke Budiman/FPK)
>    
>   Quote 02: lalu bagaimana dengan AA Gym? Dalam pengertian "budayawan" 
> superlonggar di awal kuliah saya, ia bisa saja diberi label "budayawan" 
> (seperti yang dilakukan Kopiracun). Namun, dari sudut pandang ilmu budaya, AA 
> Gym bukan budayawan (tanpa tanda kutip).
>    
>   2. Masuk dalam pertanyaan selanjutnya: WHAT IS CULTURE?
>    
>   Bagi yg ogah (malas?) buka referensi, saya bermurah hati untuk membukakan 
> anda, sbb: (tolong perhatikan highlight)
>   ---------------------------------------------
>   Wikipedia:
>   Culture (from the Latin cultura stemming from colere, meaning "to 
> cultivate"), generally refers to patterns of human activity and the symbolic 
> structures that give such activity significance. Different definitions of 
> "culture" reflect different theretical bases for understanding, or criteria 
> for evaluating, human activity.
>    
>   Anthropologists most commonly use the term "culture" to refer to the 
> universal human capacity to classify, codify and communicate their 
> experiences symbolically. This capacity has long been taken as a defining 
> feature of the humans. However, primatologists such as Jane Goodall have 
> identified aspects of culture among human's closest relatives in the animal 
> kingdom.[1] it can be also said that " it is the way people live in 
> accordance to beliefs, language, history, or the way they dress. "
>   ----------------------------------------------
>   Apakah ada dikotomi pembedaan budayawan tanda kutip dan budayawan dengan 
> tanda kutip?...
>    
>   So, again: WHAT IS CULTURE?...
>   Pertanyaan ini saya lempar ke rekan se *warung kopi* sebagai bahan kajian 
> untuk *warung kopi institute*. Dgn meminta penjelasan murni hasil olah fikir 
> anda sendiri. 
>    
>   Kopitalistic Verses: 
>   1. Budaya/Kultur adalah interaksi manusia dgn alam, manusia dgn manusia dan 
> manusia dgn dirinya. (SeksPeare/Apakabar/2005)
>   1-a. Dalam interaksi itu menghasilkan result berupa faith, believe system, 
> ataupun menghasilkan filsafat.
>    
>   2. Budaya (Kultur) adalah terminologi yg dihasilkan oleh pengkajian 
> akademik (symbolic) untuk menjelaskan sebuah -atau beberapa- dimensi 
> (mistis-fisis/realistis) yg belum berhasil terumuskan melalui penjelasan 
> hard-science. 
>    
>   Your OWN Version:
>   1............................................
>   2............................................ 
>   dst. 
>    
>   Dalam sebuah stadion sepak bola, penonton menilai dan menikmati hasil 
> aktifitas dari permainan para atlitnya, bukan semata cheerleader maupun 
> komentatornya. Cheerleader dan komentator hanya berstatus: Penggembira.
>    
>   Salam Intellectual Exercise
>    
>   Kopitalisme
>   http://kopitalisme.tk
>   http://kopitalisme.blogspot.com
>   Rekan rekan sedang mengumpulkan berbagai artikel yg membicarakan kemandulan 
> dan impotensi kaum intelektual kita.

Kirim email ke