Yang jadi problem sebetulnya hanyalah polemik soal penegakan syariat, selama
masih ada yang memutlakkan penegakan syariat maka selama itu pula tidak akan
pernah ada kesatuan.
Umat Kristen bisa meninggalkan pencampur adukan agama dalam politik, tetapi
segala sesuatu tetap dijiwai oleh ketaatan kepada Tuhan... sebetulnya itu
kan Pancasilais.. lha kita yang sudah punya Pancasila kok malah mau
mencampur adukkan lagi urusan syariat ke dalam negara kan pikiran mundur.
Kalau mau terus menerus berpolemik soal itu ya silakan pade berantem, lihat
saja itu syiah sama sunni tidak pernah akur di Irak maupun Iran. Sementara
itu antara Katholik dengan Protestan saja, yang jelas-jelas akar masalahnya
(bisa dikatakan) penyimpangan dari aturan awal, sekarang cenderung bisa
saling akomodatif setelah melihat bahwa masing-masing sebetulnya punya
tujuan baik dan demi kebaikan. Sudah barang tentu kebaikan itu pasti sejalan
dengan Tuhan.
Jadi kekakuan memandang syariat tidak akan bermanfaat bila tidak diterapkan
pada tempatnya.

Wassalam.

On 2/21/07, sj arifin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Ini masalah lama. Zaman dulu pun orang2 NU (kaum tradisi) mengeluh
karena masjid-masjidnya jatuh ke tangan Muhammadiyah.
Lepas dari simbol-simbol ormas-orpol apapun, bukankah masjid-masjid itu
milik Tuhan, bukan NU, Muhammadiyah, atau PKS.Bukan berarti saya
membenarkan "kelakuan" orang-orang PKS, tapi sebagai organisasi baru,
wajar jika mereka ingin memperkuat basis.
Problemnya adalah basis itu ternyata adalah basis *politik*.
Tanpa kacamata politis, kasus ini sebenarnya tidak berarti. wong cuma
masjid aja. Yang penting kan orang-orang yang shalat di dalamnya. Tetapi
karena ada nuansa politisnya, masalahnya menjadi luber kemana-mana.
Dan sepertinya pergulatan antara Islam dan politik tidak pernah reda,
sejak zaman *Al-Khulafa Ar-Rashidin* hingga era Usamah bin Ladin.
Jika bangsa-bangsa Kristen telah menemukan formula "sekularisme" untuk
mengatasi ketegangan antara agama dan politik, maka orang-orang Islam belum
menemukan formula yang baku (dalam pengertian teruji dan akhirnya disepakati
bersama).
Jadi mari dinikmati aja fenomena itu, sambil dijaga jangan sampai seluruh
kekecewaan itu berkembang menjadi konflik fisik.
Sebab, ummat Islam (tidak semuanya sih) gampang tergelincir
mencampur-adukkan agama dan politik menjadi konflik "seolah-olah" suci. ini
juga cerita lama.
Hampir seribu tahun yang lalu* Al-Syahrastani* menulis (dalam *al-Milal wa
an-Nihal*): "Bahwa tidak pernah terjadi dalam Islam, darah ditumpahkan
dan pedang dihunus karena masalah aqidah, melainkan terjadi dalam masalah
politik".




----- Original Message ----
From: ibnu sudarmono <[EMAIL PROTECTED]>
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Friday, February 16, 2007 6:17:20 PM
Subject: Re: [mediacare] Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut Organisasi
Lain

 Hehe...

Mas Muhammad Rully,
Anda rupanya sangat perhatian terhadap negeri ini...

PKS, sejauh yang saya tahu sich tidak seperti yang temen-temen di milis
bicarakan.
saya juga memperhatikan fenomena-fenomena organisasi lainnya ..( yang saya
tahu, tidak ada yang sempurna )..

dalam Islam yang saya tahu..diajarkan
watawa saubil haq watawa saubis sobr.
(tolong menolong dalam kebaikan dan dalam kesabaran).

Muhammadiyah atau NU  target utamanya tidak didesain untuk hanya besar
secara organisasi saja, tetapi justru kemaslahatan umatlah yang menjadi
tujuan utamanya... karena organisasi kan hanya kendaraan sajaa... saya
percaya itu.

Ibnu Sudarmono...












----- Original Message -----
*From:* Muhammad Rully <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* [EMAIL PROTECTED] ps.com <mediacare@yahoogroups.com>
*Sent:* Thursday, February 15, 2007 7:43 PM
*Subject:* Re: [mediacare] Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut
Organisasi Lain

 PKS lagi PKS lagi yang kena...

ayo ada apa ini di tubuh PKS...pada introspeksi lah kalian orang orang
PKS...

apakah ini visi misi kalian kedepan untuk indonesia?
untuk politik?untuk dakwah?

atai seperti yang sekarang kalian agung agungkan? koalisi alias musyarokah
???

politik itu keji..kalau kalian berkoalisi, artinya kalian jadi keji
sekarang...mau selamat terussssss

dulu, ada yang jelek kalian demo, sekarang kalian bagian dari yang jelek
jelek ternyata...

rugi saya jadi simpatisan kalian.




On 2/15/07, Nawarih <[EMAIL PROTECTED] com <[EMAIL PROTECTED]>> wrote:

>   Setelah membaca postingan tentang grasak grusuk yang terjadi di rumah
> tua Muhammadiyah dan NU, saya coba kunjungi situs muhammadiyah dan
> saya temukan sebuah tulisan dari redaksi Suara Muhammadiyah.
>
> Quote;
> "Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami cobaan karena sedang
> diacak-acak oleh idelogi politik lain yang kehadirannya seperti lebih
> berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai quwwah"
>
> Meski tulisannya pendek tapi saya bisa menangkap 'kegerahan'
> muhammadiyah terhadap aksi serobot aset dan kader yang dilakukan oleh
> oknum yang dimaksud. Meski tidak menyebutkan nama institusi tapi dari
> tulisan "Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran
> agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas
> nama agama" he....he...sepertin ya ga' jauh - jauh dari temen2-nya
> bung Wido, bung ibnu dll.
>
> Muhammadiyah sebuah ormas yang sudah cukup tua dan mengalami berbagai
> dinamika politik di negeri ini, sepertinya tidak menyangka jika 'anak-
> anak muda' yang baru terjun dan demam politik itu berani dan tega
> melakukan manuver politik kotor ke jantung organisasi mereka.
> Kader mereka di partai2 sebelum reformasi dan pasca reformasi sebut
> saja PG, PPP dan terakhir PAN -partai yang ketuanya juga adalah ketua
> PP Muh- masih ada rasa sungkan dan tau diri untuk mengacak - acak
> rumah tua muhammadiyah maupun NU, apalagi sampai melakukan aksi
> sabotase.
>
> Well, pak Hasyim dan Pak Din, sepertinya anda harus kerja ekstra
> keras lagi untuk merangkul / menarik kader dan aset yang
> telah 'dijarah' tersebut.
>
> http://www.suara- muhammadiyah. or.id/sm/ Majalah/SM02- 16-31-Januari-
> 07-<http://www.suara-muhammadiyah.or.id/sm/Majalah/SM02-16-31-Januari-07->
> Genap/Politik- Quwwah-atau- Fitnah-.html
>
> Politik: Quwwah atau Fitnah?
> Selasa, 16 Januari 2007
> Assalamu'alaikum wr wb,
>
> Pembaca yang terhormat, kegiatan politik jika dikelola secara benar
> dan penuh etika sesungguhnya dapat menjadi pilah kekuatan (quwwah)
> Islam. Artinya dapat memfungsikan ajaran dan kearifan Islam pada
> ranah publik, domestik dan privat sekaligus. Akan tetapi kalau
> kegiatan politik dikelola asal-asalan dengan menggunakan semboyan
> tujuan menghalalkan cara maka kehadirannya dapat menjad fitnah
> kehidupan. Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran
> agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas
> nama agama. Kegiatan politik tanpa etika ini bisa asal tubruk, asal
> klaim dan asal jarah suara dan asal untung secara politik walau
> buntung secara moral. Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami
> cobaan karena sedang diacak-acak oleh idelogi politik lain yang
> kehadirannya seperti lebih berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai
> quwwah. Oleh karena itu persyarikatan harus kita selamatkan agar
> steril dari ideologi lain itu. Demikianlah, sampai jumpa edisi
> mendatang.
>
> Wassalamu'alaikum wr wb. (Redaksi).
>
>
> --- In [EMAIL PROTECTED] ps.com <mediacare%40yahoogroups.com>, manneke
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> > Salah sendiri kok Muhammadiyah dan NU diem aja waktu mesjid-mesjid
> mereka "direbut" kelompok lain. Kedua organisasi Islam "terbesar" di
> Indonesia yang ngaku anggotanya puluhan juta ini ternyata tak berdaya
> ya menghadapi radikalisme di dalam Islam sendiri? Apalagi yang
> minoritas. Mana bisa?
> >
> > manneke
>
>


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com


Kirim email ke