Di Czech TV maupun CNN selalu ada parodi terhadap banyak sekali politisi, 
yang membuat pemirsa geli setengah mati.
Di Indonesia? Well, "lain ladang, lain belalang - lain lubuk, lain ikannya"!
Berbeda dengan di Negeri Belanda, sayang di Ceko tidak ada TV Indonesia yang 
masuk di Kabel TV.
Banyak tertawalah, baik untuk kesehatan.
Salam, bdg

----- Original Message ----- 
From: B.DORPI P. 
To: !B.DORPI P. 
Sent: Friday, March 02, 2007 1:31 AM
Subject: Re.: MENKOMINFO GERAH REPUBLIK MIMPI "Tokoh Mana Yang Terhina?"


http://www.indomedia.com/bpost/032007/2/depan/utama8.htm

Jumat, 02 Maret 2007 02:57

MENKOMINFO GERAH REPUBLIK MIMPI  "Tokoh Mana Yang Terhina?"

"Apa yang paling berkesan ketika Bapak mengingat demonstrasi mahasiswa?" "Saya 
ingat tapos!" "Tapos...? Oh, itu tapol Pak!" 

"Apakah Bapak dendam dengan para mahasiswa?" "Saya tidak ada dendam daripada 
mahasiswa. Demonstrasi itu sehat..."

Demikianlah sepotong tanya jawab Penasihat Presiden Republik Mimpi, Effendi 
Gazalli dengan Pak Suharta dalam acara Republik Mimpi News.Com yang ditayangkan 
Metro TV beberapa pekan lalu. Tayangan parodi politik yang menghadirkan 
mantan-mantan presiden dan wakil presiden RI itu memang sarat joke yang 
mengocok perut pemirsa. Tak heran jika acara itu kian melejit popularitasnya. 

Bahkan saking ngetopnya, khusus wawancara Suharta yang merupakan duplikat 
mantan Presiden Soeharto tersebut sempat ditayang ulang pada episode berikutnya.

Sayang, meski kian digandrungi pemirsa, ada saja pihak yang kurang sreg. Pun 
dengan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Sofyan Djalil, yang 
mengaku kesal dibuatnya. Dia mengancam akan melayangkan somasi. "Saya akan 
pelajari dulu tayangan itu. Kalau memungkinkan saya akan melayangkan somasi. 
Apakah bagus ke masyarakat atau tidak," ujar Sofyan di Gedung DPR, Jakarta, 
Kamis (1/3).

Meski mengaku baru akan mempelajari, namun secara pribadi Sofyan menilai 
tayangan itu sangat berpotensi merusak pemikiran masyarakat Indonesia. Secara 
filosofis, kata dia, tayangan itu sangat buruk.

"Masyarakat Indonesia belum punya edukasi yang bagus untuk menerima tayangan 
seperti itu. Beda dengan Amerika dimana tayangan semacam ini mendapat perhatian 
masyarakat karena demokrasi di sana telah berjalan 200-an tahun," ujar sang 
menteri.

Pada kesempatan itu, Sofyan mengkritik pencetus acara ini Effendi Gazalli yang 
dianggapnya tidak memberikan pendidikan politik yang bagus kepada masyarakat.

"Kalau presiden dilegitimasi dan diolok-olok, mau dibawa ke mana negeri ini. 
Otoritas kepala negara, bahkan sampai kepala desa pun harus dihormati. Presiden 
juga diangkat sebagai simbol kenegaraan dan figur seluruh masyarakat 
Indonesia," tegasnya.

Meski protes, namun kementerian yang dipimpinnya tak punya hak untuk 
menghentikan tayangan tersebut. Itu semua wewenang Komisi Penyiaran Indonesia 
(KPI).

Tak Masalah

Penanggungjawab tayangan Republik Mimpi News.Com, Effendi Gazalli tak telalu 
ambil pusing dengan keberatan Menkominfo. Ia pun tak keberatan jika ia 
melayangkan somasi. "Silakan (somasi). Ada jalur hukumnya, kok. Kalau mereka 
mau pelajari, kami juga akan mendiskusikannya," kata Effendi yang dihubungi via 
telepon, kemarin.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI) ini meminta penegasan 
lebih lanjut dari Sofyan, siapa tokoh yang diparodikan dalam acara itu, yang 
keberatan. 

"Tolong jelaskan ke kami. Siapa tokoh nasional yang merasa terhina. Sehingga 
kami bisa pertimbangkan untuk tidak munculkan tokoh itu lagi, misalnya," kata 
Effendi.

Ia mengaku telah menghubungi istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), 
Sinta Nuriyah, yang dalam parodi Republik Mimpi Gus Dur diprlesetkan namanya 
menjadi Gus Pur. Dan nyatanya Gus Dur sama sekali tidak terhina.

Sebelumnya, Effendi juga telah menghubungi Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, 
mantan presiden ke-5 RI itu justru senang dengan ucapan-ucapan Megakarti yang 
mirip dengan yang selalu diucapkannya, semacam ungkapan tebar pesona, merdeka, 
dan lain-lain. "Jadi siapa yang merasa dilecehkan," katanya dengan nada 
meninggi. 

Selain Gus Pur yang diperankan Handoyo, tayangan ini juga menghadirkan 
tokoh-tokoh yang memparodikan para mantan wakil presiden maupun presiden RI. 
Sebut saja, Sukarti "Megakarti", Suhadi "Habibie", hingga Abdul Muluk 
"Suharta". Tayangan kian hidup dengan kehadiran sang Presiden Republik mimpi Si 
Butet Yogya (SBY) dan Wakilnya Jarwo Kuat (JK). 

Effendi heran jika acara itu dipermasalahkan. Padahal masyarakat Asia menerima 
kehadirannya dengan baik. "Waktu masih tayang di stasiun televisi lain, ini 
adalah acara talk show televisi terbaik di Asia. Kami berpatokan acara ini 
menurut orang Asia terbaik," kata Effendi, seraya menyatakan tetap keukeuh akan 
melanjutkan tayangan tersebut. 

"Kreatifitas tak boleh dikekang. Janganlah suatu pemerintahan hanya mau ambil 
popularitasnya tanpa audit kampanye, misalnya. Karena dia tak bisa tegakkan 
hukum," katanya.

JBP/aco/mur








Kirim email ke