itulah PR pendidikan di negeri ini, jangan hanya terfokus pada
intelektual saja. Saya rasa, penumpang garuda dan gambaran orang yang
dimaksud dari artikel diatas adalah orang yang punya intelektual yang
tinggi, tetapi empatinya?



On 3/8/07, :::maZagung::: <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.rakyatmerdeka.co.id/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=lihat_edisi_website&id=29829
>
>  Luput dari Maut Lalu Mengumpat, "Bangsat, Meledak!"
>
>  Kamis, 08 Maret 2007, 09:44:55 WIB
>
>  Laporan: Tri Soekarno Agung
>
>  Jakarta, Rakyat Merdeka. Pesawat Garuda Indonesia dengan kode penerbangan
> GA-200 yang ludes terbakar di areal persawahan di luar landasan Bandara
> Adisucipto, Jogjakarta pada Rabu kemarin (7/3), menyisakan kesedihan yang
> mendalam. Kita kembali berduka.
>
>  Tercatat, 21 orang penumpang dan seorang awak Garuda tewas dengan kondisi
> mengenaskan. Bahkan, masih ada tujuh mayat yang gosong, yang sampai Kamis
> pagi ini (8/3) masih sulit dikenali. Belum lagi para korban pesawat naas itu
> yang mengalami luka parah seperti terbakar dan patah tulang.
>
>  Namun, jika Anda cermat menonton tayangan detik-detik pesawat jenis Boeing
> 737-400 itu terbakar seperti yang terlihat berulang-ulang di stasiun
> televisi sejak kemarin sampai pagi ini, ada yang menggelitik.
>
>  Sesaat setelah pesawat mulai dijilat-jilat si jago merah dan sesekali
> terdengar bunyi ledakan keras, semua orang dari dalam pesawat lari tunggang
> langgang. Mereka pontang-panting mencari tempat yang aman. Ada yang
> sendirian, ada juga yang memapah penumpang lain yang begitu parah
> kondisinya.
>
>  Seperti reality show. Ada yang menjerit-jerit. Ada yang berteriak-teriak.
> Ada juga yang tampak linglung. Semua terekam dari sebuah kamera tangan milik
> seorang penumpang. Konon, si pengambil gambar juga mengalami luka yang
> parah. Meski begitu, dengan rasa ketakutan yang sangat, ia pun tetap terus
> ingin mengabadikan tragedi yang mungkin pertama kali dialami.
>
>  Beberapa saat setelah penumpang berhamburan keluar, terekam dengan jelas
> seorang pria sebaya dengan memakai jaket hitam sambil menenteng tas kotak di
> pundaknya, tertatih-tatih. Jalannya pincang. Nafasnya tersengal-sengal. Ia
> berhenti persis di depan kamera.
>
>  Sambil berjalan mengendap-endap di pematang sawah yang terletak di Desa
> Telotirto, Berbah, Sleman, Jogjakarta, pria yang tampak rapi berpakaian itu
> sempat membalikkan badan melihat pesawat dari kejauhan 200-an meter. Masih
> dengan nafas pendek, ia malah mengumpat. "Bangsat! Gila, bisa meledak!".
>
>  Suara itu jelas terdengar dari rekaman video. Entah karena dia begitu
> panik, tegang, takut, jengkel atau marah sekalipun, kata-kata kasar seperti
> itu mungkin tanpa disadari meluncur dari mulutnya. Situasi begitu mencekam.
>
>  Lucunya, setelah sempat mengumpat, pria berkumis itu pun melenggang.
> Padahal, di samping dia ada seorang perempuan yang parah kondisinya. Tapi si
> pria pengumpat itu dengan enteng malah pergi begitu saja. Mungkin sangat
> tidak dia sadari bahwa dirinya lebih beruntung bisa selamat daripada
> penumpang-penumpang lain yang akhirnya tewas terpanggang. Ironis! iga
>
>
> ---------------------------------
> Expecting? Get great news right away with email Auto-Check.
> Try the Yahoo! Mail Beta.


-- 
yudie matta
Student of Life
+628563069841
[EMAIL PROTECTED]

Reply via email to