Mas Radit,
Dalam bukunya yang berjudul KAJIAN BUDAYA FEMINIS, Aquarini menulis "Aku 
menulis karena aku marah". Dan, aku kadang-kadang merasakan hal yang sama. 
Anyway, I love the last sentence of yours, "Bukankah susah atau senang hanyalah 
permainan rasa belaka?" Kedewasaan seseorang yang akan membuatnya mampu 
mengatasi segala macam permainan rasa yang menghampirinya, sehingga dia akan 
selalu menulis, baik dalam suka maupun duka, termasuk tatkala sedang marah.

Salam hangat,
Nana

radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:    Tidak ada yang lebih 
menyenangkan selain bisa berbagi pengalaman, syukur kalau di dalamnya terselip 
ilmu yang bisa dimanfaatkan. Hal tersulit dalam menulis adalah memulai. Maka, 
jangan pernah ia musuhi. Jadikan memulai sebagai sebuah tantangan, bukan 
tentangan. 
   
  Menulis saat bahagia itu biasa, baru luar biasa jika bisa menulis dalam 
keadaan berduka atau bahkan terluka. Biasakan menulis sekalipun dalam suasana 
hati yang ekstrem. Bukankah susah atau senang hanyalah permainan rasa belaka? 
   
   
  pesan dari pepih nugraha 
  partime blogger, belum full-time (soalnya masih berstatus wartawan kompas)
   
   
   
   

---------------------------------
  Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.  


For the world, you are just someone; for someone, you can be his/her world
  
  visit my blogs please, at the following sites
  http://afemaleguest.blog.co.uk
  http://afeministblog.blogspot.com
  http://afemaleguest.multiply.com
  
  THANK YOU
  Best regards,
  Nana
  

       
---------------------------------
Give spam the boot. Take control with tough spam protection
in the all-new Yahoo! Mail Beta.

Kirim email ke