http://www.antara.co.id/arc/2007/5/30/tni-siap-jelaskan-keberadaan-sutiyoso-di-timtim-pada-1975/

30/05/07 01:32

TNI Siap Jelaskan Keberadaan Sutiyoso di Timtim pada 1975

Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia hari Selasa 
menyatakan siap menjelaskan keberadaan Sutiyoso, gubernur DKI Jakarta, saat 
bertugas sebagai anggota TNI di Timor Timur pada 1975.

"Beliau (Sutiyoso) adalah mantan anggota TNI dan menyangkut Timor Timur. Kita 
akan bantu mencari tahu penugasannya di sana," kata Kepala Pusat Penerangan TNI 
Marsekal Pertama Sagom Tamboen ketika dihubungi ANTARA News di Jakarta.

"Bagaimana pun, yang bersangkutan bukan lagi anggota TNI, berarti tidak lagi 
menjadi tanggungjawab TNI. Tapi, ketika masih bertugas menjadi tanggungjawab 
TNI," katanya.

Sebelumnya, polisi Australia memanfaatkan kedatangan Gubernur DKI Jakarta 
Sutiyoso ke Sydney untuk menyampaikan surat panggilan sidang perkara Balibo 
Lima 1975 kepadanya dengan cara masuk ke kamar hotelnya di Sydney, dengan 
menggunakan kunci master kamar hotel itu.

Akibat kejadian tersebut, Gubernur Sutiyoso dan rombongan pejabat pemerintah 
DKI Jakarta, yang mengunjungi Sydney sebagai tamu pemerintah negara bagian New 
South Wales, mempercepat kunjungannya.

Balibo Lima 1975 adalah perkara lima wartawan terbunuh di Timor Timur pada 
tahun itu, yang disidangkan di negara bagian tersebut.

Sutiyoso adalah lulusan Akademi Militer Nasional 1968 dan pernah dilibatkan 
dalam operasi Flamboyan dan Seroja di Timor Timur pada 1975.

Selama ini diketahui bahwa lima wartawan itu tewas akibat terjebak dalam 
bakutembak antara kelompok sukarelawan dengan gerombolan Fretilin.

Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Australia Gough Whitlam, yang memberikan 
keterangan di pengadilan Sydney pada 8 Mei, menyatakan tidak pernah melihat 
dokumen apa pun, yang menunjukkan tentara Indonesia memerintahkan pembunuhan 
terhadap lima wartawan Australia di Balibo, Timor Timur, tahun 1975 itu.

Whitlam memenuhi panggilan pengadilan untuk memberikan bukti terkait dengan 
kematian Brian Peters, salah satu dari lima wartawan Australia, yang tewas 
dalam peliputan di Timor Timur tahun 1975.

Menurut mantan politisi itu, yang ketika itu menjabat perdana menteri 
Australia, satu bulan sebelum kejadian tersebut, ia mengingatkan salah seorang 
dari lima wartawan tersebut bahwa pemerintah tidak punya cara untuk melindungi 
mereka saat mereka bepergian ke Timor Timur.

Wartawan itu tetap pergi, kata Whitlam dalam kesaksiannya di pengadilan 
tersebut.

Dikatakannya, ia pertama kali mendengar kabar kematian kelima wartawan itu lima 
hari setelah kejadian tersebut, ketika diberitahu tentang "pesan tentara 
Indonesia, yang disadap", yang menyebutkan bahwa ada empat tubuh warga kulit 
putih di Balibo.

Whitlam mengatakan tidak melihat ada dokumen atau bahan apa pun, yang 
menunjukkan bahwa orang Indonesia sedang merencanakan pembunuhan wartawan 
tersebut dan tidak pula ada bukti apa pun yang menunjukkan bahwa para wartawan 
itu sengaja dijadikan sasaran

Kirim email ke