salam Mas Handy saya pikir untuk mendudukkan masalah ini kembalikan saja ke hukum yang ada. Ingat ada asas praduga tak bersalah yang menjadi hak setiap orang. Apa benar Abu Dujana betul-betul teroris itu juga belum bisa dibuktikan. Pengadilan lah nanti yang akan membuktikan itu. Misalnya kasus yang menimpa Abu Bakar Ba'asyir, toh akhirnya sampai di Mahamah Agung tuduhan sebagai teroris tidak terbukti. Jadi, menurut saya polisi harus bekerja profesional jangan sok-sok sebagai yang paling benar dan berhak mengadili seseorang tanpa proses hukum Salam Arif Handy <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Adalah pantas apabila Teroris sekelas Abu Dujana Ditembak.
Tim Pengacara Muslim yang menuntut Den 88 tidak beralasan. Keterangan yang mengatakan bahwa Den 88 menembak Abu Dujana dihadapan anak2 nya adalah melanggar HAM terutama perlindungan anak. Yang seharusnya dituntut ke Komisi Perlindungan Anak adalah Abu Dujana sendiri. Dengan otak serangkaian pengeboman seperti di Bali dan Hotel JW Marriot. Berapa banyak anak-anak2 yang kehilangan ayahnya yang menjadi korban pengeboman biadab ??? Berapa banyak anak2 yang meringis melihat ayahnya kehilangan kakinya yang dia ketahui pergi untuk bekerja namun, ketika pulang dengan tubuh yang cacat ?? Ayolah Tim Pengacara Muslim, kalian juga semua berfikir jangan cuma ngomong tapi otak gak ada. Salam, Handy ----- Original Message ---- From: rahmad budi To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 19, 2007 8:50:48 PM Subject: Re: [mediacare] Abu Dujana - 'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' Itu praktik yang biasa Di tayangan program kriminal televisi Anda pasi sering melihat penjahat berhasil ditembak polisi setelah mencoba usaha melarikan diri. Bagaimana cerita sebenarnya? Sungguh polisi-polisi kita adalah para penembak jitu bagaikan Hunter di serial televisi tahun 80-an. Banyak penjahat yang ditangkap, lalu dibawa untuk menunjukkan di mana rumah teman-temannya, lalu di tengah jalan para penjahat itu entah bagaimana bisa kabur. Lalu tiba-tiba muncul di televisi berjalan pincang karena pahanya tertembus mimis. Polisi bilang, penjahat ini mencoba melarikan diri. Kepada pers, polisi mengatakan mereka telah memberi dua kali tembakan peringatan. tembakan ketiga baru ditujukan ke kaki penjahat yang sedang belari! Bayangkan betapa hebatnya bisa menembak kaki yang sedang bergerak cepat itu. Atau mungkin urutannya berubah? Penjahat disuruh telungkup. Lalu tembakan pertama ke kaki tembakan kedua dan ketiga baru ke udara. Atau jangan-jangan ada tarifnya juga Mau bayar berapa? Dua juta untuk peluru di betis Satu juta untuk peluru di paha Kalo cuma Rp 500 ribu peluru di lutut Makin mahal sakitnya makin berkurang Yang pernah liputan metropolitan pasti tahu cerita-cerita seperti itu. Kata polisi, yah, residivis kagak kapok-kapok. Biar kapok perlu ditembak. Kalo sudah bosan, matiin saja. Tokh mereka beban masyarakat. On 6/19/07, edi santoso wrote: Kutipan dari Republika, kita bisa membayangkan trauma istri dan anak dari Abu Dujana. salam jujur santo 19 Juni 2007 'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' dri JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu, tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah Yusuf (8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana yang ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat oleh anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri. ''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya, Sri Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6). Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman Faris Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk menonton pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen, Kab Banyumas, Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan, kata Sidiq, sepeda motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor lainnya. Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang saat itu membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu, aku dipegangi oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan trauma belum hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip wartawan dari mulut Sidiq. Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan. Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas, sebelum akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar empat kali tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar. Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma, menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta. Sejak saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron. ''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal Ainul Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana kedekatannya dengan Abu Dujana. Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap tersangka teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya, kata Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang diekspose media.'' Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan mempraperadilankan Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Surat gugatan praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6). Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak memegang senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan pelaku tindak pidana. Terlebih, penembakan Yusron disaksikan langsung ketiga anaknya. Sebelumnya, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Bambang Hendarso Danuri, menegaskan tidak ada rekayasa dalam proses penangkapan teroris. Bambang mengatakan, bisa mempertanggungjawab kan aksi penggerebekan teroris secara hukum. Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republik a.co.id Berita bisa dilihat di : http://www.republik a.co.id/Cetak_ detail.asp? id=297115&kat_id=3 Web: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Klik: http://mediacare.blogspot.com atau www.mediacare.biz ==================== Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links --------------------------------- Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos & more.