Jawa Pos seringkali keliru, bahkan kadangkala tendensius menghakimi.
Kalaupun sukses di pasara, itu mungkin karena sesuai dengan karakter
orang Indonesia yang suka menghakimi dan bergosip.
HB
On Jul 4, 2007, at 11:52 PM, Daniel H.T. wrote:
Membandingkan Kompas dgn Jawa Pos biasa saya lakukan. Gaya
pemberitaan Jawa Pos yang khas dan lebih "merakyat" membuat Jawa
Pos lebih disukai di Jatim. Kompas Edisi Jawa Timur tidak bakalan
bisa menyamai Jawa Pos kalau gaya pemberitaan yang terkesan formal
dan kaku tidak mau diubah.
Ada beberapakali saya melihat pada berita2 tertentu Kompas
ketinggalan berita dari Jawa Pos. Yangterbaru adalah tentang
peristiwa pengibaran bendera Bintang Kejora di Jayapura, Papua.
Kasus ini tentu sangat menarik perhatian. Apalagi barusan saja
masyarakat digemparkan oleh peristiwa pengibaran bendera RMS di
hadapan Presiden SBY di Ambon.
Di Kompas edisi Rabu, 4 Juli 2007, sama sekali tidak ada berita
ini. Sebaliknya di Jawa Pos menampilkan di halaman depan dgn gambar
yang begitu menarik perhatian.
Kenapa Kompas bisa tidak mendapat berita seperti ini? Apakah memang
tidak ada wartawan Kompas di Papua?
Terima kasih
Hardi Baktiantoro
COP I Centre for Orangutan Protection
COP hadir karena orangutan harus dilindungi, terutama dari kekejaman
dan kejahatan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Tidak seharusnya orangutan sebagai kerabat dekat manusia hanya
dibantai untuk memenuhi target keuntungan bisnis.
Mari kita selamatkan satwa kebanggaan bangsa Indonesia.