Artikel  Luthfie sangat subjektif, meski ia mengaku sebagai peneliti,
Luthfie hanya  melihat satu sisi dan melupakan sisi yang lain. Ia tak melihat 
bagaimana tindakan Amerika Serikat yang menginvasi Irak dan Afganistan, yang 
bertindak tak lebih dari sebuah teroris besar yang memprondakan negeri yang 
tadi begitu damai, namun sekarang kondisinya tak menentu, entah sampai kapan 
penderitaan rakyat Irak dan Afganistan akan berakhir??.

Tak menarik banget dijadikan opini di media sekelas Tempo, tak satupun paragraf 
yang mencerminkan Luthfie sebagai seorang peneliti. Luthfie hanya cari 
populiritas semata, kebetulan isu pemberantasan terorisme mendapatkan banyak 
sokongan dana dari AS, yang merupakan teroris terbesar  dunia.

salam

Marwan 

ini komentar  Ade Armando, di milis islib:


> Posted by: "[EMAIL PROTECTED]" [EMAIL PROTECTED] 
 > Tue Jul 10, 2007 12:00 am (PST) 

 > Saya, ade armando, justru melihat Luthfie kembali
 > gagal memahami bahwa
 > keskeptisan sebagian orang terhadap apa yang
 > dinamakan 'perang melawan
 > terorisme' adalah sesuatu yang memiliki konteks yang
 > sangat riil.
 > Luthfie mengatakan bahwa pencarian kebenaran harus
 > bermuara pada penemuan,
 > pada kesimpulan. Well, ini tentu proposisi yang
 > sulit dibantah. Tapi siapa
 > yang mendefinisikan 'penemuan yang benar'?
 > Saya agak heran bahwa Luthfie tidak kunjung bisa
 > menerima bahwa ada banyak
 > orang tidak mau begitu saja mencerca mereka yang
 > dihakimi penguasa sebagai
 > teroris bukan karena mereka 'genit', 'tidak punya
 > hati', 'setuju pada
 > ideologi terorisme', 'tidak berpikiran jernih' tapi
 > karena orang-orang ini
 > memang curiga bahwa di belakangnya ada banyak
 > rekayasa -- mengingat
 > bukti-bukti yang mendasari kecurigaan terhadap
 > adanya konspirasi yang
 > terorkestrasi secara rapih sangat tersebar di
 > mana-mana.
 > Perang melawan terorisme adalah sebuah perang yang
 > mengandung banyak
 > disinformasi!
 > Yang saya maksudkan tentu saja, terutama, adalah
 > perang melawan teorisme
 > yang dikomandani Amerika.
 > Dan kita tidak mungkin memisahkan apa yang terjadi
 > di Indonesia dengan apa
 > yang dilakukan AS.
 > Bagaimana mungkin kita mengabaikan fakta bahwa AS
 > menghancurkan Irak, dan
 > membinasakan ribuan orang dalam prosesnya, dengan
 > menggunakan sebuah
 > kebohongan besar yang pada masanya dipercaya sebagai
 > kebenaran.
 > Bagaimana mungkin kita mengatakan apa yang dilakukan
 > Amerika tidak mungkin
 > dilakukan Indonesia.
 > 
 > Saya yakin, kita semua membenci terorisme.
 > Kita membenci ekslusivisme.
 > Kita membenci radikalisme.
 > Tapi pada saat yang sama, saya juga yakin, kita
 > tidak boleh menghakimi
 > sesuatu yang kita tidak memiliki pengetahuan memadai
 > tentangnya.
 > Saya cenderung setuju dengan Farid, Tasning, Alfian,
 > dkk: lebih
 > berhati-hatilah, lebih berwaspadalah. Karena siapa
 > yang benar, siapa yang
 > salah, dalam kasus terorisme ini, sangat sulit untuk
 > diketahui secara
 > sederhana.
 > 
 > > artikel yang bagus, sulit untuk tidak setuju.
 > >
 > > mova

 > > Koran Tempo Jum'at, 06 Juli 2007
 > > Para Pembela Teroris
 > >
 > > Luthfie Assyaukanie
 > > * peneliti Freedom Institute, Jakarta

Kirim email ke