Dodo Zakaria masih terbaring sakit........
  Tiba-tiba teringat dengan kiprah musikal Dodo Zakaria di era 80-an antara 
lain dengan grupnya Drakhma.
  Bisa dibaca dibawah ini.Kalo gak berkenan......delete aja
   
  Enjoy It
  DS
  0818417357
  ____________________________________________________________
   
   
  Drakhma, Nilai Sebuah Musik  (Republika,Senin 16 Juli 2007)
  Oleh Denny Sakrie

Drakhma menampilkan nilai-nilai eklektik dan nuansa Brasil dengan dukungan 
musisi yang beragam. 


  Drakhma adalah nama mata uang resmi yang dipergunakan di Yunani. Oleh Dani 
Mamesah (drumer) nama mata uang ini lalu menjadi inspirasi untuk nama band yang 
dibentuknya bersama Dodo Zakaria (piano, keyboards), Gideon Tengker (gitar), 
Rudy Gagolla (bas), Ricky Basuki (vokalis). 
  Menurut Dani Mamesah, ia mengambil filosofi mata uang sebagai sesuatu yang 
memiliki nilai. Nilai itu kemudian bermetafora sebagai sebuah kelompok musik 
yang senantiasa menyajikan musik-musik bernilai terjaga. Kelompok ini 
menyertakan konsep musik dengan dukungan instrumen tiup atau brass section. 
Drakhma memang didukung tiga orang seksi tiup, yaitu Wawan Tagalos (trombone, 
flute) yang juga dikenal sebagai personel New Rollies, lalu ada Chalik 
(saksofon) dan Eddy (terompet), serta empat penyanyi latar, masing-masing Uce 
Anwar, Eva Diana Sari, Christine Budiardjo, dan Daisy Maengkom. 
  Musik eklektik
Konsep musik Drakhma sebetulnya eklektik. Ada pop, ada jazz, R&B hingga sedikit 
blues. Ini mungkin berkaitan dengan latar belakang para pemusiknya yang cukup 
beragam. Dodo Zakaria, yang pernah terlibat dalam berbagai grup rock dan jazz 
memiliki kontribusi tersendiri. Dodo Zakaria sempat membentuk Bina Musika Band 
bersama Erwin Gutawa (bas), Yoyok (saksofon), dan Cendy Luntungan (drum). Dodo 
pun sempat bergabung bersama grup rock Ogle Eyes hingga God Bless. 
  Rudy Gagolla yang mencabik bass pun lebih banyak berkutat dalam sederet grup 
rock seperti The Steel, Brotherhood, bahkan sempat menggantikan kakak 
kandungnya, Donny Fattah Gagola, dalam God Bless. Di awal era 1980-an, Dodo 
Zakaria dan Rudy Gagolla berkarier sebagai pemusik studio, terutama mengiringi 
sederet artis-artis musik yang dikontrak Jackson Records & Tapes: Mulai dari 
Iis Soegianto, Ebiet G Ade, Kiki Maria, Vina Panduwinata, sampai Dian Pramana 
Poetra dan sederet panjang lagi. Keduanya selain tampil sebagai player, pun 
bertugas sebagai penata musik serta pencipta lagu. 
  Dengan kemampuan musikal semacam ini, tak heran jika Gideon Tengker, Ricky 
Basuki, dan Dani Mamesah memilih mereka sebagai bagian dari formasi Drakhma 
yang terbentuk pada tahun 1980. 
  Menyelinapkan sesuatu
Album perdana bertajuk Hari Esok dirilis pada tahun 1981. Penampilan Drakhma 
memang menyelinapkan sesuatu yang baru. Mulai dari tatanan musik hingga 
tema-tema lagu yang mereka sorongkan. Mereka tak hanya terpukau dengan tema 
asmara sebagaimana galibnya perangai para pemusik yang berkubang di jalur pop. 
Drakhma mengumandangkan tema cinta Tanah Air seperti "Negeri Surgawi" maupun 
"Tuhan Memberkati Indonesia". Tapi, di sisi lain Drakhma menyitir kehidupan 
kaum papa, semisal pada lagu "Buruh".
  Ricky Basuki, sang vokalis utama, juga mencuatkan warna vokal yang 
berkarakter. Ricky lebih banyak bereksperimen dengan teknik vokal falsetto 
tanpa harus mengorbankan artikulasi bernyanyi. Gaya falsetto semacam ini 
dipopulerkan oleh George Duke maupun Phillip Bailey dari kelompok Earth Wind & 
Fire. 
  Nuansa Brasil
Di album kedua bertajuk Citra Bahagia, Drakhma banyak melakukan eksplorasi 
dalam tata musik. Musik Drakhma terasa kian berat untuk dicerna kuping awam. Di 
album ini, Drakhma lebih kental mengadon komposisi bertema jazz, misalnya 
sebuah komposisi instrumental bertajuk "Kaki Lima" yang bernuansa Brasil. Alur 
brass section berbaur denga riuhnya tabuhan perkusi yang memihak ke atmosfer 
tropikal. Di lagu ini Drakhma didampingi perkusionis tenar asal Australia, Ron 
Reeves. Juga, sentuhan biola yang sarat aksentuasi dari Lulu Purwanto 
menyuguhkan imbuhan musik yang terasa lebih bernas. Meski demikian, Drakhma toh 
masih menyuguhkan lagu-lagu yang berkonotasi pop seperti "Kemilau" dan "Citra 
Bahagia". 
  Di sini, penyanyi latar Daisy Maengkom dan Christine Budiarjo mengundurkan 
diri. Mereka digantikan oleh Rieta Amelia. 
  Di album ketiga bertajuk Tiada Kusadari, musik Drakhma terdengar mengarah ke 
ragam pop R&B, tetap dengan teknik vokal falsetto yang dilengkingkan Ricky 
Basuki. Di album yang memuat lagu-lagu seperti "Tiada Kusadari", "Mungkinkah", 
dan "Sekejap", formasi Drakhma mulai berubah. Deretan penyanyi latar hanya 
didukung Uce Anwar (kini istri drumer Jelly Tobing) dan Rieta Amelia yang 
kemudian menikah dengan Gideon Tengker. Barisan pemusik tiup malah diisi oleh 
pemusik tamu seperti Idham Noor Said (terompet) dari The Big Kids, Albert 
Sumlang (saksofon) yang pernah mendukung The Mercy's, serta Nano Tirta (flute). 
  Album terakhir
  
Album ketiga ini juga merupakan album terakhir dari Drakhma. Para personelnya 
mulai bercerai-berai dengan kesibukan masing-masing. Dodo Zakaria aktif 
memperkuat God Bless dan sibuk menjadi penata musik serta pencipta lagu. Ricky 
Basuki dan Dani Mamesah membentuk kelompok baru dengan nama Niagara. Rita 
Amelia bersolo karier. Gideon Tengker membentuk trio rock TAG bersama Teddy 
Sujaya (drum) dan Arthur Kaunang (bas) serta trio JAG bersama Jelly Tobing 
(drum) dan Arthur Kaunang. Wawan Tagalos kembali mendukung The Rollies. Sejak 
itu Drakhma hanya tinggal nama belaka. 
   
  DISKOGRAFI
1. Hari Esok (Sky High Records 1981) 
2. Citra Bahagia (Sky Record 1982) 
3. Tiada Kusadari (Bens Record/RCA 1985) 

       
---------------------------------
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

Kirim email ke