Mas Danar yb., maaf dan terimakasih, saya tidak tepat menulisnya. Habernas di Cekoslovakia kurang/tidak dikenal dan bahkan hingga sekarang tidak dipakai sbg referensi. Usai datangnya pasukan tank dari Pakt Warsawa 1968 memang lalu ada pemerintahan yg sangat rigid. Cohn- Bendit sekarang "ongkang2" di Parlemen Eropa, dulu lebih radikal drpd PRD di RI. Anehnya juga sekarang Habernas tidak pernah disebut disini, jadi sy kaget dia populer sekali di bbrp kalangan yg berpikiran maju, progresif, di Indonesia. Syukur! Jelang 1968, disini populer H. Marcus. Sekarang kaum neolib disini punya "Bible" baru, bukunya von Hajek!
Hebat Mas Danar termasuk Generasi 1968, pantas kiprahnya piawai, lha wong itu generasi yang menyulut Student Revolts di Eropa, bersamaan dengan perjuangan Dr Martin Luther King di AS sekait emansipasi warga turunan Afrika, ditengah seru dan biadabnua agresi AS di Vietnam! Bersama dengan respons Bung Sunny akan saya frowdkan ke Mas GM. Salam, Bismo DG ----- Original Message ----- From: RM Danardono HADINOTO To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 26, 2007 4:15 PM Subject: [nasional-list] Mas Bismo ---> Goenawan Mohamad: "Liberalisme adalah suatu skandal" Mas Bismo: "Saya setuju bahwa Habernas harus kita kaji. Anehnya guru yg satu ini nampaknya kurang terkenal di Eropa. Saya "berkenalan" setelah bukunya dipakai adik saya saat meraih PhD di UI sekait ekologi pada 2005..." Yang betul mas. Habermas bersama Adorno SANGAT dikenal di Europa. Saya pakai bukunya untuk bahan ujian Sosiologi di Universitas Wina pada tahun 1967. Habermas telah membentuk generasi politolog dan sosiolog dari angkatan 68 (68er Generation). generasi civitas academica saya mas.. Pada waktu itu skenario di universitas universitas di Eropa barat menyala. Muncul tokoh tokoh kiri seperti Daniel Cohn-Bendit dan gerakan RAF, Rote Armee Fraktion. Ingat Rudi Dutschke, Ulrike Meinhof dan Andreas Baader di Jerman? Polisi gebuk gebukan dengan mahasiswa tiap hari. 1967, 1968, 1969, 1970. Salam Danardono --- In [EMAIL PROTECTED], "BDG KUSUMO" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Gamang untuk mengkomentari Mas GM, saya pikir liberalisme dalam praktiknya > yang tidak fanatik bisa saja tercampur dengan metode pemikiran Marxian, juga dengan > para atribut New Left (ekologi, dll). Juga Eropa, underdogs nya, pernah menerima > Marxisme, namun yang "menjalar" kemana-mana sudah tercampur dengan Leninisme, > Stalinisme, Ajaran Ketua Mao, Enver Hoxa (Albania), maaf lupa Trotskyisme, dan lain > sebagainya. Masih banyak partai-partai sosialis didunia yang masih memeluk metode > analisis Marxis, meski kalau tak salah gerakan sosdem sudah meninggalkannya. > > Memang sangat elok bahwa "Marxisme merayakan dinamika dan perubahan", seperti > yang ditulis oleh Mas Gun. Namun kita juga bisa tertegun oleh temuan Milan Kundera: > "... orang itu maunya terus menerus saja mengubah dunia, namun toch selalu > menjadi antusias saat ia temukan sesuatu yang ternyata tetap tak terubah" (dalam > sebuah cerpennya tahun 1963 sebelum eksil ke Prancis pasca Prague Spring 1968). > > Saya setuju bahwa Habernas harus kita kaji. > Anehnya guru yg satu ini nampaknya kurang terkenal di Eropa. Saya "berkenalan" > setelah bukunya dipakai adik saya saat meraih PhD di UI sekait ekologi pada 2005. > Juga sangat setuju agar kita tinggalkan saja cara-cara durch Blut und Eisen, dan > marilah bangsa kita bangun dengan otak dan hati nurani. > > Selamat ber Puasa, Mas Gun. Kapan mampir Praha nih? > Wassalam, Bismo DG, Praha > > ----- Original Message ----- > From: mediacare > To: mediacare yahoogroups > Sent: Monday, September 24, 2007 9:14 AM > Subject: [mediacare] Goenawan Mohamad: "Liberalisme adalah suatu skandal" > > > > Pengantar > > "Liberalisme adalah suatu skandal," tulis Goenawan Mohamad dalam mengenang G30S. Ini saya kutip dari Catatan Pinggir bertajuk 'Gestapu' dalam Majalah TEMPO yang terbit pekan ini. Silakan Anda nikmati tulisannya: > >