Halo Ci Jeni,

Menurut saya sih, bahwa lagu2 gereja diadopsi menjadi lagu 'sekuler' 
tidak perlu disikapi secara negatif ("diambil/dijiplak"). Saya pikir
justru gereja dan dunia (wah kesannya gereja bukan bagian dari dunia ya
:) akan saling memperkaya lewat praktek adopsi/adaptasi ini. Toh lagu
gerejapun banyak mengadopsi lagu2 dari 'luaran' seperti lagu2 rakyat
seluruh dunia dan juga karya2 komponis besar (contohnya ya "Ode to Joy"
itu: bagian dari Simfoni buat orkestra diadopsi jadi masuk dalam 'kanon'
lagu2 gereja. Coba perhatikan catatan kaki tiap2 hymn dalam buku
nyanyian gereja) termasuk juga karya2 komponis Indonesia (salah satunya
opung saya :-)

Tentang "Ibu Pertiwi", kalau ketemu opung, saya akan tanyakan bagaimana
sejarahnya. Opung saya itu adalah penggubah lagu perjuangan "Bangun
Pemudi Pemuda", namanya Alfred Simanjuntak (hehe, kalau pernah jadi
murid kesayangan ;D  dan dianggap cucu orang penting memang perlu
disebut :}, walaupun tidak dianugerahi marga :/  ).

Musik memang indah, saya sulit melukiskan pengalaman masuk dalam dunia
yang indah itu. Makanya saya setuju dengan Bernstein ketika ia katakan
"no celebration joyful enough" dalam 'eulogy'nya untuk Beethoven. Maka
saya juga paham kalau ekspresi conducting Bernstein demikian
ekspresif/dramatic (dikritik orang juga sih gayanya ini
<http://www.youtube.com/watch?v=H9V5yUsrmdg&mode=related&search=>  ).
Seperti Bernstein, saya juga bersyukur buat kehadiran Beethoven, Bach,
Pak Gesang, Bu Waldjinah, Tan Dun, Yo-Yo Ma dan -tentu saja- juga opung
saya :) yang matanya selalu berbinar2 dan bahasa tubuhnya demikian
ekspresif seperti Bernstein kalau bicara tentang musik.

Kita pernah ketemu waktu Ci Jeni sering jadi pembina iman pemuda/remaja
GKI Samanhudi, juga waktu di kampungnya O Anton.

Salam buat O Anton,
Ida



--- In mediacare@yahoogroups.com, "Jeni Putri Tanan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Tambahan info lagi,
> "Ku lihat ibu pertiwi" diambil/dijiplak dari lagu Rohani (kristen)
"What a Friend We have in Jesus."  Persis sama, cuma kata-katanya saja
yang beda.
>
> Aku lupa nama pengarang lagu dan pencipta syair-nya.  Bisa di-google
atau di-Youtube kali.  Karena lagu ini sangat, sangat populer sekaligus
abadi.
>
> Cerita yang ku pernah dengar, lagu ini ditulis (syairnya) oleh seorang
yang mengalami 2X musibah, kehilangan calon istri menjelang menikah. 
Maka dia menuliskan pergumulan imannya.
>
> A beautiful song.....

Kirim email ke