Trs kalo anak kita demam,.. apa yg haru skita lakukan???

On 2/28/07, FDB2 Subassy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 *Demam Bukanlah Musuh Yang Harus 
Diperangi<http://pribadi.or.id/diary/2004/11/03/demam-bukanlah-musuh-yang-harus-diperangi/>
*

* *Not all fevers need to be treated but many physicians do so to relieve
parental concern*
* Tidak semua panas badan memerlukan pengobatan, namun banyak dokter
melakukannya hanya untuk mengurangi kegelisahan orangtua.
– (Europe[an] Journal Pediatric, 1994 Jun)

Demam pada anak sering menimbulkan fobia tersendiri bagi banyak orangtua.
Keyakinan untuk segera menurunkan panas ketika anak demam sudah melekat erat
dalam benak orangtua. Demam diidentikkan dengan penyakit, sehingga saat
demam berhasil diturunkan, orangtua merasa lega karena menganggap penyakit
akan segera pergi bersama turunnya panas badan.

Keinginan untuk menenangkan kegelisahan orangtua inilah yang terkadang
"memaksa" dokter memberikan obat penurun panas walaupun sebenarnya mungkin
tidak perlu. Selain itu tak dapat dipungkiri bahwa dokter yang gemar
melakukan pengobatan "ala koki" (meminjam istilah Dr Paul Zakaria da
Gomez-ahli imunologi) masih kerap dijumpai. Seperti halnya makanan yang
kurang manis ditambah gula, kurang asin ditambah garam, begitu pula
pengobatan "ala koki" dilakukan. Apapun penyebabnya, penderita panas badan
langsung dicekoki obat penurun panas tanpa memastikannya terlebih dulu.

Apakah memberikan obat penurun panas ketika anak demam merupakan suatu hal
yang salah? Bukankah bila demam tidak diturunkan akan menimbulkan kerusakan
pada otak? Bukankah pemberian obat penurun panas menyebabkan anak terhindar
dari kejang demam (stip), membuat anak merasa lebih nyaman dan meningkatkan
nafsu makan? Hal-hal seperti itulah yang sering terdengar mengenai demam dan
banyak didengung-dengungkan di berbagai media iklan. Alhasil demam semakin
menjadi momok yang menakutkan bagi orangtua, dan memperkuat keyakinan
orangtua untuk buru-buru menurunkan panas ketika anak demam.

Namun sesungguhnya para ahli menyatakan bahwa pendapat-pendapat tersebut
hanyalah mitos belaka karena tidak semua dapat dibuktikan kebenarannya.
Keberadaan demam justru berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit.
Bahkan pemberian obat penurun panas ketika anak demam (baik aspirin,
paracetamol/acetaminophen maupun ibuprofen) terbukti lebih banyak
menimbulkan dampak negatif ketimbang positif.

*Sebelum mengetahui lebih lanjut dampak-dampak tersebut, harus dipahami
terlebih dahulu bahwa terjadinya demam ketika seorang anak mengalami infeksi
bukanlah suatu kesalahan. Tuhan memang sudah memberikan demam sebagai reaksi
alamiah tubuh terhadap adanya infeksi. Sehingga ketika seorang anak
mengalami infeksi, keberadaan demam semestinya disyukuri, bukan ditakuti
atau
diperangi karena hal ini merupakan pertanda bahwa mekanisme pertahanan
tubuh sedang bekerja untuk melawan penyakit. Demam memang tidak hanya dapat
disebabkan oleh infeksi, bisa saja terjadi karena pencetus lain seperti
reaksi transfusi, tumor, imunisasi, dehidrasi , dan lain sebagainya. Tetapi
pada anak umumnya demam terjadi karena suatu infeksi kuman, entah itu virus
maupun bakteri.*

*Mengapa reaksi alamiah tubuh ini harus disyukuri? Berbagai literatur
menyebutkan bahwa komponen-komponen sistem kekebalan tubuh, seperti sel
darah putih (leucocyt) dan lymphocyt (salah satu jenis sel darah) akan
bekerja lebih baik melawan kuman dalam keadaan suhu tubuh yang meningkat
ketimbang suhu tubuh normal. Artinya, menurunkan suhu tubuh ketika anak
demam justru akan
melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.*

Saat demam terjadi, pergerakan dan aktivitas sel-sel darah putih yang
meningkat, serta terjadinya perubahan bentuk lymphocyt dapat membunuh
bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, jumlah
interferon, yang merupakan salah satu substansi anti virus dan anti kanker
dalam darah, juga akan meningkat dengan adanya demam. Teori tersebut juga
didukung oleh sebuah penelitian di laboratorium, pada binatang yang sengaja
diinfeksi oleh suatu penyakit. Ternyata dengan meningkatnya suhu tubuh
binatang-binatang yang terinfeksi itu, angka kelangsungan hidup mereka
semakin meningkat. Sebaliknya dengan menurunkan suhu tubuh ketika terjadi
infeksi, malah meningkatkan angka kematian binatang-binatang tersebut.

Hylary Buttler, seorang peneliti dari New Zealand telah mengumpulkan
kutipan-kutipan dari berbagai literatur kedokteran yang membuktikan bahwa
demam memang diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ketika terjadi
infeksi. Sebaliknya pemberian obat penurun panas seperti
paracetamol/acetaminophen, aspirin dan ibuprofen malah memberikan pengaruh
negatif.

Dalam salah satu kutipan itu disebutkan bahwa pemberian obat penurun panas
untuk menurunkan demam akan meningkatkan angka kematian dan kesakitan selama
infeksi. Pemberian acetaminophen dinyatakan juga dapat menginduksi
terjadinya pneumonia. Selain itu semakin sering memberikan obat penurun
panas pada anak dengan penyakit infeksi, ternyata malah akan memperparah dan
memperpanjang masa sakitnya. Fakta lain yang lebih penting menginformasikan
bahwa obat penurun panas dapat memberikan gejala palsu. Penderita demam yang
disangka sedang dalam masa penyembuhan karena panasnya sudah turun, ternyata
luput dari observasi dan mengakibatkan penyakitnya berlanjut semakin buruk
akibat pemberian obat penurun panas.

Walaupun belum dinyatakan kebenarannya, namun Dr Torres, seorang peneliti
senior dari Biomedical Utah State University, memberikan teori baru mengenai
penyebab potensial merebaknya kasus autism belakangan ini. Demam yang
dihambat dengan pemberian obat penurun panas pada ibu hamil dan anak-anak
kecil, dikatakan terlibat sebagai biang kerok terjadinya autism dan
neurodevelopmental disorders. Pada akhirnya kerugian pemberian obat
penurun panas ini tentu saja berhubungan dengan biaya pengobatan yang
seharusnya tidak perlu dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih
penting.

Lalu bagaimanakah dengan kebenaran mitos-mitos yang sudah mendarah daging
diyakini para orangtua? Dalam bukunya "How To Raise A Healthy Child in Spite
of Your Doctor", Dr Robert Mendelsohn yang juga seorang dokter spesialis
anak mengatakan, demam tinggi bukanlah penyebab kejang demam. Kejang demam
muncul ketika suhu badan meningkat dengan kecepatan yang sangat tinggi dan
hal ini
umumnya jarang terjadi. Hanya 4 % anak-anak dengan demam tinggi yang
demamnya berhubungan dengan kejang. Tidak ditemukan pula bukti-bukti yang
menyatakan bahwa setelah kejang demam mereka kemudian mengalami efek serius.
Anggapan bahwa pemberian obat penurun panas akan mengurangi kejadian kejang
demam pun tidak didasari oleh bukti yang nyata. Karena itu memberikan obat
penurun
panas kepada semua anak yang mengalami demam, hanya akibat 4% kejadian
kejang demam, bukanlah hal yang rasional.

Selain itu demam yang terjadi karena infeksi bakteri atau virus, pada
umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak atau kerusakan fisik permanen
seperti anggapan yang telah dianut selama ini. Demam adalah hal yang biasa
terjadi pada anak dan bukan merupakan suatu indikasi penyakit serius kecuali
bila disertai dengan perubahan penampilan, perubahan tingkah laku atau
gejala-gejala tambahan seperti kesulitan bernafas, kaku kuduk atau
kehilangan kesadaran. Hanya demam diatas 42,2 derajat C yang telah diketahui
dapat menyebabkan kerusakan otak.

Namun tentu saja terdapat perkecualian, yaitu bila demam terjadi pada bayi
yang baru lahir. Demam yang terjadi pada bayi di minggu-minggu pertama
kehidupannya harus mendapatkan perhatian serius, karena kemungkinan besar
infeksi didapat dari proses persalinan, atau pun penyebab lain.

Asumsi yang juga telah sangat diyakini orangtua adalah pernyataan bahwa
obat penurun panas akan menyebabkan anak merasa lebih baik, lebih aktif dan
meningkatkan nafsu makan. Padahal penelitian membuktikan bahwa tidak ada
perbedaan efek yang tampak ketika penderita demam diberi obat penurun panas
maupun placebo. Jadi tidak dapat dibedakan apakah keadaan lebih baik yang
dirasakan penderita sebetulnya merupakan efek placebo atau efek obat. Tapi
bila obat penurun panas dipakai sebagai placebo, artinya placebo yang
digunakan merupakan placebo yang sangat berbahaya.

Dari keterangan diatas jelas lah sudah bahwa demam bukanlah musuh yang
harus diperangi. Karena itu penggunaan obat penurun panas sebaiknya
betul-betul diberikan secara rasional. Beberapa negara bahkan membuat
peraturan agar dokter-dokter mereka memberikan obat penurun panas pada
pasien, hanya ketika demamnya mencapai 40,5 derajat C atau lebih.

Mengingat pengaruh emosional yang telah begitu mendalam di benak orangtua,
merubah perilaku ini tentu menjadi pekerjaan yang teramat sulit. Namun
dengan merubah paradigma tentang demam, dan menyadari dampak negatif
pemberian obat penurun panas pada anak, diharapkan demam tidak lagi menjadi
"monster" yang menyeramkan bagi orangtua. Orangtua tidak lagi perlu
buru-buru membeli obat penurun panas di warung dekat rumah, atau pun
"memaksa" dokter untuk segera menurunkan demam anak.

Selain itu akan sangat bijaksana pula, bila dokter tidak begitu saja
dengan mudah memberikan obat penurun panas tanpa indikasi yang betul-betul
perlu. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya keberadaan demam dan
dampak negatif menurunkan panas badan ketika anak demam, merupakan tindakan
yang lebih rasional. Bila hal ini dilakukan, paling tidak ancaman pengaruh
buruk akibat rutinnya penggunaan obat penurun panas terhadap kesehatan
anak-anak dikemudian hari, dapat dikurangi. (Agnes Tri Harjaningrum, dr.)







+++++++++++++++++++++++++++++++

Mailing List [EMAIL PROTECTED]

Arsiphttp://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:[EMAIL PROTECTED]






=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke