Dear nakita-ers,

Penyakit dengan bahasa ilmiah stomatitis ini lebih sering ditemukan pada bayi 6 bulan ke atas. Pada usia ini umumnya bayi baru tumbuh gigi sehingga karena belum terbiasa dengan organ barunya tersebut bisa jadi ada bagian mulutnya yang tergigit sehingga luka lantas memunculkan sariawan.
Semoga membantu

Salam,
Uttiek


MAKANAN PANAS PICU SARIAWAN BAYI
Dot yang terlalu keras dan keseringan minum obat juga bisa membuat si kecil menderita penyakit ini.

Sariawan pada bayi kerap bikin bingung orang tua. Malah banyak yang tidak menyangka kalau anak berusia 0-12 bulan bisa mengalaminya. Jadi ketika si kecil rewel berkepanjangan dan enggan makan maupun menyusu, kita tak pernah mengaitkannya dengan kemungkinan penyakit tersebut. Padahal, sariawan bisa menimpa siapa saja. Bahkan sekitar 20 persen populasi berisiko terkena sariawan, termasuk bayi.

Jadi mulai sekarang, saat si kecil menujukkan rewel yang tidak biasa dan menolak minum/makan, coba periksa bagian mulutnya. Ciri-ciri fisik sariawan pada bayi hampir sama kok dengan sariawan orang dewasa, yakni adanya bintik putih yang dilingkari lingkaran berwarna merah. Namun jangan keliru, pada bayi sering juga ditemukan tanda putih agak buram di langit-langit mulutnya. Sekilas mirip sariawan, tapi sebenarnya adalah apstain pearl atau mutiara apstain. Ini sifatnya fisiologis dan akan menghilang sendiri.

Sebagai informasi, penyakit dengan bahasa ilmiah stomatitis ini lebih sering ditemukan pada bayi 6 bulan ke atas. Pada usia ini umumnya bayi baru tumbuh gigi sehingga karena belum terbiasa dengan organ barunya tersebut bisa jadi ada bagian mulutnya yang tergigit sehingga luka lantas memunculkan sariawan. Toh, bukan berarti bayi di bawah 6 bulan akan terhindar sepenuhnya dari penyakit ini. Hanya saja, menurut dr. Stephanus J. Sarmili, Sp.A., kemungkinan kejadiannya lebih jarang karena ia masih memiliki sisa antibodi dari ibu, terutama bayi yang diberi ASI eksklusif.

RAGAM PEMICU SARIAWAN

Selanjutnya spesialis anak Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta, ini menjabarkan pemicu sariawan pada bayi:

* Makanan/Minuman Panas

Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati-hati saat membuatkan makanan/minuman bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya; masih kepanasan atau sudah cukup hangat untuk diterima mulut mungilnya. Justru anggapan bahwa susu yang memancar terlalu kencang dari botol bisa memicu terjadinya sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali jika susu tersebut bersuhu tinggi. Jadi penyebabnya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu yang panas.

* Traumatik

Yang dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu; entah karena gusinya tergigit atau terkena gesekan dot yang terlalu keras. Seperti yang sudah disinggung, kejadian luka pada gusi bayi bisa berkaitan dengan ketidaknyamanan bayi akibat giginya yang baru tumbuh. Antisipasinya, coba berikan ia teether (mainan khusus untuk digigit-gigit) sehingga rasa tidak nyamannya dapat berkurang. Gesekan dot yang berkontur agak kasar dan terbuat dari karet yang keras juga memungkinkan munculnya sariawan. Jadi sebaiknya gunakan dot yang dibuat dari bahan lunak dan lentur seperti dari silikon.

* Zat kimia

Pemakaian obat-obatan yang terlalu lama umpamanya pada bayi yang harus mengonsumsi obat untuk menyembuhkan vlek pada paru-parunya bisa memunculkan sariawan. Zat kimia yang dikandung dalam obat bersifat asam. Bila tersisa di mulut bisa memicu sariawan karena proses pengasaman akan mengundang datangnya bakteri. Untuk itu, sedapat mungkin, setelah meminumkan obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa-sisa obat tidak menempel di gusi maupun dinding mulut.

AKAN SEMBUH SENDIRI

Yang perlu dicermati, faktor makanan/minuman terlalu panas, traumatik, ataupun zat kimia, merupakan pemicu bukan penyebab. Menurut Stephanus, penyebab utama sariawan adalah virus yang menempel di mulut yang sedang terluka. "Ini sangat mungkin terjadi karena banyak virus bertebaran di udara. Nah ketika masuk ke dalam mulut kemudian menempel di luka akan memunculkan sariawan."

Sebenarnya dalam rentang 10-14 hari biasanya sariawan akan sembuh dengan sendirinya. Namun pada bayi perlu pena- nganan segera karena sariawan dapat menimbulkan gejala- gejala penyerta (simtomatis) yang membuatnya tidak nyaman. "Bila tidak diobati, memang relatif tidak ada bahaya yang mengancam jiwa bayi. Masalahnya, sariawan menimbulan nyeri dan rasa yang tidak nyaman. Kalau tidak ditangani, bayi jadi tidak mau makan. Belum lagi ia akan terus-menerus rewel karena nyeri dan perut kosong. Nah, efek lanjutan inilah yang harus diantisipasi," ujar Stephanus.

Jadi jika si kecil menderita sariawan, bawalah ia ke dokter. Biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat untuk menghilangkan gejala-gejala simtomatis. Misalnya, obat penghilang nyeri yang dirasakan, obat penurun panas untuk mengu- rangi demam yang bisa muncul akibat rasa nyeri yang diderita, dan lainnya. "Yang jelas tidak ada obat untuk menyembuhkan sariawannya karena hingga kini memang belum ada obat untuk itu."

Bagaimana dengan vitamin C? Memang ada yang mengaitkan sariawan dengan kekurangan vitamin C sehingga pengobatan seringkali disertai dengan pemberian vitamin tersebut. Sebenarnya, vitamin C selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh juga membantu epitelisasi, yakni proses pembentukan sel-sel/jaringan baru, termasuk yang ada di dalam mulut. "Diharapkan, dengan pemberian vitamin C proses penyembuhan luka bisa lebih cepat terjadi," kata Stephanus.

SARIAWAN SEPERTI HFMD

Ingat kan penyakit "impor" dari Singapura yang disebut HFMD (Hand- Foot-Mouth-Disease) yang sempat menghebohkan Indonesia? Nah, penyakit yang diindonesiakan menjadi penyakit tangan kaki dan mulut ini memiliki salah satu gejala yang tak berbeda jauh dengan sariawan. Pada mulut penderita akan muncul bintik-bintik putih, mirip sariawan. Bedanya penyakit yang disebabkan virus flu singapura (coxsackievirus) ini bisa memicu demam pada bayi hingga 41° C. Sementara sariawan kalaupun sampai memunculkan demam tidak akan mencapai suhu setinggi itu.

Irfan Hasuki.

"MA, ADE SARIAWAN"

 Gara-gara sariawan, si kecil pun emoh makan ? Bagaimana mengobatinya ?

Siapa bilang sariawan cuma milik orang dewasa? Anak kecil, bahkan bayi pun, bisa terkena. Simak saja pengalaman Ibu Reni saat anaknya (6 bulan) sudah beberapa hari rewel dan tak mau makan, "Badannya agak panas. Lalu saya buka mulutnya. Eh, ternyata ada bercak putih kecil di pipi bagian dalam. Saya bersihkan pakai kasa tak hilang. Rupanya dia sariawan."

Memang, menurut dr. Rini Sekartini, SpA, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, "Sariawan pada bayi agak sulit diketahui." Umumnya orang awam mengaitkan sariawan ini dengan panas dalam. "Mungkin karena terasa panas pada tenggorokan dan biasanya tampak bercak putih di bagian luar seperti bibir," jelasnya.

Nah, mengapa sariawan bisa terjadi pada anak?

JENIS SARIAWAN

Kasus sariawan pada anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada anak yang sering terkena dan ada juga yang jarang sekali sariawan. "Dikatakan sering bila dalam sebulan terjadi sariawan 2-3 kali. Proses penyembuhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau bisa sampai 2 minggu," ujar Rini. Jadi, kalau sebulan saja dia dua kali terkena sariawan, maka sepanjang bulan itu anak terus menderita sariawan.

Berdasarkan lokasinya, sariawan pada anak, baik itu bayi maupun balita, lebih sering terjadi pada bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Jarang sekali terjadi sariawan di gusi. Munculnya pun hanya satu, paling banyak dua. Tidak pernah berjejer seperti yang terjadi pada orang dewasa.

Ada beberapa jenis sariawan yang kerap terjadi pada anak. Di antaranya stomatitis apthosa, yaitu sariawan karena trauma, misalnya tergigit atau terkena sikat gigi sehingga luka atau lecet. Lalu, sariawan oral thrush/moniliasis, yang disebabkan jamur candida albican. Biasanya sariawan ini banyak dijumpai di lidah. Ada pula stomatitis herpetik yang disebabkan virus herpes simplek. Sariawan jenis ini berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

"Umumnya sariawan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh jamur. Sedangkan pada anak balita disebabkan oleh trauma dan juga jamur," jelas Rini

Proses terjadinya sariawan apthosa adalah karena gigitan atau tersodok sikat gigi sehingga menimbulkan luka/lecet. Jika kemudian kuman masuk dan daya tahan tubuh anak sedang turun, maka bisa terinfeksi. Timbul peradangan dan melahirkan rasa sakit atau nyeri.

Sedangkan pada sariawan moniliasis, dalam keadaan normal jamur memang terdapat dalam mulut. Saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah dengan penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, maka akan memudahkan jamur candida albican tumbuh lebih banyak lagi.

Sementara itu sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah.

MENGENALI GEJALA

Wajar jika para ibu sulit melihat tanda-tanda sariawan pada bayi, karena ia belum bisa bicara sehingga tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya. "Umumnya gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius." Bayi pun banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. "Mulut pun berbau. Biasanya karena kuman atau jamurnya," jelas Rini.

Sedangkan pada anak balita, lebih mudah terdeteksi karena dia sudah bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Terkadang disertai suhu yang naik, tapi tidak terlalu tinggi. Biasanya juga disertai berkurangnya nafsu makan.

"Jika pada bayi dan balita ditemui gejala seperti itu, sebaiknya orang tua memeriksa bagian mulutnya," anjur Rini. Dan memang seharusnya dilakukan pemeriksaan mulut secara rutin. Mulut anak dibuka dengan menggunakan alat spatel lidah yang berbentuk besi pipih dan panjang. Tekan lidah dengan alat ini, agak diturunkan sedikit, sehingga dapat terlihat bagian dalam mulut yang terkena sariawan.

Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.

Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas. Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.

Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.

PENANGANAN

Kendati sepele, anak jadi sering sulit makan gara-gara sariawan. Karena itu saat memberi makan sebaiknya suapi dengan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan memberi minum lewat gelas, bukan dengan botol. Hal ini untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan agar tidak menimbulkan gesekan dan trauma.

Makanan pun sebaiknya yang lembut atau cair. Prinsipnya, yang mudah ditelan dan suapi setelah makanan agak dingin agar tak menambah luka. Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B dapat mempercepat proses penyembuhan, misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Sedangkan kekurangan vitamin C bisa mempermudah timbulnya kembali sariawan.

Jika setelah diberi obat, biasanya obat kumur, tapi anak tak jua sembuh, maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena kuman yang bertambah, pemakaian obat dengan dosis yang tidak tepat/kurang, atau cara memberi makanan pada anak sariawan menyebabkan anak trauma lagi di lidah. Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak memang rendah.

Menurut Rini, anak yang sering sariawan lebih banyak karena daya tahan tubuhnya rendah, juga karena kebersihan mulut dan gigi tak terjaga.

Jadi, jangan pernah bosan melatih si kecil untuk menjaga kebersihan mulut dan giginya.

Dedeh Kurniasih




=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke