Ternyata KITA memang belum berubah 
                    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ternyata KITA memang belum berubah... spirit inovasi itu belum tampak. Ini
komentar saya mengenai beberapa tanggapan atas "email" saya tentang
asisten TI. (Sebetulnya saya lebih mengharapkan tanggapan yang berkaitan
dengan materi praktikum.. yaitu substansi awal posting saya,.. ketimbang
hal lainnya tersebut).

Sengaja saya gunakan KITA karena merupakan sesuatu yang menjadi tanggung
jawab bersama.  Saya pribadi tidak setuju bahwa suatu pendidikan itu
mutunya terletak pada pengelola Universitas atau pak pejabat Menteri, tapi
lebih kepada masyarakat (masyarakat belajar).

Jadi saya lebih suka menganggap kondisi ini adalah kesalahan "BERSAMA".

Dari forward-forward-an terdahulu :

> Kampus2 di Jawa aja pemakaian internet untuk mahasiswanya sudah gratis!
> Aku sampai iri sama sepupuku yang kuliah di Ngayokyakarta Hadiningrat.
> Dia boleh akses internet gratis.. selama masih menjadi mahasiswa disitu

> Kalau seandainya LAB-LAB yang ada bisa "mendanai" LABnya sendiri khan
> bisa lebih berkembang tuh.. para asisten dan praktikannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Komentar saya :

Artinya para asisten TI (mudah-mudahan tidak semuanya) tetap bermain
dengan paradigma lama..

- Mengharapkan dulu fasilitas, baru bekerja
- Keinginan untuk "memecahkan suatu masalah karena rasa penasaran
  masih rendah"
- Lebih enak memakai alasan "klasik" yaitu "fasilitas" dan tanggapan
  "atasan"
- Dorongan bekerja lebih kepada "hasil jangka pendek" ketimbang
  pengkayaan kemampuan pribadi (menurut saya pada tingkatan seusia para
  asisten, yang terutama adalah pengayaan kemampuan pribadi... disamping
  peroleham materi)

Maaf kalau terdengar kasar tapi itu yang tergambar dari tanggapan yang
ada. (baik secara langsung maupun forward...)

Sebab selama kita mengharapkan "fasilitas ada dulu baru bekerja".. yang
ada hanyalah "pencarian alasan".  Terus terang saya malah bertanya..? apa
memang begitu.. atau memang tidak mau...? atau tidak mampu...? Mentalitas
ala "Open Source" yang berupaya menyelesaikan suatu masalah karena
dorongan "rasa penasaran pribadi" dan akhirnya hasilnya dapat dinikmati
oleh orang banyak.  Belum nampak.  Artinya masih mengharapkan "turun tugas
dari atas".. dengan fasilitas cukup.. baru laksanakan.

Mentalitas sebagai "pencipta" sepertinya "belum tampak".  Artinya mengapa
tidak menganggap membuat modul dan materi baru.. ini sebagai suatu "rasa
penasaran" untuk mempelajari sesuatu (membuat modul ini bukannya mudah
lho), dan kalau sudah jadi bisa dimanfaatkan bersama.  entah itu diterima
oleh atasan atau tidak.. toh yang penting sudah menyelesaikan masalah kita
(rasa pengen tahu terpuaskan).

Suatu fenomena menarik adalah dalam kancah materi Linux ini. Fenomena ini
bahkan terasa begitu kontradiktif. Mengapa tidak ada dari para asisten TI
yang menelorkan dokumentasi seperti yang dibuat oleh Linuxer lainnya yang
relatif tidak pernah menerima "tugas".. tetapi hanya berawal dari rasa
penasaran pribadi, dan lalu melakukan dokumentasi, dan akhirnya menjadi
buku...?

Awalnya si penulis dokumentasi itu tidak berfikiran juga atau mengharap
ada "tugas" dengan disediakannya fasilitas. Sama seperti halnya Linus
"kutak-katik" kernel.. apakah dia mengharap jadinya dipakai orang.  
Mengapa tidak ada satupun dari para asisten TI yang melakukan langkah
seperti itu...?

Mengapa tidak ada yang mencoba membuat materi praktikum baru dengan
menyesuaikan jaman (misal pemrogramam PHP, Perl, UML, kernel 8-)  Entah
dipakai atau tidak yang penting khan sudah mencoba "menciptakan".  Dalam
membuat modul itu pasti banyak hal baru yang dipelajari. 

Nah mentalitas dan attitude inilah yang belum tampak.  Dan terus terang
yang masih ada adalah mentalitas "tukang"... Gua kerja kalau ada
"perintah" dan "digaji" 8-).  Maaf kalau saya agak keras.. saya juga
pernah jadi asisten dan dalam situasi yang jauh lebih kurang
fasilitas...8-)

Gambaran pembentukan "semangat inovasi" ini mungkin bisa dibaca di tulisan
saya.
      "Inovasi, invensi dan komunitas (sepatah kata untuk ELITS.COM)"
     http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/cgi-bin/notes/notes.cgi?00120

Fasilitas memang merupakan salah satu "kambing hitam" yang paling mudah
untuk digunakan.  Sebagia contoh atas terbatasnya akses Internet. Saya
sendiri bukan yang tergolong setuju 100% Internet dibebaskan untuk seluruh
mahasiswa.  (kalau asisten bilang nggak dapat akses.. saya bisa bilang itu
nggak deh...8-))  Karena yang akan terjadi malah mungkin "pemborosan" atau
pemanfaatan yang kurang tepat.

Saya sudah pernah bahas panjang lebar dalam tulisan  

"Internet alat produksi atau konsumsi".  
http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/cgi-bin/notes/notes.cgi?00110

Akan lebih mendidik bila para mahasiswa tersebut menerima akses Internet
dengan "swadaya" atau "swakelola" (mungkin masih inget posting saya
tentang self supported computer facility) tentang cerita student di Uni
yang menyediakan fasilitas nya (membawa komputer sendiri) dsb.  Artikel
tersebut dapat diakses di URL ini :

"Student-Directed Computing Community"
http://nakula.rvs.uni-bielefeld.de/cgi-bin/notes/notes.cgi?00121

Jadi istilah LAB (dan asisten) mendanai bukan berarti menarik "duit
tambahan" dari mahasiswa.  Tapi mengapa para asisten tidak "sharing"
mengumpulkan dana sendiri untuk membeli "buku/majalah" atua mencoba
sesuatu.  Khan mendapat pengetahuan bersama.  Saya rasa hal ini dengan
mudah bisa dilakukan 8-).    

Kami di sini (di Jerman ini) sering melakukan hal ini.  Kadang dengan
mahasiswa menyisakan 1 hari Sabtu/Minggu untuk kutak-katik bersama,
mahasiswa membawa PC-nya dan juga "kopi dan kue", kita para asisten/dosen
menyediakan waktu.. (tidak dibayar tambahan lho.. padahal di Jerman ini
biasanya itungannya per jam lumayan tinggi.... minimal seperti saya udah
lebih dari 25DM/jam). Bahkan saya dan mahasiswa, saya "sharing" membeli
peralatan bersama... scanner, CDROM writer.. yang kita gunakan bersama.  
Begitu juga sharing membeli buku yang digunakan bersama... (saya dan rekan
lainnya sering tuker-tukeran buku.. tapi lebih sering saya yang
minjem..he.he.he).

Karena tujuannya hanya satu.. yaitu kita bisa belajar bersama, dan telah
memperoleh manfaat.  Itu saja..

Terus terang saya bisa bicara seperti ini berdasarkan pengalaman pribadi.  
Saya sendiri mengawali "karir" sebagai asisten, dengan fasilitas yang
lebih "terbatas"... toh itu tidak menghalangi saya dan rekan-rekan ketika
itu untuk membuat modul-modul baru, untuk mengikuti perkembangan.

Bukan karena saya mengharap "cepet naik pangkat atau cepet naik gaji"...
tapi cuma satu.. saya "penasaran dan pengen belajar" lagi. (sama dengan
sekarang saya penasaran gimana sih pola kerja sama orang bikin
distribusi).  Membuat modul itu hanyalah suatu "dorongan" agar saya
bertambah keras lagi untuk mempelajari sesuatu.  Bukan karena adaanya
"tugas dari atasan", bahkan seringkali setelah modul jadi baru kita
ajukan..  dengan harapan diterima kalau nggak juga nggak apa-apa,... toh
kita sudah mengambil manfaat telah banyak belajar.

Ketika itu malah kami-kami banyak harus melakukan sendiri (memasang kabel
AC, menggergaji modul, membor, sampai menulis materi, menulis penelitian,
memfotocopy sendiri).  Jadi menurut saya, kondisi asisten sekarang malah
lebih enak...8-).

Tapi mungkin keinginan "belajar" ini yang sudah minim...8-)  Anda sendiri
yang bisa menjawab..  Apaka memang tidak mau .. atau tidak mampu...!  
Kalau memang mampu dan mau.. mari kita "develop" suatu materi based on
Linux.. entah siapapun nanti yang memakai... (taruh di web page.. khan
bisa banyak yang memanfaatkannya.)  Ambil materi pokoknya dari materi
praktikum yang ada.. dan masukkan idea anda tentang apa yang bisa
ditambahkan...

Bill Gates pun ketika mulai mendevelop "produk"nya tanpa kucuran
fasilitas, Linus pun memulai dengan PC-nya sendiri, dan banyak lagi yang
lainnnya.  Yang tidak bermodalkan fasilitas tetapi mampu menghasilkan
karya.  Sekali kita memakai "fasilitas" sebagai alasan, akan sulit kita
untuk berkembang, karena akan selalau ada "sesuatu" yang bisa dijadikan
kambing hitam, dari "kemalasan, atau ketidak mauan atau ketidak mampuan"
kita.

Mohon maaf sebelumnya kalau terasa "kasar"

IMW

NB : Saya punya bimbingan mahasiswa Dipl (setara S2) dia bawa komputer
     sendiri ke kampus, dan saya pun membawa komputer sendiri....
     











* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke