On Fri, 15 Dec 2000, Eko Rusdiyanto wrote: > >sebaik apapun seketat apapun sistem kalau meamng mahasiswanya "niat" dan > >"dosennya" niat.. tetap aja akan ada celah > > sistem memang perlu dirubah, namun yang lebih penting adalah menciptakan > suasana belajar. Bagaimana bisa tercipta suasana, kalau mahasiswa itu di kampus hanya tidak lebih dari 1/3 waktunya. Dan lagi mahasiswa itu adalah tahapan usia dimana dia sudah bisa menciptakan suasana dan menentukan apa yang dia maui.. Di Jerman ini apa nggak lebih konyol lagi.. mahasiswa di"Biarin" mau lulus, mau masuk, mau party (di kampus sering banget party). Tapi karena mereka sudah sadar, tetap saja nggak pengaruh Mahasiswa itu khan "cermin" dari masyarakat... apa artinya Uni membuat suasana yg kondusif.. lha mahasiswa ketika masuk ke Uni sudah berusia 18 tahun... dan hanya menghabiskan 1/3 harinya di kampus. Di luar dari itu ???? > menurut saya jawaban "kembali kepada para mahasiswanya" sudah menjadi suatu > jawaban yang mendasar dan tidak dapat di pakai dalam suatu argumen karena > masalah apapun akan terjawab dengan jawaban tersebut. hehehehe Justru itu yang MENDASAR. Karena selama ini kita malah cuma bermain di "kurikulum, fasilitas, sistem penilaian ini itu".. padahal konsep apa mahasiswanya sama sekali nggak di"pikirin". Mahasiswa itu maha dan siswa.. mereka oragn yg sudah cukup dewasa apakah mau "cari nilai doang" atau memang mau pinter. > dirinya sendiri, belom pengaruh teman2 yang mempunyai pikiran yang sama. > pada akhir nya mereka semua "menggampangkan" kuliah dan hanya mengandalkan > um. begitu kira2 gambarannya. Bila mahasiwa memang memiliki "mental" yang kuat.. lingkungan malah bisa terpengaruh.. Lha pemerintahan aja bisa roboh.. masak ajakan "lingkugnan" nggak bisa dibelokkan 8-) Atau memang lebih suka memilih yg "enteng". Saya sendiri sekolah SMA dan bergaul di lingkungan yg "buruk"... (tukang todong, tukang bajing loncat..he.he. nggak perlu khan disebutin tukang ngegelek..d.sb).. tapi untungnya saya cukup "kuat iman". Kalau saya pasrah dg linkungan... ya.. nggak ada IMW kayak sekarang ini...he.he. (nekat mempopulerkan Linxu walau 98% pakai Windows...he.he. ini bukti bahwa lingkungan bukanlah segala-galanya) > Jadi ada baiknya bila um di gundar dibatasi. Mis 5 sks persemester.atau > nilai tertinggi utk um adalah B dan lain sebagainya. Jadi yag udah berusaha > keras utk dapet A dan melewati jalan yang legal tidak merasa kecewa dan > merasa dihargai jerih payahnya ..... :) Yagn menghargai nilai seseeorang itu bukan orang lain, dia sendiri koq (kalau mahasiswa sudah dewasa). Mau dibatasi, mau diapain, kalau memang kurang penghargaan akan selalu susah > Sayang disini blum banyak yg seperti itu ... ? Masih banyak yg cari > selembar kertas ... :) Ini tugas kita yang "sadar" untuk merubah itu. 8-) bukan malah mencari cara agar orang tetap "memakai metoda penilaian lama. > > > sekiran ribu mhs nggak ada yang berhasil :) kalo yang berhasilnya 1000 > > > mhs aja berarti sudah lebih banyak dari mhs lulusan PTN :) > > > hehehehehee.. :) > > Hebat khan gundar :). Makin banyak mhs yg keluar berarti makin banyak mhs > baru yg masuk. sayang kualitasnya tidak ditingkatkan :( Apa definisi kualtias.. ingat PTN menerima mahasiswa yg sudah disaring. dan sistem pendidikannya adalah sistem SARINGAN (posting saya soal sistem pendidikan saringan mungkin bisa dibaca). Saya sendiri pernah jadi mahasiswa di PTN, dan terus terang saya tidak menganggap sistem di PTN itu lebih baik... lha "bibit"nya udah dipilih.. koq, udah gitu "dananya" juga ada dari subsidi. Mensekolahkan dosen ada dana dari pemerintah (PTS harus cari-cari dana sendiri) Coba constraintnya sama... tentu akan berbeda.. IMW * Gunadarma Mailing List ----------------------------------------------- * Archives : http://milis-archives.gunadarma.ac.id * Langganan : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED] * Berhenti : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED] * Administrator: [EMAIL PROTECTED]