Lapindo
Dijual Ke Lyte
jakarta, kompas - PT
Energi Mega Persada Tbk menjual anak perusahaannya Lapindo Brantas Inc
ke Lyte Limited, perusahaan yang berafiliasi ke Kelompok Usaha Bakrie.
Lyte Limited yang selanjutnya akan berubah nama menjadi Bakrie
Oil&Gas, akan memenuhi seluruh kewajiban Lapindo atas masalah di
Blok Brantas.
Demikian disampaikan
Direktur PT Energi Mega Persada Thomas L Soulsby, saat dihubungi, Rabu
(20/9). "Lyte Limited seratus persen dimiliki oleh Kelompok Bakrie. Saat
ini perusahaan tersebut sedang dalam proses berganti nama menjadi Bakrie
Oil&Gas, diharapkan selesai dalam waktu seminggu," kata Thomas.
PT EMP menjual
Lapindo dengan melepas kepemilikan sahamnya di Kalila Energy Limited dan
Pan Asia Enterprise Limited dimana kedua perusahaan tersebut sama-sama
memiliki 99,99 persen saham di Lapindo.
Investor Relation PT
EMP Herwin W Hidayat mengatakan surat edaran atas rencana divestasi
Lapindo tersebut telah disampaikan ke Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) kemarin sore. Setelah mendapat persetujuan dari BAPEPAM,
rencana divestasi tersebut akan dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa PT EMP yang rencananya akan dilakukan pada bulan Oktober, karena
harus mendapatkan persetujuan dari seluruh pemegang saham independen.
Herwin memaparkan
EMP melepas Lapindo untuk melindungi kepentingan pemegang saham.
Penjualan ini juga akan mencegah implikasi negatif akibat peristiwa
Banjarpanji yang mengurangi daya tarik keseluruhan portfolio EMP.
"Dengan lepasnya Lapindo dari EMP, neraca keuangan perusahaan akan tetap
positif. Fokus perusahaan juga tidak lagi tercurah ke Lapindo sementara
ada aset-aset lain yang perlu dikembangkan," ujar Herwin.
Dalam keterangan
persnya, pihak EMP mengatakan meskipun kinerja produksi dan dan keadaan
cadangan dari Lapindo Brantas memenuhi perkiraan, dampak negatif
operasional dan keuangan terhadap EMP akibat kejadian di Sumur Banjar
Panji-1, cukup signifikan. Pengendalian yang sedang dilakukan untuk
mengatasi situasi di Banjarpanji telah menyerap sumber daya perusahaan
yang terbatas dari aktivitas pengembangan produksi jangka pendek dan
juga kesempatan untuk mengoptimalkan aset jangka panjang di blok-blok
lain yang dimiliki dan dioperasikan oleh EMP. "Sampai awal September
ini, tercatat dana yang harus dikeluarkan EMP untuk mengatasi masalah
teknis maupun yang terkait pihak ketiga di Banjarpanji mencapai 20 juta
dollar AS," kata Herwin.
Lapindo sebagai
operator, memiliki 50 persen participating interest di Blok Brantas.
Sisanya sebanyak 32 persen dimiliki oleh Medco, dan 12 persen oleh
Santos. Herwin mengatakan dengan lepasnya Lapindo, EMP bisa lebih
berkonsentrasi untuk mengembangkan tujuh blok migas yang mereka miliki.
Blok-blok itu antara lain Blok Malaka yang memproduksi minyak mentah
11.000 barrel, Blok Kangean dengan produksi gas 80 juta kaki kubik per
hari, dan blok Gelam dengan produksi minyak mentah 200 barrel per hari.
Komitmen
Penuh
Terkait dengan
komitmen Bakrie untuk menyokong penuh Lapindo menunaikan seluruh
kewajibannya dalam penyelesaian semburan lumpur di Banjarpanji, Soulsby
mengatakan dalam perjanjian jual beli diatur secara detil semua
kewajiban yang harus dipenuhi oleh Lyte. "Perusahaan akan bertanggung
jawab penuh untuk menjamin Lapindo melakukan seluruh kewajibannya
sebagai pemilik 50 persen working interest di Blok Brantas," kata
Soulsby.
Semua kewajiban yang
dipenuhi itu dihitung sejak tanggal 1 Juli 2006 (awal terjadinya
semburan lumpur), sampai seluruh masalah yang ditimbulkan oleh lumpur
sepenuhnya diselesaikan. Kewajiban itu antara lain; seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam upaya menghentikan semburan lumpur. (DOT)
|