Perusahaan Gas Negara: A Powerful Gas Transmission and Distribution Company
        
        
        
                        

                        
                        
                                                            
                        
        

        
                                Turki adalah satu-satunya negara yang 
wilayahnya ada di dua benua.Sebagian
wilayahnya ada di Eropa, dan memang berbatasan dengan sejumlah negara
Eropa, sementara sebagian lainnya berada di Asia dan berbatasan dengan
negara-negara Asia. Antara bagian yang di wilayah Eropa dan Asia
dipisahkan oleh Selat Bosphorus. Di Istanbul, yang merupakan kota utama
di Selat tersebut, ada jembatan yang menghubungkan wilayah Eropa dan
Asia.Dan kini Turki terlihat ingin mengoptimalkan posisi sebagai
negara yang berada di dua benua dengan menjadi perantara diantara
negara-negara di dua benua itu. Sejumlah negara di Asia Tengah dikenal
sebagai penghasil gas alam dan memerlukan pasar yang bisa menyerap
produknya sesuai dengan yang diinginkan. Di sisi lain, sejumlah negara
Eropa yang miskin sumber daya alam tapi punya daya beli, butuh
alternatif pemasok gas alam, agar mereka tidak terlalu bergantung pada
satu pemasok.Pada saat ini, negara-negara Eropa banyak
bergantung pada pasokan gas dari Rusia yang dijual melalui jalur pipa
dari Ukraina. Tapi sengketa yang terjadi diantara Ukraina dan Rusia,
yang bersumber dari penetapan harga yang tidak win-win,
membuat aliran gas ke Eropa terhambat. Selama ini, Ukraina sebagai eks
saudara kandung Rusia dalam negara Uni Sovyet, mendapatkan harga khusus
yang ditetapkan semasa Uni Sovyet masih ada.Tapi setelah Uni
Sovyet tidak ada dan kemudian banyak pecahan Uni Sovyet yang justru
mencoba menjauh dari Rusia, negara ini ingin menggunakan posisinya
sebagai pemasok gas Eropa untuk membuat negara-negara pecahan Uni
Sovyet tersebut tetap mendekat ke Rusia. Yang menjadi masalah, Ukraina
itu bukan hanya sekedar pelanggan tapi juga perantara gas Rusia ke
pasar Eropa. Karena Turki bisa seperti Ukraina, yaitu pelanggan dan
sekaligus perantara gas Asia Tengah ke Eropa, negara-negara Eropa kini
justru malah memunculkan alternatif jalur lain, yaitu melalui Laut
Hitam.Apa yang terjadi pada Ukraina dan Turki menunjukkan bahwa
posisi sebagai perantara yang seolah-olah kuat dan tidak tergantikan
itu ternyata bisa dengan mudah berubah begitu ada alternatif baru yang
sama atraktifnya. Karena itu sungguh beruntung perusahaan seperti PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang bergerak dalam bisnis transmisi
dan distribusi gas di Indonesia dan sejauh ini tidak mempunyai pesaing
yang berarti. Dengan kondisi geografis sebagai negara kepulauan, tidak
mudah bagi pemain baru untuk membangun jalur pipa yang menghubungkan
ladang gas dengan pelanggan.Berawal dari perusahaan gas swasta
Hindia Belanda yang berdiri di tahun 1859 dengan nama I.J.N Eindhoven
& Co, sebagai sebuah penyedia gas berbasis batubara, PGAS kemudian
dinasionalisasi dan diubah menjadi PN Gas di tahun 1958 dan akhirnya
menjadi Perusahaan Gas Negara di tahun 1965. Seiring dengan penemuan
gas alam, pada tahun 1974, PGAS kemudian beralih dari penyedia gas
berbasis batubara dan minyak ke distributor gas alam. Yang menarik,
meski Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan gas terbesar
di dunia, ternyata upaya pengembangan usaha ke hulu yang bisa dilakukan
PGAS adalah sebagai perusahaan transporter, alias melakukan transmisi
gas.Tapi kondisi tersebut kemudian disikapi PGAS dengan
menjadikan diri sebagai pemain yang sulit ditandingi pesaingnya, baik
dalam bisnis transmisi maupun distribusi, dimana masing-masing
mempunyai pangsa pasar 87% dan 93%. Kuatnya penguasaan pasar PGAS dalam
bisnis transmisi --yang memberikan kontribusi pendapatan sekitar 12%--
didukung dengan fasilitas transmisi PLN – Medan, Grissik – Duri,
Grissik – Batam – Sakra (Singapura) dan South Sumatera West Java (SSWJ)
I (Pagardewa – Labuhan Maringgai – Cilegon) & SSWJ II (Grissik –
Pagardewa – Labuhan Maringgai – Muara Bekasi – Rawamaju), dimana
masing-masing mempunyai kapasitas transmisi yang berbeda-beda.
Sementara untuk distribusi yang mencakup 13 kota didukung dengan
jaringan distribusi yang mencakup 3 Strategic Business Unit (SBU): SBU
I (Jabar), SBU II (Jawa Timur) dan SBU III (Sumatera).     Keberadaan
fasilitas transmisi dan distribusi tersebut ditujukan untuk menjamin
volume pasokan dan tekanan gas sesuai dengan kebutuhan pelanggan, yang
pada akhirnya nanti bukan hanya menjamin kepuasan pelanggan tapi juga
bisa meningkatkan penjualan. Bagi PGAS, hal tersebut terakhir bisa
mudah dilakukan, pertama  karena jaringan transmisi dan distribusinya
tersebar di pusat pasar utama gas Indonesia, dan kedua karena
perusahaan ini sudah melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen
gas. Itulah sebabnya, PGAS terus berusaha memperkuat diri dengan
menambah jaringan transmisi dan distribusi agar posisinya yang sudah
dominan semakin susah untuk digerogoti.Karena itu, selain
menambah jaringan pipanya, PGAS juga mulai mengembangkan jaringan
tranportir gas ke wilayah yang tidak terjangkau pipa dengan menggunakan
truk Compressed Natural Gas (CNG), dimana gas cair dari PGAS
kemudian dikompres dan dibawa oleh truk ke industri yang membutuhkan.
Selain itu, PGAS juga akan membangun terminal penerima LNG, sehingga
PGAS tetap bisa menyediakan pasokan yang besar tanpa perlu bergantung
pada jaringan pipa. Di samping memperkuat jaringan transmisi dan
distribusi, PGAS juga mencari alternatif baru sumber gas melalui
pengembangan coal bed methane (CBM) atau gas metan batubara,
dimana hal ini juga dipicu oleh kenyataan bahwa jaringan pipa
perusahaan melewati daerah yang kaya batubara.Apabila penambahan
jaringan transmisi dan disitribusi, pengembangan truk CNG dan terminal
LNG serta CBM memang berjalan sesuai rencana, maka posisi PGAS sebagai a 
powerful gas transmission and distribution company akan bertahan dalam waktu 
lama.   



      

Kirim email ke