Saya kira, perekonomian kita taon depan akan lebih baek lg - setelah
selama ini sektor moneter bergerak & maju, maka 'udah waktunya sektor
riil ikutan bergerak maju & berkembang meskipun selama ini lambat - tapi
suatu saat pasti ke sono.Saya yakin, tahun depan sektor riil ini (agri,
infrastruktur, property, mining) - akan lebih maju dibanding taon 2006
ini (Yg pasti, sektor property akan marak taon depan & mencapai
kejayaannya kembali - setelah sektor banking berkibar selama ini) .Sbg
tanda2nya suku bunga 'udah single digit (akan terus mencapai bottom &
bertahan di situ beberapa lama) + perkreditan akan marak nantinya
(meskipun masih ada 'lag' - lag time & policy) - mudah2an makin
kelihatan wujud nyatanya, ya.
 
:) Saya kira si Indeks dapat merefleksikan keadaan perekonomian kita
(meskipun cenderung hanya scr virtual 'doang) - krn biar bgm bisa
dianggap leading indicator, dalam pengertian dlm bentuk sbg resultan
(integrasi) dr ekpektasi ke depannya - yg saat ini telah di-discount
duluan.
 
Regards,
 
Aria
 
 
-----Original Message-----
From: saham@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
EKA SUWANDANA
Sent: Wednesday, December 20, 2006 9:31 AM
To: saham@yahoogroups.com
Subject: Re: [saham] RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing...
 
Sebagai tambahan, IHSG itu hitungan rata2 saham di BEJ yg jumlahnya
340-an saham kalo nggak salah. Sedangkan Bluechip-nya yg terbesar sektor
Telekomunikasi, TLKM& ISAT, dan Banking. Jadi kenaikan IHSG yg sudah
naik lebih dari 100% semenjak pemilu Presiden 2004 lalu nggak akan
pernah jadi cerminan keadaan sektor rill di Indonesia.
 
Jadi IHSG bisa naik terus walaupun Sektor Rill melempem, soalnya dimana2
investor /spekulator saham, selalu lihat Earning Growth dari saham2 yg
dijajakan, dan kebetulan sektor Telekomunikasi yg diwakili
TLKM/ISAT/BTEL/EXCL sedang tumbuh tinggi, sektor ini mewakili 20%
hitungan saham IHSG. Jadi spekulator saham nggak peduli sama data
inflasi, jumlah pengangguran, mereka hanya peduli dgn Earning Growth or
Earning Multiples.
 
So BEJ will always be a misrepresentation of our economy! Makanya tambah
dong sahamnya Pak SBY dgn kasih insentif pajak, supaya sekt! or
manufacture/ industri dan pertanian jadi BLUE CHIP, karena memang
seharusnya begitu. Saya jamin kalo sektor industri/manufacture/pertanian
yg jadi blue chip, IHSG nggak akan kemana2 mungkin malah turun terus!!!
 
Lihat Malaysia, Filipina, indeksnya nggak kemana2, karena proporsi Blue
Chip nya sudah bisa jadi cerminan ekonomi. Mudah2an di pemilu mendatang,
bakal ada calon presiden yg bisa bilang...."Hey IHSG bukan cerminan!
Blue Chip terbesarnya bukan sektor Industri!"  So mematahkan claim
'incumbent president'. Jaman Habibie, Megawati, dan SBY, IHSG selalu di
klaim sebagai tolak ukur yg misleading, di jaman Megawati jadi bahan
kampanye! SEBEL SAYA!


"Achmad Chamdani Eka P." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ini kan kata orang pemerintah. Indones! ia masih dalam katagori risk
country buat investor
selama pemerintah tidak komit mereformasi aturan aturan investasi. Who
cares ???
Parameternya adalah besar investasi di sektor riil. Kalau investasi
sektor riil bagus, otomatis
investasi di pasar modal bagus. Sedang sebaliknya tidak berlaku. Kita
masih jeblok di direct
foreign investment.
 
 
----- Original Message ----- 
From: Aria Bela <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  Nusa 
To: obrolan-bandar@ <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
yahoogroups.com 
Cc: [EMAIL PROTECTED] <mailto:saham@yahoogroups.com> com 
Sent: Tuesday, December 19, 2006 4:16 PM
Subject: [saham] RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing...
 
Wawancara Deputi Gubernur BI 
        RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing
        
        Nurul Qomariyah - detikcom 
       ! ; Jakarta - Investor asing tampaknya masih shock dengan
keluarnya aturan 
        baru dari Thailand. Indonesi! a pun berpeluang 'kebanjiran' dana
dari para 
        investor asing itu.
        "Itu bisa saja terjadi," < SPAN class="SpellE">jelas Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim 
        Tadjudin dalam perbincangannya dengan detikcom, Selasa
(19/12/2006).
        Namun melihat tipikal modal yang bersifat short term capital
inflow, BI 
        akan tetap mewaspadainya. "Untuk sementara aturan yang kita
terapkan 
        sudah bisa (mengatur)," tambahnya.
        Bank Sentral Thailand terhitung pada hari ini mengeluarkan
aturan yang 
        mewajibkan 30 persen dari mata uang asing dengan nilai lebih
dari US$ 
        20.000 harus didepositokan tanpa bunga. Kebijakan itu tidak
berlaku 
        untuk mata uang asing yang berhubungan dengan perdagangan barang
atau 
        jasa.
        Namun para analis dan pelaku pasar shock dengan k! ebijakan baru
itu. 
        Mereka menilai kebijakan baru itu akan menghalangi masuknya
investasi 
        asing termasuk ke pasar saham Thailand. 
        "Ini seperti memukul semut dengan palu. (Langkah) ini mungkin
bisa 
        membantu mereka mencapai tujuan, seperti memberikan tekanan pada
baht, 
        namun bisa meluas ke instrumen lainnya," ujar Sriyan Pietersz,
kepala 
        analis JP Morgan seperti dikutip dari AFP.
        Analisis itu tampaknya benar. Contohnya adalah di pasar saham
Thailand 
        yang langsung terpuruk. Akibat kepanikan di pasar saham, sekitar
pukul 
        11.30 waktu setempat, indeks saham Thailand anjlok hingga 10,10
persen 
        (73,80 poin) ke level 656,75. 
        Penurunan ini merupakan yang terparah sejak pertengahan tahun
1997, 
        sebelum akhirnya Negeri Gajah Putih itu terjerumus ke jurang
krisis 
     &nbs! p;  ekonomi. Di akhir sesi pagi, seperti dilansir dari AFP,
indeks saham 
        Thailand ditutup anjlok hingga 11,76 persen, menyusul terjadinya

        kepanikan di pasar saham.
        Sebagai tambahan, sepanjang Januari hi! ngga November 2006,
capital inflow 
        atau aliran modal asing yang masuk melalui pasar modal dan
obligasi 
        Indonesia nilainya mencapai Rp 35,39 triliun. Seb! anyak Rp
15,09 triliun 
        masuk melalui pasar modal, dan sisanya Rp 20,3 triliun masuk
melalui 
        pasar obligasi Indonesia.
        (qom/ir)
 
 

Kirim email ke