Banyak orang sudah optimis tahun depan indeks mencapai 2000 Dan banyak yg rekomen saham berdasar sektoral... TAPI kalau saya perlu WATCHING saham2 yg berada di AREA 1000 ke bawah.. Dan mungkin 200 ke bawah yg cukup rame, setelah fraksi baru berlaku...
Karena banyak saya jumpai GERILYAWAN yg bersedia mengantarkan ke level yg lebih tinggi...bahkan lebih tinggi LAGI. Rgrds --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Aria Bela Nusa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya kira, perekonomian kita taon depan akan lebih baek lg - setelah > selama ini sektor moneter bergerak & maju, maka 'udah waktunya sektor > riil ikutan bergerak maju & berkembang meskipun selama ini lambat - tapi > suatu saat pasti ke sono.Saya yakin, tahun depan sektor riil ini (agri, > infrastruktur, property, mining) - akan lebih maju dibanding taon 2006 > ini (Yg pasti, sektor property akan marak taon depan & mencapai > kejayaannya kembali - setelah sektor banking berkibar selama ini) .Sbg > tanda2nya suku bunga 'udah single digit (akan terus mencapai bottom & > bertahan di situ beberapa lama) + perkreditan akan marak nantinya > (meskipun masih ada 'lag' - lag time & policy) - mudah2an makin > kelihatan wujud nyatanya, ya. > > :) Saya kira si Indeks dapat merefleksikan keadaan perekonomian kita > (meskipun cenderung hanya scr virtual 'doang) - krn biar bgm bisa > dianggap leading indicator, dalam pengertian dlm bentuk sbg resultan > (integrasi) dr ekpektasi ke depannya - yg saat ini telah di- discount > duluan. > > Regards, > > Aria > > > -----Original Message----- > From: saham@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of > EKA SUWANDANA > Sent: Wednesday, December 20, 2006 9:31 AM > To: saham@yahoogroups.com > Subject: Re: [saham] RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing... > > Sebagai tambahan, IHSG itu hitungan rata2 saham di BEJ yg jumlahnya > 340-an saham kalo nggak salah. Sedangkan Bluechip-nya yg terbesar sektor > Telekomunikasi, TLKM& ISAT, dan Banking. Jadi kenaikan IHSG yg sudah > naik lebih dari 100% semenjak pemilu Presiden 2004 lalu nggak akan > pernah jadi cerminan keadaan sektor rill di Indonesia. > > Jadi IHSG bisa naik terus walaupun Sektor Rill melempem, soalnya dimana2 > investor /spekulator saham, selalu lihat Earning Growth dari saham2 yg > dijajakan, dan kebetulan sektor Telekomunikasi yg diwakili > TLKM/ISAT/BTEL/EXCL sedang tumbuh tinggi, sektor ini mewakili 20% > hitungan saham IHSG. Jadi spekulator saham nggak peduli sama data > inflasi, jumlah pengangguran, mereka hanya peduli dgn Earning Growth or > Earning Multiples. > > So BEJ will always be a misrepresentation of our economy! Makanya tambah > dong sahamnya Pak SBY dgn kasih insentif pajak, supaya sekt! or > manufacture/ industri dan pertanian jadi BLUE CHIP, karena memang > seharusnya begitu. Saya jamin kalo sektor industri/manufacture/pertanian > yg jadi blue chip, IHSG nggak akan kemana2 mungkin malah turun terus!!! > > Lihat Malaysia, Filipina, indeksnya nggak kemana2, karena proporsi Blue > Chip nya sudah bisa jadi cerminan ekonomi. Mudah2an di pemilu mendatang, > bakal ada calon presiden yg bisa bilang...."Hey IHSG bukan cerminan! > Blue Chip terbesarnya bukan sektor Industri!" So mematahkan claim > 'incumbent president'. Jaman Habibie, Megawati, dan SBY, IHSG selalu di > klaim sebagai tolak ukur yg misleading, di jaman Megawati jadi bahan > kampanye! SEBEL SAYA! > > > "Achmad Chamdani Eka P." <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ini kan kata orang pemerintah. Indones! ia masih dalam katagori risk > country buat investor > selama pemerintah tidak komit mereformasi aturan aturan investasi. Who > cares ??? > Parameternya adalah besar investasi di sektor riil. Kalau investasi > sektor riil bagus, otomatis > investasi di pasar modal bagus. Sedang sebaliknya tidak berlaku. Kita > masih jeblok di direct > foreign investment. > > > ----- Original Message ----- > From: Aria Bela <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Nusa > To: obrolan-bandar@ <mailto:[EMAIL PROTECTED]> > yahoogroups.com > Cc: [EMAIL PROTECTED] <mailto:saham@yahoogroups.com> com > Sent: Tuesday, December 19, 2006 4:16 PM > Subject: [saham] RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing... > > Wawancara Deputi Gubernur BI > RI Bisa 'Kebanjiran' Dana Asing > > Nurul Qomariyah - detikcom > ! ; Jakarta - Investor asing tampaknya masih shock dengan > keluarnya aturan > baru dari Thailand. Indonesi! a pun berpeluang 'kebanjiran' dana > dari para > investor asing itu. > "Itu bisa saja terjadi," < SPAN class="SpellE">jelas Deputi > Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim > Tadjudin dalam perbincangannya dengan detikcom, Selasa > (19/12/2006). > Namun melihat tipikal modal yang bersifat short term capital > inflow, BI > akan tetap mewaspadainya. "Untuk sementara aturan yang kita > terapkan > sudah bisa (mengatur)," tambahnya. > Bank Sentral Thailand terhitung pada hari ini mengeluarkan > aturan yang > mewajibkan 30 persen dari mata uang asing dengan nilai lebih > dari US$ > 20.000 harus didepositokan tanpa bunga. Kebijakan itu tidak > berlaku > untuk mata uang asing yang berhubungan dengan perdagangan barang > atau > jasa. > Namun para analis dan pelaku pasar shock dengan k! ebijakan baru > itu. > Mereka menilai kebijakan baru itu akan menghalangi masuknya > investasi > asing termasuk ke pasar saham Thailand. > "Ini seperti memukul semut dengan palu. (Langkah) ini mungkin > bisa > membantu mereka mencapai tujuan, seperti memberikan tekanan pada > baht, > namun bisa meluas ke instrumen lainnya," ujar Sriyan Pietersz, > kepala > analis JP Morgan seperti dikutip dari AFP. > Analisis itu tampaknya benar. Contohnya adalah di pasar saham > Thailand > yang langsung terpuruk. Akibat kepanikan di pasar saham, sekitar > pukul > 11.30 waktu setempat, indeks saham Thailand anjlok hingga 10,10 > persen > (73,80 poin) ke level 656,75. > Penurunan ini merupakan yang terparah sejak pertengahan tahun > 1997, > sebelum akhirnya Negeri Gajah Putih itu terjerumus ke jurang > krisis > &nbs! p; ekonomi. Di akhir sesi pagi, seperti dilansir dari AFP, > indeks saham > Thailand ditutup anjlok hingga 11,76 persen, menyusul terjadinya > > kepanikan di pasar saham. > Sebagai tambahan, sepanjang Januari hi! ngga November 2006, > capital inflow > atau aliran modal asing yang masuk melalui pasar modal dan > obligasi > Indonesia nilainya mencapai Rp 35,39 triliun. Seb! anyak Rp > 15,09 triliun > masuk melalui pasar modal, dan sisanya Rp 20,3 triliun masuk > melalui > pasar obligasi Indonesia. > (qom/ir) >