Justice maybe blind, but it can see in the darkness

 

 

From: obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:obrolan-ban...@yahoogroups.com]
On Behalf Of Adam Rajsha
Sent: Wednesday, June 03, 2009 1:12 PM
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: Re: [ob] OOT: RS OMNI sangat arogant!! TERLALU!!

 






saya cuma baca artikel tsb di kompas.com.

 

terus terang, tanpa terasa saya sampai meneteskan air mata saat membaca
kisah duka sang ibu selama perawatan di RS Omni, kemudian harus di pisahkan
dng ke dua anaknya yg masih batita karena di jebloskan ke penjara oleh RS
Omni yg sangat arogant.

 

saya jadi membayangkan, bagaimana bila kejadian tsb menimpa istri saya, tak
terbayangkan rasa pedih dari searang ibu dan bapak melihat anak yg masih
kecil2 harus di tinggalkan oleh sang Ibu yg sangat di butuhkan oleh 'si
kecil', karena kesewenangan sebuah Rumah sakit yg seharusnya melayani &
melindungi pasien.

 

saya pun siap sedia membantu dalam bentuk apa saja, bila ada member di milis
ini yg mengerti hukum untuk meng-koordinasi membantu sang ibu keluar dari
penjara

 

jangan biarkan kesewenangan seperti ini terjadi kembali pada keluarga
tercinta anda!!

 

salam,

AR

2009/6/3 Armando Anthony <armando.anth...@yahoo.com>

 

Saya pernah mengalami hal serupa dibeberapa Rumah Sakit.  Beberapa RS
Swasta, terutama yg masih baru2 berdiri, memang seperti itu kelakuannya.
Biasanya hasilnya pahit.  Saya cukup bersimpati terhadap Ibu itu (saya
pernah lihat di local news).  Kalau tidak salah beliau masih banding.

 

 Ada yg tahu bagaimana cara membantu Ibu itu? secara legal ataupun
financial? Ada yg mau jadi volunteer? Saya siap menyumbang.

 

Armando

 

  _____  

From: Adam Rajsha <adam.raj...@gmail.com>
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 3, 2009 12:04:12 PM
Subject: [ob] OOT: RS OMNI sangat arogant!! TERLALU!!

 

Maaf Mbah, numpang OOT.

 

kejadian yg sangat mengenaskan, bagaimana bila korban malapaktek ini terjadi
pada keluarga anda? tapi anehnya korban malah masuk penjara.

 

peristiwa ini menunjukan SIKAP AROGANSI RS OMNI. 

PENZHOLIMAN sebuah rumah sakit terhadap pasien. 

 

hai para dokter RS OMNI dimanakah rasa kemanusiaan anda?, menjebloskan
seorang ibu masuk ke penjara, dng membiarkan dua anak balita-nya 'lepas'
dari kasih sayang ibu-nya.

 

hukum di negara ini benar2 sedang 'sakit'!

Rabu, 3 Juni 2009 | 11:12 WIB

http://megapolitan. kompas.com/ read/xml/ 2009/06/03/
<http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/06/03/1112056/Inilah.Curhat.yan
g.Membawa.Prita.ke.Penjara>  1112056/Inilah. Curhat.yang. Membawa.Prita.
ke.Penjara

JAKARTA, KOMPAS.com - Prita Mulyasari, ibu dua anak, mendekam di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Tangerang, Banten, gara-gara curhatnya melalui surat
elektronik yang menyebar di internet mengenai layanan RS Omni Internasional
Alam Sutera. 

Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni
Internasional pada 7 Agustus 2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan
layanan yang diberikan. Ketidakpuasan itu dituliskannya dalam sebuah surat
elektronik dan menyebar secara berantai dari milis ke milis. 

Surat elektronik itu membuat Omni berang. Pihak rumah sakit beranggapan
Prita telah mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah
dokter mereka. Seperti apakah surat Prita yang membawanya ke  penjara? 

Berikut ini adalah surat prita.


RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF

Prita Mulyasari - suaraPembaca 

Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama
anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan
kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS
dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan
obat, dan suntikan. 

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami
kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam
20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS
OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandar
International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen
yang bagus. 

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39
derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah
trombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya
diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan dinyatakan saya wajib
rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya
yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya
meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu
referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan
saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin
pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H
visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan
27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H
terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam
suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama
dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir
karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih
memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh
dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard
Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap
suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya
meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan
suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu
boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul. 

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan
dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya
dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke
39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa.
Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk
memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya
sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan
berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam
berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan
kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak
napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya
berkata menunggu dr H saja. 

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun
mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa
untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.


Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun,
janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak
saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal
yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam
riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan
membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah
mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan
menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya
dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama
yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan
tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai
membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau
dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan
data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan
data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya
lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada
follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil
thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat
dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak
adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain
dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000
tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung
dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh
Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda
terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar
dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya
sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta
tanda terima pengajuan komplain tertulis. 

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan manajemen. Atas nama
Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan
diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan
saya. 

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan
dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000.
Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit
181.000 saya masih bisa rawat jalan. 

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya
ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik.
Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27..000 sesuai dr M
informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr
H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas
(Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya
dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut
analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah
parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa
terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. 

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah
membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan
suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.
Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya
tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas. 

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut
namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan
waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu
kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni
memberikan surat tersebut. 

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan
bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya
tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya
telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima
atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak
ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya
sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima
tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut
Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang
mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan
customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum. 

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan
ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan
pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami. 

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan
tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan
dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi
kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin
tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya
RS Omni mendapatkan pasien rawat inap. 

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah
hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu
rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya
tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik. 

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan
asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal
mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini. 

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B).
Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan
kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain. 

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang
selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak
jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu
yang cukup untuk menyembuhkan. 

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing.
Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang
dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan. 

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya
diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang
tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak
terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini. 

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan
atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M,
dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi
perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya
tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari
dokter ini. 


Salam, 
Prita Mulyasari 
Alam Sutera 






-- 
salam,
AR

 






-- 
salam,
AR







No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.5.339 / Virus Database: 270.12.48/2147 - Release Date: 06/02/09
17:53:00

<<image001.jpg>>

Kirim email ke