Pak,Kalo back door listing itu apa sech? Thanks
----- Original Message ----- From: investor_ngesot To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Monday, July 30, 2007 2:16 PM Subject: [obrolan-bandar] Djadjang dan Mamad Diskusi menarik dari BI hari ini -- Marilah kita simak diskusi yang menarik antara Djadjang (Dj) dan Mamad (M) yang fiktif, tetapi mempunyai kadar realita yang tinggi. Mereka berdua bersahabat sejak Sekolah Dasar. Setelah tamat Sekolah Menengah Umum (SMU), Djadjang belajar ekonomi di universitas yang paling terkenal. Dia kemudian bekerja sebagai dosen dan peneliti. Sekarang Djadjang menjadi profesor doktor di bidang ilmu ekonomi dan beberapa kali diangkat menjadi menteri. Sementara itu, Mamad menjadi anak jalanan. Dengan logika yang diberikan Tuhan dan secuil pengetahuannya dari SMU, dia bekerja di perusahaan pialang saham. Mamad kemudian mempunyai perusahaan pialang sendiri. Berikut diskusi antara Djadjang dan Mamad. Dj: Mad, aku tidak mengerti mengapa banyak kritik terhadap perekonomian kita. Indikator ekonomi makro bagus, nilai tukar rupiah stabil, dan inflasi terkendali. Kok dikatakan sektor riil sekarat, kemiskinan dan pengangguran meningkat. Kamu kan dibesarkan dalam dunia jual-beli saham. Saham-saham itu kan mewakili kepemilikan dalam perusahaan. Kalau harga saham meningkat, nilai perusahaan pun meningkat. Dan kalau nilai perusahaan-perusahaan meningkat, perekonomian seluruh negara kan juga meningkat terus? M: Ya itu teorinya. Tapi kita pernah mengalami IHSG naik-turun tanpa adanya laba perusahaan-perusahaan publik yang bergejolak. Engkau pasti sering membaca istilah 'penggorengan saham'. Dj: Ya, sering sekali, bahkan ada yang bilang para penggoreng saham itu pasti untung. Keuntungan tersebut tidak kira-kira besarnya. Mereka bukan spekulan, karena yang menaikkan harga saham adalah mereka sendiri. Prosesnya gimana sih? M: Lho, yang begini ini tidak kau ajarkan kepada mahasiwamu ya? Dj: Jelas tidak. Bahan kuliah saya dari buku-buku teks bahasa Inggris yang tidak sepenuhnya saya kuasai. Maka saya sendiri menjadi tidak mengerti dan sebenarnya juga tidak percaya adanya orang-orang lihai yang kau namakan 'penggoreng saham' itu. Itu cerita mitos. Coba jelaskan bagaimana prosesnya yang persis? M: Untung saya tidak melanjutkan studi sampai universitas seperti kamu. Kalau tidak, saya kan hanya makan gaji yang pas-pasan seperti kamu. Penggorengan saham itu bukan mitos Djang. Prosesnya begini. Para penggoreng itu melakukan transaksi aspal, yaitu asli tapi palsu. Asli karena orang-orang suruhannya atau yang dikenal dengan nama nominee benar-benar melakukan pembelian yang dicatat dan harga yang terjadi diumumkan. Berarti ada penjualnya yang asli juga dalam arti melakukan transaksi penjualan. Tapi, baik pembeli maupun penjual, orang-orang suruhan sang pemodal besar yang dipakai untuk menggoreng. Maksudnya, menciptakan harga yang meningkat terus. Penggoreng itu membeli bagian terbesar dari saham-saham perusahaan tertentu yang dijadikan target. Penggoreng juga mempunyai perusahaan pialang saham. Saham-saham milik dia dijual oleh pegawai si A dengan harga lebih tinggi dari yang sedang berlaku. Pembelinya si B dan juga pegawainya. A dan B inilah yang disebut nominee. Terus transaksinya dilakukan melalui perusahaan pialang milik sendiri. Jadi, A dan B membayar komisi kepada perusahaan pialang yang milik penggoreng. Jumlah saham penggoreng tidak berkurang dan tidak bertambah. Uang yang dikeluarkan nominee A dan nominee B, sebagai pembayaran komisi jual-beli kepada pialang, masuk ke dalam perusahaan pialang milik sang penggoreng. Tidak ada yang berubah, kecuali harga saham- sahamnya yang terus-menerus meningkat. Dj: Secara teoretis tidak mungkin Mad. Ini karena pemodal besar itu hanya bisa melakukan seperti yang kaukatakan kalau dia memiliki saham- saham yang akan 'digorengnya' dalam jumlah yang signifikan untuk membentuk harga. Kalau tidak, para pemain lainnya kan tidak dalam penguasaannya? Dan kalau jumlah saham dalam satu perusahaan publik melampaui persen tertentu, dia harus lapor, yang terus ada tindak lanjutnya untuk melindungi investor lainnya. Namanya 'kewajiban disclosure.' M: Lho, teori lagi. Tadi sudah saya katakan bahwa penggoreng itu menggunakan banyak nominee. Para nominee itu pegawai dari sang penggoreng. Merekalah yang secara resmi memiliki saham dari satu perusahaan publik tertentu yang dijadikan target penggorengan. Jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing nominee tidak melampaui batas aturan disclosure. Dj: Terus maksudnya penggoreng menaikkan harga saham-saham perusahaan targetnya apa, kalau jumlah saham yang dimilikinya tidak bertambah dan tidak berkurang? M: Djang, penggoreng itu orang dagang. Maksudnya ya jelas mau cari untung. Maka kalau dia merasa sudah waktunya, saham-saham itu dijual dengan harga tinggi hasil gorengannya. Dj: Bagaimana mungkin? Siapa yang mau membeli? M: Tadi kan saya katakan, jumlah saham yang dia miliki tidak 100% dari semua saham yang diperdagangkan di BEJ. Misalnya 70%. Yang 30% diperjual-belikan oleh para spekulan amatiran. Mereka ini yang nanti akan membeli dengan harga yang berlaku, yang sudah menjadi tinggi. Harga saham yang menjadi tinggi itu tidak ada hubungan sama sekali dengan kesehatan perusahaan, apalagi dengan kesehatan ekonomi nasional yang selalu engkau gembar-gemborkan. Dj: Lha saya selalu mengajarkan harga saham yang meningkat berarti perekonomian nasional juga meningkat. Kalau gitu salah ya Mad? M: Ya jelas salah. Kamu itu profesor kodok Djang. Dj: Apa maksudmu? M: Begini. Di pinggir kali ada seorang profesor doktor yang sedang menjadi menteri seperti kamu. Di situ ada kodok dan ada seorang anak kecil berumur enam tahun. Ada juga anak jalanan berusia 14 tahun. Anak kecil bertanya kepada sang profesor, berapa kalikah kodok itu melompat ketika menyeberangi sungai? Sang profesor langsung menjawab: "Lebar kali dalam sentimeter dibagi jauhnya kodok satu kali melompat dalam sentimeter." Anak jalanan itu langsung mengatakan: "Tidak prof! Yang saya lihat hanya dua kali. Lompat ke dalam sungai, berenang sampai ke daratan lagi, dan melompat ke daratan. Saya yang sehari-hari di jalanan melihatnya selalu begitu. Tidak ada kodok yang ketika tersentuh air melompat. Begitu masuk air, kodok selalu berenang." Djang, kamu itu mbok jangan hanya jadi kutu buku tokh, terus sombong. Engkau tidak mengerti apa-apa tentang yang terjadi di lapangan. Dj: Masih ada trik-trik lainnya, Mad? M: Masih sangat banyak. Lain kali kita diskusi lagi. BEJ sudah akan buka, aku harus mulai dengan penggorenganku. Dj: Coba sebut saja namanya supaya sebelum kita berdiskusi lagi saya pelajari dulu semua teorinya. M: (Sambil tersenyum) Baik Djang, bicara dengan kamu memang menyenangkan. Lucu, profesor tidak mengetahui yang terjadi di lapangan, satu menit pun tidak pernah berdagang, tapi berani jadi menteri yang menentukan aturan main orang-orang lapangan, bahkan mengatur semua aspek ekonomi negara. Tadi engkau kan tanya namanya saja dari cara-cara mencari uang di BEJ. Banyaknya tidak kepalang. Untuk pekerjaan rumahmu aku sebut dua saja. Pertama, 'akuisisi internal'. Kedua, sekarang dalam versi sedikit berbeda yang dilakukan orang adalah apa yang disebut 'back door listing'. Baik Djang, kita janjian lagi untuk diskusi berikutnya supaya kamu lambat laun tidak jadi profesor dan juga tidak jadi menteri teori kodok. Kasihan rakyatnya! Oleh Kwik Kian Gie Mantan Menneg PPN/Kepala Bappenas