Itu namanya yg kaya tambah kaya, yg miskin tambah melarat Kang...
Btw, thn 98 masih SMP? Ya amplop, masih muda bener. Saya thn 98 mah 
pas nikah. Tua dah gue... 


--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, vividtrader <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Thn 98 masih SMP? seumuran dengan saya...
> 
> 2008/3/25, kang_ocoy_maen_saham <[EMAIL PROTECTED]>:
> >
> >   haha engga pak.. cuman suka keusik ga sih pak.. buat sebagian 
orang
> > itu hefty profit by exploit weakness ato loophole di sistem 
finansial
> > dgn currency play ato margin leverage cornering ato semacemnya 
seems
> > like a "fair and square deal" or just an usual act on so-called 
modern
> > world., tp seringnya yg kena dampak parahnya ya masyarakat awam 
pak.
> > ga ngerti apa2. buat survive hidup sehari2 aja udah barely, 
gimana
> > bisa punya priviledge investing kaya kita semua.. bubble harga 
makanan
> > partly disebabkan sama spekulan, pun harga BBM, pun harga 
material,
> > atau waktu krisis98 dulu jg mata uang kita terpukul.., kan kasian
> > rakyat yg kecil-kecil pak. seems hypocrite emang krn kita2 semua 
ya
> > dibilang kapitalis ya iya jg wong idupnya dr pasar modal. tp 
untuk
> > bisa TERTAWA2 dan BERBANGGA2 dr hasil eksploitasi yg di sisi 
sebelah
> > sana mungkin aja malah ngebikin hidup banyak orang jd susah 
tanpa tahu
> > sebab kenapa hidup mereka yg udah sulit makin sulit seems to 
aching to
> > just be ignored and valued as "common practices"..
> >
> > sedikit ngingetin yg kmaren terakhir pak., diambil dr catatan 
pinggir
> > goenawan mohammad. ini dekat sekali dgn kita. paling tidak 
lingkungan
> > sosial saya masih sering nemu yg kayak gini., pensiunan ngeluh 
karena
> > daya beli uangnya makin lama makin susah., tukang gorengan depan
> > kantor curhat gara2 minyak goreng mahal dy susah nabung buat 
anaknya
> > sekolah. yah di Indonesia mah begini., gatau tuh di kampungnya El
> > gimana. mungkin jauh lebih beruntung dari kebanyakan kita. yah 
gimana
> > lagi yah.. Let's all Hail The Great Capitalism Than!! (Dengan 
Senym
> > Kecut dan Lidah Tertahan)
> >
> > Slamet
> >
> > Slamet adalah sebuah teriakan, ketika ia bunuh diri pada umur 48.
> > Mungkin kota Pandeglang mendengarnya. Mungkin Banten dan Jakarta
> > mendengarnya. Tapi hanya 10 menit.
> >
> > Segera setelah itu, teriakan itu lenyap. Slamet hilang. Ia 
kembali
> > jadi noktah yang melintas tipis pada layar radar, seperti 
berjuta-juta
> > titik lain yang diabaikan. Jakarta sibuk. Tuan-tuan sibuk: tuan-
tuan
> > berbaris membesuk Suharto, sang patriakh yang gering terbaring di
> > rumah sakit itu, dan dengan tekun tuan-tuan mengikuti naik-turun
> > tekanan darahnya, menyimak jantung dan paru-parunya, berkomat-
kamit
> > membaca doa untuknya, dan berseru, makin lama makin keras, 
maafkan
> > dia, maafkan dia …
> >
> > Tentu, semua itu karena tuan-tuan orang yang beradab. Tapi tak 
ada
> > peradaban yang tak berdiri di atas pengakuan bahwa ada mala yang
> > besar, (meskipun tak disebut sebagai dosa), ketika di luar pintu
> > seseorang rubuh, tertindih, hilang harap — dan kita tak 
menolongnya.
> >
> > Slamet adalah indikator negatif peradaban.
> >
> > Lelaki ini seorang pedagang yang tekun, meskipun tetap miskin. 
Sejak
> > 1993 dengan angkringannya ia jajakan gorengan singkong, tahu, 
tempe,
> > dan pisang di sekitar jalan Ahmad Yani di Pandeglang. Ia pernah 
yakin
> > hidup akan lebih baik setelah ia berhenti bekerja di sebuah
> > pom-bensin. Mula-mula memang ada harapan: ia bisa memperoleh 
untung
> > sedikit sedikit. Kata isterinya, Nuriah, Slamet dapat membawa 
laba
> > sampai Rp 20 ribu sehari.
> >
> > Tapi kemudian harga kedelai naik cepat dari Rp 3.400 menuju ke 
Rp 8000
> > sekilo. Akhirnya Slamet hanya bisa membawa pulang rata-rata Rp 
8000,
> > sementara tiap kali ia harus belanja bahan sampai Rp 100 ribu.
> >
> > Apa yang bisa dilakukannya? Utangnya memberat. Tapi bukan hanya 
itu
> > yang menimpanya. Ia, yang lahir di Ciamis dan mati di 
Pandeglang, ia
> > yang berkeluarga di rumah 7 x 7 meter persegi berdinding gedeg 
yang
> > terletak di dekat Pasar Badak, ditentukan nasibnya tak di sana,
> > melainkan di kejauhan: oleh para birokrat Departemen Pertanian 
dan
> > Perdagangan, oleh pasar dunia yang bergejolak, oleh ladang dan 
lumbung
> > di Amerika Serikat, oleh pusat-pusat makanan di Cina, oleh cuaca 
dan
> > panen di Brazil, oleh struktur agribisnis di Argentina.
> >
> > Apa daya Slamet di sela-sela jaringan raksasa itu? Seorang pakar
> > Departemen Pertanian Amerika Serikat telah memperhitungkan, 
produksi
> > kedelai tahun 2007-2008 akan turun 14% di negeri itu, dan pembaca
> > koran tahu Amerika Serikat adalah salah satu produsen terbesar. 
Ketika
> > para petani Amerika mendahulukan menanam jagung yang lebih
> > menguntungkan untuk industri biodiesel, suplai kedelai pun 
merosot di
> > dunia. Sementara itu, Brazil dan Argentina hanya meningkat 
sedikit
> > panennya. Sementara itu, permintaan bertambah, terutama dari 
Cina dan
> > India, dua negeri yang lebat penduduk dan sedang tumbuh pesat
> > ekonominya. Maka harga pun membubung tak terelakkan. Di 
Pandeglang,
> > Slamet terjungkal.
> >
> > Apa yang bisa dilakukannya? Ia hidup di sebuah negeri dengan para
> > birokrat yang seperti tak hendak tahu dan berbuat; trend 
memburuk di
> > pasar dunia itu bukanlah sesuatu yang mendadak. Slamet adalah 
sebuah
> > indikator keteledoran.
> >
> > Ia juga gejala kegagalan. Di tahun 1974, Indonesia bisa memenuhi
> > kebutuhan kedelai dengan produksi sendiri, tapi sejak 1975 sudah 
mulai
> > jadi pengimpor. Ketika di Jawa tanah-tanah pertanian yang subur
> > dipergunakan untuk kebutuhan lain, kedelai kian tak dapat ruang 
yang
> > cukup untuk ditanam. Seorang peneliti, Dewa K.S. Swastika, bahkan
> > sejak tahun 2000 menghitung: tanpa terobosan yang berarti, 
defisit
> > kedelai akan berlanjut.
> >
> > Apa "terobosan" itu, saya, seperti halnya Slamet, tak tahu. Yang 
saya
> > tahu, Indonesia tak mengalami apa yang dialami Brazil. Di sana,
> > demokrasi yang menggantikan kediktaturan militer membongkar juga
> > kendali pemerintah atas pasar, dan di antara 2002-2003 (ketika di
> > Indonesia tak ada lagi harapan untuk swa-sembada) di negeri 
Amerika
> > Selatan itu produksi kedelai naik hampir 300% dibandingkan dengan
> > 1987-1988.
> >
> > Lebih beruntungkah Brazil ketimbang Indonesia, yang kembali ke
> > demokrasi dengan masyarakat yang telah dipangkas habis sumber-
sumber
> > kepemimpinannya? Saya tak tahu adakah ini soal malang dan mujur. 
Yang
> > pasti, demokrasi datang dan negeri ini hanya punya sederet 
pengambil
> > keputusan yang kacau, atau tak cerdas, atau bingung. Tampaknya 
cerita
> > kedelai ini juga cerita keledai-keledai.
> >
> > Tuan-tuan pasti tak mau seperti itu. Tapi jangan takut. Cerita 
Slamet
> > bukanlah hanya cerita tentang tempe dan kekuasaan dan kebebalan. 
Ia
> > juga cerita sebuah keadaan, ketika seorang bisa begitu putus asa
> > dililit utang yang tinggal separuh dari Rp 5 juta, sementara tak 
jauh
> > dari tempat ia menggantung diri ada orang-orang yang menghabiskan
> > beratus juta untuk satu malam perhelatan. Cerita Slamet adalah 
cerita
> > seorang yang dibunuh dengan acuh tak acuh. Maka ia juga cerita 
tentang
> > kematian yang tak terdengar, tapi seperti sebuah teriakan.
> >
> > Slamet memang tak menggugat siapa-siapa, tapi ia tetap sebuah 
kontras:
> > ia kecemasan yang tak ditengok, ia bukan Suharto yang terus 
menerus
> > dijenguk. Tapi ia lebih siap mati. Menjelang ia menggantung diri,
> > dibelinya dua helai kaus putih. Ia bicara dengan Oji, anaknya 
yang
> > masih di kelas tiga SMK Pariwisata dan sudah setahun belum 
membayar
> > uang sekolah. Ia bisikkan bahwa ia akan segera meninggal.
> >
> > Slamet akhirnya sebuah cerita selamat tinggal yang tenang. Putus-
asa
> > itu tampaknya menyebabkannya siap dan ikhlas. Ia adalah 
pemberitahuan,
> > ia seperti sajak Subagio Sastrowardojo: pada akhirnya, apa 
sebenarnya
> > yang dimiliki manusia?
> >
> > Tak ada yang kita punya
> >
> > Yang kita bisa hanya
> > membekaskan telapak kaki,
> > dalam, sangat dalam,
> > ke pasir
> > Lalu cepat lari sebelum
> > semua beakhir
> >
> > ~Majalah Tempo, Edisi. 47/XXXVI/21 - 27 Januari 2008
> >
> > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com <obrolan-bandar%
40yahoogroups.com>,
> > "ngarep.kaya.nih"
> > <sambahar@> wrote:
> > >
> > > ha ha ha ... bukan belain siapa-2 tp cuman geli ajah.... udah
> > dibilang email direct aja kan..
> > > Kang kalo 98 baru masuk smp berarti belum ngalamin market gini 
ya
> > ??? (sorry bukan ngeledek ya...)
> > > Market seperti ini yang dicari karena menurut saya, u gain from
> > volatility not only from bull market. Setuju gak ya ?
> > > Lagian maen saham kan capitalism, kalo gak maen indeks syariah 
aja
> > kali..??
> > >
> > > kang_ocoy_maen_saham <kang_ocoy_maen_saham@> wrote:
> > Dasar Kapitalis Kamuh!! ;P... Kembalikan Kemakmuran
> > Kepada Rakyat!!!..
> > >
> > > -Now that u mentioned The Baht Currency Disaster., Hiks.. jd 
inget
> > > krisis 98.. waktu itu baru masuk smp, tp keterpurukan rakyat 
gara2
> > > spekulator masih kerasa ampe sekarang... sialan kalian para
> > kapitalis...
> > >
> > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com <obrolan-bandar%
40yahoogroups.com>,
> > Elaine
> > > <you.can.call.me.elaine@> wrote:
> > > >
> > > > *I'm not a trader, so I guess I still rely on my salary. :) 
But if
> > > you ask
> > > > about the firm I work for, well for Asia Pacific it's around 
USD
> > 2,500
> > > > million this year (excl. China & Malaysia) in 
stocks/options, swaps,
> > > bonds
> > > > and forex. (that makes up around 33% gain, we made a big 
shot when we
> > > > shorted the USD)
> > > >
> > > > Before I got flamed again, guys please DON'T SPAM this 
mailing list.
> > > Mind
> > > > other members. If your subject is specifically directed to 
me, then
> > > email me
> > > > directly. Ok? :)
> > > >
> > > > Umm about the robots, I'm not talking about things like the
> > Transformers
> > > > LOL. It's actually a computer network that manage our 
portfolios
> > > around the
> > > > world. Come on, don't tell me you didn't know this kinda 
stuff.
> > > Almost all
> > > > brokerage firm in the world utilize this one.
> > > >
> > > > I read someone commented about LTCM. I know, they suffered 
huge loss
> > > in 1997
> > > > (they were bailed out but later liquidated) but it was global
> > financial
> > > > catastrophe. Even the Russian government defaulted their 
bonds
> > and most
> > > > Asian country were troubled with the crisis (which all 
started from
> > > the fall
> > > > of Baht - shorted by speculators lol. Baht plunged because of
> > liquidity
> > > > crises from PROPERTY developers who were unable to pay their 
US
> > dollar
> > > > nominated debt from banks)
> > > >
> > > > But the failure of LTCM was caused by using a strategy which 
was
> > > non-market
> > > > directional (ignoring stock PRICES and interest RATES). They 
also
> > > > overweighted in Merger Arbitrage and SP500 options.
> > > >
> > > > *blah blah*
> > > >
> > > > I could explain more but this is OB, not Finance Class. lol
> > > >
> > > > **Elaine*
> > > >
> > > > 2008/3/25 JsxTrader <jsxtrader@>:
> > > >
> > > > > Bukti bahwa Pendekar Tangan Kosong ternyata MAMPU 
mengalahkan
> > > > > ROBOT-ROBOTnya
> > > > > EL yg canggih dan namanya aneh-aneh.., bayangin sejak awal 
tahun
> > > cuannya
> > > > > Sang Pendekar sdh RATUSAN PERSEN..., ck..ck..ck.. coba 
kita tanya
> > > robotnya
> > > > > EL sdh cuan brp...
> > > > >
> > > > > Gimana kalo saya nitip aja deh ke Pa' Oen? Untungnya nanti 
kita
> > > bagi dua
> > > > > Pak?? Setuju? He..he..he..canda Pak.
> > > > >
> > > > > Salam,
> > > > > JsxTrader
> > > > >
> > > > > -----Original Message-----
> > > > > From: obrolan-bandar@yahoogroups.com<obrolan-bandar%
40yahoogroups.com>[mailto:
> > > > > obrolan-bandar@yahoogroups.com <obrolan-bandar%
40yahoogroups.com>]
> > > > > On Behalf Of jsx_consultant
> > > > > Sent: 25 Maret 2008 13:29
> > > > > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com<obrolan-bandar%
40yahoogroups.com>
> > > > > Subject: [obrolan-bandar] Re: IHSG RESIT = 2390
> > > > >
> > > > > Anda memang pantas disebut pendekar tangan KOSONG karena
> > > > > anda bisa membuat analisa langsung dari BID-OFFER-DONE 
tanpa
> > > > > grafik...
> > > > >
> > > > > Tuh, ilmu baru dari pak Oentoeng....
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > No virus found in this outgoing message.
> > > > > Checked by AVG.
> > > > > Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.22.0/1341 - Release 
Date:
> > > > > 24/03/2008
> > > > > 15:03
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > ------------------------------------
> > > > >
> > > > > + +
> > > > > + + + + +
> > > > > Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus
> > > > > kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas.
> > > > > + + + + +
> > > > > + +Yahoo! Groups Links
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > ---------------------------------
> > > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! 
Mobile.
> > Try it now.
> > >
> >
> >  
> >
> 
> 
> 
> -- 
> http://www.vividtrader.blogspot.com
>


Kirim email ke