--- hdmessa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Tetap menjadi sebuah pertanyaan menarik, ttg mengapa
> di akhir abad 19 
> dan awal abad 20 , ranah minang menghasilkan orang2
> yg secara umum di 
> tataran nasional waktu itu ( hindia belanda ) cukup
> berhasil dan 
> maju , dibanding etnis lain, terbukti dg banyak
> tokoh bangsa waktu 
> itu dari ranah minang.

Hendra,salut dengan hipotesa hendra selama
ini.Sebenarnya,ketika hendra melontarkan " lelaki
Minang ",dalam pandangan mata orang lain,menurut saya
selain lelaki Minang,juga pendapat orang lain perlu
kita tampung,terutama pendapat kaum wanita,baik dari
Minang itu sendiri,ataupun luar Minang.

Karena permasalahannya adalah menilai lelaki,maka yang
lebih pantas kita mendengarkan bagaimana lelaki
itu,tentu dari perempuan,sebagaimana bila kita ingin
tahu bagaimana watak wanita,tentu lebih pasnya
pertanyaan itu di jawab oleh lelaki,meski tidak
selamanya begitu.Tapi ini masalah " perasaan ",dan
terutama yang tertuju pada lelaki Minang,yang suka
beristeri lebih dari satu.


> 
> ada berbagai hipotesa sementara utk hal tsb, antara
> lain :
> 
> dataran tinggi minang relatif subur dan maju ,
> terbukti dg dibangun 
> nya rel kereta api dan pelabuhan laut oleh belanda
> serta keberadaan 
> komunitas belanda di padang.

benar,.tapi itu dulu.

> 
> perdagangan cukup maju, sehingga secara ekonomi
> lebih maju

Hmmm,..kalau dilihat sekarang masih perlu di
pertanyakan

> 
> Alam nya indah dan subur, sehingga banyak tumbuh
> tumbuhan yg bagus 
> bagi kesehatan serta udara segar yg semuanya positif
> efeknya bagi  
> perkembangan otak 

benar,..sampai saat ini,masih ada beberapa daerah yang
seperti itu,meski dibeberapa daerah lain,kemungkinan
kecil sudah berubah.Tapi saya masih melihat keindahan
alamnya,buat terpesona.Ini salah satu saya pilih
Bukittinggi/ Padang pelabuhan terakhir kami
kelak.InsyaAllah,dan wallhua'lam.



> 
> Sikap budaya yg egaliter , membangun suasana yg
> terbuka untuk 
> pertukaran pikiran /debat , mulai dari level mahota
> di lapau sampai 
> diskusi serius di balai adat.

benar,bahkan dimana saja saya berada dan
bergaul,setiap saya berdebat dengan mereka,apa kata
akhir mereka pada saya ? : 

" dasar orang Minang,memang pandai berdebat,pandai
bersilat lidah,pandai memintal kata,pantesan banyak
orang Minang itu yang jadi diplomat ".Ini pengakuan
sekian banyak orang yang saya hadapi langsung dalam
pergaulan dimana saja,dan dari daerah mana saja.


> 
> banyak nya orang minang waktu itu yg mendapat
> kesempatan bersekolah, 
> serta banyaknya sekolah/madrasah di sana

Iyah,..ini benar sekali,tapi sekarang sudah
kebalik,banyak orang Minang yang sekolah ke
Jawa.kenapa ? tentu ada alasan mereka yang cukup kuat
untuk itu.


> 
> dan banyak alasan lain nya , yg membuat hal tsb tak
> berlaku lagi saat 
> ini ;

Ada salah satunya lagi: Dan pendapat ini jangan
digeneralisir,bisa jadi terjadi pada sebagian kita
saja:


Kalau dulu saya lihat nenek-nenek/kakek dari orang
Minang,banyak yang pandai mengaji.Sehingga sering
kedengaran oleh saya dari ibu-ibu diplomat,: " habis
sih..dia dari Minang,biasakan,orang Minang,pandai
mengaji ".Ini benaran,keluar dari mulut salah seorang
diplomat di luar Minang,dan saya juga melihat istri
diplomat yang sudah tua-tua itu,pandai mengaji Al
Qur'an,tapi jauh beda sekali dengan istri diplomat
yang masih baru-baru.Ngak bisa mengaji.Sungguh sangat
tragis sekali.



Kalau kita sudah menghipotesa kelebihan dan kekurangan
sesuatu,apa yang harus kita lakukan.Bak kata
dokter,ditanya dulu pasien yang sakit,ia sakit
apa,lantas akan diberi obat sesuai dengan dosis nya
pula.Jadi masing-masing daerah yang ada di Sumbar
itu,setelah dilihat kekurangan yang ada,serta
aset-aset apa yang ada disana yang pantas untuk
dikembangkan,baru kemudian diberi pengobatan,apa perlu
dengan suntikan,atau obat saja,atau apa perlu
benar-benar di " Operasi ".


> 
> by the way, Ado kawan ambo nan punyo argumen agak
> lain pulo, sedikit 
> kontroversial , baiko caritonyo ;
> 
> Pada masyarakat minang di abad 17 sampai 19 , banyak
> ditemui 
> kenyataan , bahwa tokoh tokoh masyarakat, datuak,
> orang cerdik 
> pandai , ulama sampai pareman jago silek sekalipun ,
> biasanya punya 
> istri lebih dari satu dan banyak anaknya. 
> Sudah menjadi kebiasaan masyarakat bahwa mereka yg
> pintar tsb ( tokoh 
> masyarakat ) , sering diminta pada suatu
> daerah/nagari untuk menjadi 
> minantu nyo pulo , dikawinkan dg anak gadis di
> daerah tsb, dg harapan 
> bahwa kelak akan lahir keturunan orang pintar/hebat
> di daerah tsb . 
> Sistem matrilineal memberi ruang pula utk hal tsb,
> karena anak yg 
> dilahirkan kelak, akan terjamin dalam komunitas
> keluarga ibu nya ( 
> walau tak lagi disantuni ayah nya ,bilamana ayah
> biologis nya pergi 
> kelak  ). Tapi biasanya pada lelaki yg biasa2 saja,
> tak dikenal 
> prestasinya , hanya orang biasa , istrinya satu saja
> , karena 
> nampaknya tak ada calon mertua yg berminat
> mengambilnya sbg menantu. 
> ( sebagaimana pernah diceritakan pada email mak sati
> sebelumnya ).

Mungkin tidak semuanya benar.Ada sang ayah yang
beristeri banyak,tapi membiayai semua
anak-anaknya,tetapi ada juga yang cuman memproduksi
anak,namun tak membiayainya.Wallhua'lam,dan ini banyak
juga berlaku pada lelaki di luar Minang.jadi
tergantung pribadi masing-masing,serta tingkat
keimanannya pula.

Tapi ada suatu hal yang sampai tahun 93, ini hanya
pengalaman suami,dan teman-teman di kairo saja.saat
beliau/ mereka  pulang kampung.betapa banyaknya para
ortu yang menawarkan anak-anaknya pada mereka yang
baru pulang dari luar negeri.

Bahkan ada ortu yang sampai menanyakan berapa gaji
mereka kalau sudah bekerja kelak.Ada yang
menduga,kalau gaji di Saudi besar,dan betapa senangnya
dapat menantu,anaknya dibawa ke saudi,sang ortu bisa
di naik hajikan.

( jadi masih banyak yang berwatak materialis,bisa jadi
ini wajar saja,tapi amat kasihan bila kelak,kenyataan
tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan
sebelumnya,dapat menantu bergaji besar,ternyata
miskin,apalagi sampai melarat ),sehingga banyak sang
istri meninggalkan suaminya,karena suami ngak bisa
berikan apa-apa,dan lari kelelaki lain yang lebih
menjamin kehidupannya.

Sungguh amat tragis nasib kaum pria semacam ini.Ada
duit abang sayang,tak ada duit abang melayang.Dan ini
juga banyak terjadi di daerah lainnya.


> 
> Bila hal tsb berlangsung pada beberapa generasi,
> secara statistik 
> maka akan banyak lahir generasi baru yg secara
> genetik relatif unggul 
> ( pintar,cerdik dll ) karena berasal dari ayah yg
> cerdas pula .

Ingat cerita Albert Einstain.Ketika seorang wanita
cantik menawarkan dirinya untuk jadi istri nya.Apa
tanya Albert ketika itu.Kenapa kamu mau kawin dengan
saya ? 

Jawabnya,: " Karena kamu pintar,saya cantik,jadi kalau
kita kawin,anak kita bisa jadi seperti ayahnya yang
pintar,dan rupanya seperti ibunya yang cantik ".

lantas apa jawab Einstain : " Bagaimana kalau
kebalikannya yang terjadi , Anak kita mengikut kamu
bodohnya,dan mengkiti saya jelek wajahnya ".

Memang Gen cukup menentukan,tapi tidak sepenuhnya,saya
kira tergantung niat ikhlas seseorang,untuk
menikahi,atau dinikahi.Namun,cukup mendekati
kebenaran,karena jelas,buah itu,tidak mungkin jatuh
jauh dari pokoknya.


> 
> pada abad 20 , kebiasaan tsb telah mulai berkurang ,
> bisa kita lihat 
> bahwa tokoh2 besar dari etnis minang, anaknya tak
> banyak , tak ada 
> generasi penerusnya.

Sampai saat inipun banyak kebiasaan-kebiasaan yang ada
pada orang Minang,sudah banyak jauh berubah.Seperti
kawin banyak itu,saya kira sudah sangat minim sekali
kita temukan.

Begitupun pandangan orang,yang katanya dulu,lelaki
Minang,sangat sulit mau turun kedapur,pada kenyataan
yang saya hadapi dari sekian banyak( boleh dikatakan
banyak sekali yang benar-benar saya dekat dengan
mereka ) saya mengenal lelaki Minang,pada mau turun
kedapur semua.

Apa ini dikarenakan lelaki Minang yang saya kenal,ada
lelaki Minang yang merantau keluar,bukan yang ada di
Minang yang dikampung ,dan ngak pernah merantau sama
sekali ? ( saya belum menelitinya ).Wallhua'lam.Tapi
kalau lelaki Minang di rantauan,cukup saya acungkan
jempol.Jauh lebih baik dari lelaki Jawa malah.Saya
punya ipar 7 orang semuanya jawa koq.Dari berbagai
daerah di jawa itu,Jabar,jateng,Jatim.

> 
> Sebenarnya hal yg sama pun terjadi di etnis jawa ,
> sunda , dimana 
> dulu , para priyayi /ningrat banyak pula punya istri
> tapi biasanya 
> tak resmi ( selir,simpanan dll ) , beda dg di ranah
> minang, yg 
> dikawin resmi.

Ternyata jauh lebih baik yang resmikan,ketimbang
dijadikan selir,dan itu memang kenyataannya .


> 
> Coba masing2 kita ingat, leluhur kita, kakek/inyiak
> ke atas , mereka 
> yg dulunya adalah tokoh masyarakat biasanya  punya
> istri lebih dari 
> satu dan anaknya banyak.

Benar,...

> 
> di jawa/sunda, dasarnya pun bukan lah karena
> kecerdasan, tapi lebih 
> berdasar pada "keturunan darah biru" kaum priyayi,
> ningrat , bodoh 
> atau cerdas tak masalah yg penting turunan ningrat.

benar 

> 
> di minang karena mereka anak resmi ( dari istri
> istri yg lain ) 
> sehingga mereka dapat hak utk sekolah dll , beda dg
> di jawa/sunda , 
> karena mereka anak selir /istri simpanan , tak
> mendapat hak yg sama 
> utk sekolah dll.
> 
> ( kasus keributan di kraton Kanoman Cirebon dan
> kraton Surakarta 
> dalam perebutan tahta sultan , adalah juga karena
> hal tsb , terjadi 
> perebutan kekuasaan antara anak permaisuri dg anak
> selir )
> 
> Jadi hipotesa sementaranya ialah bahwa karena di
> masyarakat minang 
> tempo dulu, tokoh masyarakat nya yg secara genetik
> unggul ( cerdas, 
> pintar, kaya dll ) , punya anak banyak, secara
> statistik akan 
> bertambah populasi orang2 yg secara genetik unggul
> pula.

Masalah ini,masih kontroversial.Apa memang benar
begitu ?.


> 
> Mungkin analisa sementara tsb cukup naif dan seperti
> mengada ngada 
> tapi cukup realistis juga ,mudah2 an bisa sedikit
> mengungkap misteri 
> mengapa orang minang dulu maju dan sekarang tidak.

Perlu diteliti kembali.

> 
> mungkin ado mamak, dunsanak nan bisa memberikan
> analisa lain thd hal 
> tsb , mungkin bisa memperkaya urun rembuk awak
> basamo.

Ini tentu harus berbagi pengalaman masing-masing kita
dari realita yang sebenar-benarnya terjadi,baik dari
diri,keluarga dan lingkungannya sendiri,baru dapat
diambil resume sementara.


> 
> mohon maaf pulo (khususnya pada kaum perempuan ),
> kalau ado nan 
> kurang setuju, atau tersinggung , itu semua hanya
> sekedar 
> hipotesa /perkiraan belaka .

Wah,.ngak ada yang perlu dimaafkan.Kalau memang
sesuatu itu kenyataan dulunya ,mengapa kita harus
marah.Yang marah itu,kalau itu tidak kenyataan.

 
> 
> Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama , kalau
> salah mohon lah 
> dimaafkan pulo  , bak kata pepatah "talapeh kecek
> badan binaso".

Sekali lagi hipotesa yang bagus,perlu dikembangkan,dan
harus dicari solusinya,kalau memang benar-benar kita
cinta " ranah Minang " ini.Jangan berbangga-bangga
lagi,tapi harus bisa menerima kenyataan.

Ingat pepatah,atau hadist,saya lupa ada mengatakan: "
Berbangga-bangga,adalah awal kehancuran bangsa itu
sendiri ".

Berbangga akan kelebihan diri,sangat tidak
dianjurkan,karena itu awal kehancuran diri , tapi
bersyukur dan menyampaikan nikmat atas karunia yang
telah diberikan oleh Allah " It's Okay ".Bukankah
Allah sudah berfirman : " Maka terhadap nikmat Allah
sebutkanlah ".


Wassalam.Rahima.
> 
> wassalam 
> 
> HM
> Jkt
> 
> 
> 
> ____________________________________________________
> 
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda,
> silahkan ke: 
> http://rantaunet.org/palanta-setting
>
------------------------------------------------------------
> Tata Tertib Palanta RantauNet:
> http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
> ____________________________________________________
> 



                
_______________________________
Do you Yahoo!?
Win 1 of 4,000 free domain names from Yahoo! Enter now.
http://promotions.yahoo.com/goldrush

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke