Assalamu'alaikum wr wb.,

Menyimak pernyataan SBY mengenai bagaimana dia me-rekrut kabinetnya. Akankah
terjadi sebuah dialog antara candidate yang diusulkan atau dilamar untuk
menjadi menterinya sebagai berikut.? "Angku - mas SBY ini mencoba mendekati
dengan ber-angku ke calon kita yang urang Minang, bagaimana program Angku
apabila menjadi menteri untuk mengurus Dep. UKM dan Koperasi? Sehingga dapat
kita harapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia naik dari sekarang hanya 4.5%
menjadi 7-8% ditahun 2009"

Jawaban sang calon yang kelewat pede (percaya diri), "Siap pak, ambo punya
banyak anggota yang tersebar di semua daerah - pedagang K-5, untuk
memberdayakan pengusaha UKM kita. Orang Minang ini kan sudah teruji
kehebatannya dalam berusaha. Jangankan untuk menaikan ke 7-8%, untuk
menaikan menjadi 15% saja saya mampu." Terfikir bagaimana caranya ketika dia
berdagang dulu, akan digunakan siasat lama pada saat mecoba mendapatkan
modal usaha dengan merayu cukong mendapatkan pinjaman modal. Biasanya dia
dapat mandapatkan 25% dari setiap galehnyo, masak 15% saja tidak bisa,
apalagi cuman 7-8%. "Percaya saja pak. Dengan kemampuan saya"

Pak SBY yang sekolahan management tidak langsung saja menyerah. "Iya, saya
percaya dengan orang Minang, kalau berdagang tidak diragukan lagi
kehebatannya. Tapi saya perlu tahu secara teknis, bagaimana caranya?"
Kemudian SBY menambahkan, "Dalam business yang menjadi kunci keberhasilan
adalah bolts and nuts nya. Jadi harus teknis, betulkan?" "Bagaimana caranya
sdr - SBY sudah berubah memanggil sang calon dari Angku ke Sdr.,
mempergunakan pedagang K-5 untuk menaikan pertumbuhan ekonomi?"

Sang calon tidak kehilangan akal, otaknya mulai berputar. "Pak Presiden,
mereka akan saya ajak untuk menjadi ujung tombak pemasaran. Kalau dulu,
menteri kita bisanya membuat proyek untuk meningkatkan produksi. Setelah
proyek selesai, produksi mulai meningkat, produk tidak terjual, karena tidak
ada pemasaran" Lihat saja pak Habibi, bisanya bikin pesawat, berapa besar
utang kita di IPTN (Industri Pesawat Terbang Ndak-laku)?" SBY, mencoba
menguji terus dengan pertanyaan, "Biarpun pemasaran pintar, bagaimana bisa
laku dan penjualan meningkat kalau produknya tidak diperbaiki menjadi lebih
baik dan harganya tidak bisa bersaing?"

"Ya pak itukan bukan tugas saya, ada menteri Industri dan Pedagangan. Beliau
yang harus mencarikan jalan agar meningkat kualitas dan harga bisa bersaing"
Pak SBY, mulai sedikit tertarik - boleh juga kawan dari Pandang ini,
pikirnya. "Tapi sebagai menteri kan Angku, harus membangun komunikasi
sehingga solisinya bisa holistic tidak parsial gitu" "Oh tentu pak. Saya
akan membangun komunikasi multi level - mulai mang-kuok, melihat langkah
sudah masuk satu, yaitu tingkat menteri akan membangun komunikasi tingkat
atas, tingkat menengah akan membangun komunikasi tingkat menengah, tingkat
bawah akan memabangun komunkasi tingkat bawah." Jawaban sang calon yang
normative, untuk mengulur waktu sambil putar otak cari strategi baru.

SBY kembali mengejar, "Itu kan tidak jelas, bagaimana caranya komunikasi itu
bisa effektif. Sehingga ada kerjasama antar departemen, gitu" Calon
menjawab, "Bisa pak, kita hidupkan lagi main KIM - itu permainan urang awak
yang sempat populer waktu zaman Ali Sadikin, itu kan terbukti sudah bisa
mengangkat perputaran ekonomi. Sambil main KIM, menteri bisa ikut lobbying
dan Pengusaha bisa santai dan dapat uang pak" "Tapi itu kan judi, bagaimana
kalau rakyat marah?" sanggah pak SBY. Sang calon cepat menangkis, "Saya akan
lobby pak Menteri Agama, ajak sekalian main KIM"

Itulah sekelumit, dialog yang terjadi. Tetapi itu bukanlah bagian yang
esensial dari MBO, hanya dialog pembuka agar bisa terjadi kesepakatan antara
Presiden dan Menteri - selain harus mempunyai leadership tetapi sebagian
besar harus dituntut keahliannya di level managerial. Apakah sang calon kita
berhasil membuat kontrak lima tahun dan menulis objectives tahunan?  Kita
tunggu saja pengumunan resminya.

Wassalam,
Ridwan


pernyataan SBY untuk memilih
> menterinya berdasarkan kemampuan dan kesanggupan membuat kontrak tertulis
> terhadap kinerja yang diminta.
>
> Ini merupakan hal yang baru yang kita kenal dalam pemerintahan kita,
> meskipun hal ini dalam manajemen sudah merupakan hal yang biasa. Ini
adalah
> prinsip dasar MBO (management by objective), agar kita bisa memanage
> semuanya harus bisa terukur. Mudah-mudahan nantinya kedepan, tidak akan
> terdengar ada jawaban menteri yang dituntut mundur oleh rakyat akan
bilang,
> "saya kan cuman pembantu presiden". Secercah harapan, apakah ya?
>
> Wassalam,
> Ridwan
>




____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to