IkhWah wrote:

Itu kutipan tulisan uni sebelumnya. Jadi, uni
mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan sanak wady
itu, TIDAK JAUH BEDA dengan segala macam pertanyaan
yang diajukan kaum bani israil yang membangkang tsb.
TIDAK JAUH BEDA itu artinya uni menyamakan, dan arti
lebih jauh lagi , uni sudah menuduh. Uni sudah
menyimpulkan bahwa wady itu TIDAK JAUH BEDA / SAMA
dengan kaum bani israil yang pembangkang dan kafir
tsb. Sekarang uni marah dengan mengatakan bahwa saya
menuduh, padahal dari statement uni lah yang
mengkategorikan mereka TIDAK JAUH BEDA dengan kaum
pembangkang tsb.

Bismillahirrahmanirrahim,

Da Ikhwah dan Uni Rahima, maaf saya 'nimbrung' sedikit tanpa bermaksud memperkeruh suasana atau sok tahu.

Berkenaan perumpamaan yang dilakukan Uni Rahima, sesungguhnya telah ada manusia yang lebih mulia dari pada kita semua yang melakukannya.

Abu Waqid al-Laitsi radhiallahu 'anhu menuturkan, bahwa suatu ketika kami pergi keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam). Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon bidara yang dosebut Dzat Anwath. Mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kami pun berkata, "Ya Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzat Anwath." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Demi Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, "Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan." Musa menjawab, "Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengerti." (QS. al-A'raaf 7:138). Kamu benar-benar mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu. (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkannya)

Dari hadits tersebut terlihat bahwa Rasulullah menyamakan permintaan para shahabat yang baru masuk Islam dengan permintaan Bani Israil. Hal itu tentunya bukan berarti Rasulullah menuduh mereka kafir namun sebagai bentuk peringatan. Selain itu juga dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah tegas dalam menghadapi kesalahan dalam masalah aqidah.

Contoh ketegasan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah aqidah adalah kemarahan beliau ketika sebagian sahabat berdebat masalah takdir sehingga dikatakan wajah beliau bagaikan biji delima pecah.

Begitu juga dalam hadits dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah bersabda:

"Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kemarahan beliau adalah karena begitu khawatirnya beliau akan syirik yang menimpa umat beliau. Dalam sebuah hadits diriwayatkan Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil." (HR. ath-Thabrani dengan sanan yang jayyid).

Semoga Allah menjadikan kita menemui-Nya dalam keadaan bersih dari syirik.

Sumber: terj. Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid karya Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh (terbitan Pustaka Azzam).

Allahu a'lam.

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke