--- I Yul <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> 
> From: "Rahima" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Sunday, October 31, 2004 3:23 PM
> 
> > Waalaikumsalam.Wr.Wb.
> > 
> > Sanak Yanurmal, ngak usahlah menjadi permasalahan
> > hal-hal semacam ini. Biarkan sajalah, kalau kita
> ngak
> > senang lebih baik kita delete, asal jangan sampai
> yang
> > dikirim kepada kita hal-hal yang menghina Islam,
> Allah
> > dan rasul2Nya, kalau hal ini,.sejujurnya saya
> sendiri
> > ngak dapat menerima Islam di hina.
> > 
> Mengapa tidak anda delete saja secepatnya postingan
> yang menghina islam itu, bahkan sebelum sempat
> terbaca.
> Logikanya, kalau qta tidak senang pd buku novel
> parno, tentu tidak kita baca sekalipun diberikan
> kehadapan qta. Kenyataannya anda berbeda, bukan.
> Disuatu sisi anda sebut bahwa anda tidak senang,
> tapi anda baca juga, sehingga timbullah perasaan
> tidak senang tidak dapat menerima dlsb.

Sanak Yul,.Jangan salah pengertian. Saya menganjurkan
seseorang, KALAU ia tidak senang akan sesuatu
postingan yah..silahkan didelete saja, berarti KALAU 
ngak mau ia delete dan dibacanya silahkan saja
disimpan.

Tapi prinsip saya pribadi, kalau say atidak senang
dengan sesuatu, maka bermacam-macam sikap saya
terhadap yang tidak disenangi itu. Tergantung sikon.

Kalau bacaan porno yang di sodorkan kesaya, jujur
memang saya ngak mau bacanya,( untuk masa sekarang dan
mudah2an yang akan datang ), kenapa begitu?

Semasa muda, saya pernah membaca cerita berbau porno
begitu, bukan bertujuan apa-apa, hanya ingin
mengetahui bagaimana sang penulis mengkhayalkan
sesuatu. Karangan-karangan Montingo Busye, yang berbau
porno, mungkin dulunya sudah lahap saya cerna.  

Tetapi apakah ketidak senangan saya itu, lantas tidak
saya baca,..? belum tentu. 

Lantas ada lagi ketidak senangan saya itu, saya baca,
dan saya komentari, dan ini biasanya bila menyangkut
masalah agama yang dilecehkan. Itu saja. Tapi kalau
sudah sekian banyak yang mengomentari, saya akan
perhatikan komentara masing-masing itu bagaimana.Dan
komentara saya tidak masalah itu lagi, karena sudah
cukup sekian banyak orang.

> 
> > Tapi yang dipostingkan da Adrisman, masalah biasa
> saja
> > koq. Terkadang bagi kami-kami yang jauh
> diperantauan
> > luar negeri sana, meski sama-sama di kolong
> langit,
> > sama-sama hirup udara CO2, dan jarang pula buka
> > situs-situs di internet masalah keagamaan semacam
> ini,
> > jadi informasi juga. 
> > 
> Menghirup CO2? Nggak salah tuh.

Wah..ini mah..sudah dijawab. 
> 
> > 
> > Untuk diketahui didalam Al Quran surah Al Imran ( 
> > ayat 3 ) disebutkan : " Dia menurunkan Al kitab (
> Al
> > Quran ), padamu dengan sebenarnya, membenarkan
> kitab
> > yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
> taurat
> > dan injil ".
> > 
>  
>  Pengertian shoddaqo bukan semata berarti
> meng-iya-kan, tetapi padanya ada terkandung
> "koreksi" dan "penambahan". Istilah ini kita sebut
> "membetulkan". Jadi "membenarkan"  dan "membetulkan"
> itu berbeda. Misalnya pada ayat ini: 

Al Quran memang membenarkan yang ada di kitab Injil
yang asli. kata Shaddaqo itu memang artinya dalam
bahasa Arab, " membenarakan ". " Anta Saddaqta ",
Engkau benar ".

Abu Bakar dikatakan As Shiddiq, karena beliau selalu
membenarkan apa yang diucapkan oleh rasulullah SAW,
bukan " MEMBETULKAN ",( kalau yang sanak maksud kan
arti membetulkan adalah membenahi yang salah ) apa
yang dikatakan Rasulullah.

Mustahil Abu bakar membenahi yang disampaikan oleh
rasulullah, atau mengoreksi yang datang dari
rasulullah SAW. Aneh bukan ? Apa yang datang dari
Rasulullah berasal dari Allah, apa mungkin Allah
salah.? 

Namun isi Al Qur'an ada menambahi dan mengurangi apa
yang terkandung dalam kitab-kitab sebelumnya.

Jadi,..pernyataan saya benar,..kalau kata " Shaddaqta
itu artinya membenarkan ", bukan membetulkan.

Kalau membetulkan itu dalam bahasa Arabnya " AL Ishlah
". Sesuatu yang salah, maka perlu dibetulkan.
Sementara kitab -kitab terdahulu dari Allah juga, dan
ngak ada kesalahan didalamnya ( bila yang asli )

Kalau saja diartikan membetulkan, maka kitab Injil
yang asli ( bukan yang sudah dirubah2 sekarang ),
salah..? Padahal itu berasal dari Allah juga bukan..?
( Tapi ingat,..kalau ini injil yang asli lho ? )


Jadi sekali lagi,..saya yang benar menterjemahkannya,
kata Shaddaqa artinya " membenarkan ". Dan terjemahan
Depag memang untuk yang ini sudah benar.

Namun kata benar dan betul dalam bahasa
Indonesia,.silahkan sanak chek kembali, dan lihat
dalam kamus besar bahasa Indonesia.

Menterjemahkan, atau mengartikan bahasa Arab, haruslah
sesuai dengan bahasa Arab itu sendiri. 

Di bahasa Arab, kata " membenarkan ", diartikan dengan
" Shadaqa ", sedangkan membetulkan bahasanya lain lagi
yaitu " Sha-la-ha ", Masdarnya " Al Ishlah " .

Okay,..ayo...Lihat aja Abu bakar dikatakan As Shiddiq
bukan..? 


>  
> Dan kami telah iringkan atas mereka dengan 'Isa anak
> Maryam sesudahnya membetulkan apa yang di hadapannya
> dari Taurat dan kami berikan  kepadanya Injil,
> padanya petunjuk dan cahaya dan membetulkan untuk
> apa  yang di hadapannya dari Taurat  dan petunjuk
> dan nasehat untuk orang yang bertaqwa. 
> (Surat Al-Maidah, ke 5 ayat 46)

Dalam ayat 46 surah Al maidah diatas, artinya tetap "
membenarkan ", karena memang nabi isa datang untuk
membenarkan kitab sebelumnya yaitu taurat yang datang
sebelumnya. Karena kitab taurat berasal dari Allah
SWT.

  
>  
> Pada (Injil) Matius 5:17 terlihat penambahan yang
> dimaksud: 
> 17,(Kata Nabi 'Isa):"Jangan kamu sangka aku datang
> hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi-nabi.
> Bukannya aku datang untuk merombak, melainkan hendak
> menggenapkan". 

Wah,..kalau kitab injil, 
sekarang, saya ngak mau ikut campur, karena sudah
berubah-ubah isinya, sebagaimana yang Allah sebutkan
dalam Al Quran.


> 
>  Sebab itu dikatakan "yang di hadapannya", karena
> yang di hadapannya itu adalah taurat yang telah
> dikaburkan oleh Bani Israel. Jadi tidak benar Nabi
> 'Isa membenarkan Taurat yang sudah dikaburkan. Yang
> benar Nabi 'Isa membetulkan apa-apa yang di
> hadapannya dari Taurat. 

Sekali lagi nabi Isa memang datang untuk membenarkan
kitab Taurat yang asli, bukan yang sudah dikaburkan
itu.

Sama saja dengan Al Quran datang untuk membenarkan
kitab-kitab sebelumnya memang datang dari Allah, namun
bukan yang sudah dirubah-rubah itu. dalam hal sudah
diubah-ubah itu Allah menyebutkannya dalam ayat yang
lain lagi. 

Sekali lagi, Shaddaqa artinya " membanrkan ", Yang
artinya membetlkan adalah " Al Islah ", dan Allah
dalam ayat yang terdahulu, tidak memakai kata Islah,
tapi Shadaqa.

Kalau Islah, berarti kitab-kitab yang diturunkan Allah
sebelumnya salah,.? sehingga membutuhkan
pembetulan,..?

Tidak,..namun kedatangan nabi Muhammad bukan untuk
membetulkan kitab-kitab sebelumnya tapi membenarkan
hukumnya, namun mengurangi dan menambahi mana yang
perlu, sesuai dengan apa yang di turunkan Allah SWT
pula.



Wassalam. Rahima.

> 
> 
> > Ketika menyebut menurunkan Al Kitab ( Al Quran ),
> > Allah memakai kata : " NAZZALA ". ( double Z ),
> > sementara ketika menyebutkan taurat dan Injil
> Allah
> > memakai kata : " ANZALA ", yang mana artinya
> sama-sama
> > MENURUNKAN,.
> > 
> > Ini dimaksudkan bahwa Al Quran turun secara
> > berangsur-angsur, sesuai dengan kondisi.
> > 
> > Sementara Taurat dan Injil diturunkan sekaligus.
> > 
> > Ini mu'jizat tersendiri dalam Al Quran.
> > Orang Nasrani mungkin ngak kepikir mengapa kitab
> > mereka turun sekaligus, sementara Al Quran
> > berangsur-angsur.
> > 
> > Wassalam. Rahima.
> > 



                
_______________________________
Do you Yahoo!?
Express yourself with Y! Messenger! Free. Download now. 
http://messenger.yahoo.com

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke