Assalamu'alaikum

Saya lagi membuka buka postingan yang masuk..., duh
sedih dan ingin marah rasanya baca artikel ini...,
semoga hal2 seperti ini cepat segera berlalu dinegeri
kita..., kita2 yang kebetulan diberi rezeki yang
berlebih oleh Allah, cobalah luangkan waktu untuk
menyantuni mereka2 yang membutuhkan..

Dan bagi mereka yang kebetulan punya akses ke yang
lebih tinggi di gedung bundar sana, cobalah untuk
memperjuangkankan nasib2 mereka ini lewat regulasi2,
nggak usahlah teriak2 korupsi melulu yang hasilnya
cuma nihil sekedar jargon2 tanpa makna...:(, ini yang
lebih nyata didepan mata lebih pantas untuk
diperjuangkan.

wassalam
adeer

=======================================================

Artikel Khusus Bulan Ramadhan 1424 H
Milis keluarga Islami, Wanita Muslimah,
MajelisMuda
dan Ekonomi Islam
 
Puasa Hari Ketujuh
 
 
"Anak-Anak Itu, Anak-Anak Kita Juga"
 
oleh : Ikke Soehartina
 
Pengantar:
Sebuah tanggapan dari Sdri. Ryana Rahmasari atas
posting Sdr Ambon di WM dengan subyek "Memalukan,
Indonesia Ranking Kedua di Dunia Dalam Masalah
Pornografi" membuat aku ingin mengisahkan sebuah
kejadian nyata di Indonesia kita tercinta ini.
 
Kisah ini mungkin hanya salah satu dari ribuan
atau jutaan kisah lain yang lebih pahit. Kisah nyata
ini diceritakan oleh seorang sahabatku yang melihat
langsung kejadian tsb.
 
Mudah-mudahan kisah ini dapat membuka mata kita
akan realitas kehidupan yang ada di sekitar kita.
Bukan hanya membuka mata, namun juga mengetuk hati
kita, terutama di bulan Ramadhan yang penuh berkah
ini.
 
Malam sudah larut, ketika aku melihat dua orang anak
kecil sedang sibuk menyapu lantai di kolong jembatan
tol. Kedua anak itu kira-kira seusia anakku yang duduk
di bangku Sekolah Dasar. Salah satu anak membawa
sebuah
ember kecil, sementara temannya membawa segulung kain
yang tampaknya bekas spanduk.
 
Aku tertarik mengamati kedua anak itu, karena saat
itu hampir tengah malam, dan mereka tidak menyapu
seluruh lantai, melainkan hanya sebidang lantai
yang disapu berulang-ulang sampai bersih.
 
Setelah lantai itu bersih, kulihat salah seorang
dari mereka mendekati seorang pria pengendara motor
yang berhenti tak jauh dari situ. Aku tak tahu
apa yang mereka bicarakan, karena jarakku cukup
jauh, tapi kulihat anak itu menunjuk-nunjuk seorang
wanita yang berdiri di tepi jalan.
 
Tak lama kulihat lelaki itu mengangguk dan berjalan
kearah kolong jembatan tol yang tadi disapu anak itu,
kemudian wanita yang ditepi jalan itupun mendekat.
 
Ternyata pria dan wanita tadi melakukan transaksi
seks di lantai yang tadi disapu anak-anak tadi,
sementara kedua anak itu bertugas memegang kain bekas
spanduk yang dibentangkan untuk menutupi kegiatan
kedua orang itu.
 
Aku langsung merasa mual membayangkan bahwa kedua
anak tersebut, yang masih di bawah umur, telah
menyaksikan aktifitas yang seharusnya belum waktunya
mereka lihat. Bahkan bukan tidak mungkin merekapun
akan terjerumus menjadi PSK.
 
Aku jadi teringat anak-anakku di rumah yang saat
ini sudah tidur dengan lelap dan nyaman.
 
Suara temanku ketika bercerita makin tersendat-sendat,
menahan tangisnya, dan akhirnya dia tak sanggup lagi
meneruskan ceritanya.
"Bayangkan, anak-anak itu dibayar dua ribu perak.
Dua ribu perak.. untuk perbuatan yang mungkin akan
merusak mental mereka.
Belum lagi resiko mereka bila ketemu dengan maniak
yang suka dengan anak-anak kecil (pedophiliac?).."
 
Dia akhirnya berkata dengan penuh emosi.
"Siapa yang peduli dengan nasib mereka.mereka
hanya anak kecil yang seharusnya mendapat
perlindungan, mendapat pendidikan yang layak."
"Mereka khan anak-anak kita juga. Kamu bisa
bayangkan.. apa yang bisa dialami anak-anak itu?. Yang
aku lihat malam itu hanya dua anak, padahal aku
yakin ada banyak anak-anak semacam itu di jalanan.
Seandainya ada seratus anak saja disana, beberapa
tahun lagi mungkin mereka sudah punya anak.dan
anak-anak mereka mungkin akan bernasib sama seperti
mereka sekarang. Mereka akan terjebak dalam lingkaran
kemiskinan dan kenistaan seandainya tidak ada
yang berusaha menolong mereka."
 
Akupun hanya bisa diam mendengar kisah temanku
itu, tak tahu harus berkomentar apa, karena akupun tak
tahu siapa yang harus disalahkan dengan keadaan ini.
Dan sungguh akupun merasa tak berdaya untuk
mengubahnya.
 
Beberapa bulan kemudian, beberapa teman menyusuri
jalan-jalan di sekitar Kalimalang dan Bekasi. Mencari
anak-anak dhuafa yang mau bersekolah. Hanya dalam
beberapa minggu terdaftar lebih dari 80
anak.
Kini anak-anak itu bersekolah dari Senin sampai Jum'at
di sebuah sekolah terbuka yang didirikan oleh temanku
dengan meminjam tempat di sebuah instansi.
 
Sebenarnya masih banyak anak yang mendaftar, tapi
terpaksa dilakukan penyaringan karena keterbatasan
sarana, sdm, dan dana. Hanya anak-anak yang
benar-benar tak mampu yang diterima disekolah yang
seratus persen gratis itu. Program pendidikannya tentu
berbeda dengan sekolah formal, disini lebih diarahkan
untuk mendapatkan "life-skill". Sepulang sekolah
anak-anak itu kembali "kecek-kecek" atau berjualan di
kaki lima.
Sebulan sekali dilakukan pembinaan keluarga, dan
sebagai pencingan agar ortu mereka mau datang
disediakan beras murah untuk mereka.
 
Saat ini sekolah tsb., sedang mengusahakan latihan
ketrampilan dan modal untuk anak-anak yang sudah usia
SLTP. Kegalauannya kini adalah pada status tempatnya
yang masih pinjaman. Mereka tidak tahu sampai kapan
tempat itu dapat terus digunakan, apalagi jumlah
anak-anak yang memerlukan sekolah tampaknya akan makin
meningkat  
Apa yang dilakukan temanku mungkin belum menjadi
solusi bagi permasalahan yang ada, namun toh tetap
harus ada yang dilakukan untuk anak-anak itu.
 
Kini di bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat,
mungkin kita perlu bertanya pada diri sendiri, apa
makna shaum bagi kita. Apakah shaum ini akan membuat
kita lebih peka terhadap lingkungan di sekitar kita,
atau hanya sekedar menunaikan kewajiban.
 
Aku sendiri, sejujurnya, masih belum berbuat
apa-apa. Aku baru sampai pada tahap menyampaikan,
namun mudah-mudahan inipun dapat memberikan makna,
minimal bagi diriku.
 
Selamat menjalankan ibadah shaum ramadhan, bagi
yang menjalankannya, semoga Ramadhan ini menjadi kawah
candradimuka yang akan menempa kita menjadi ummat
yang makin bertaqwa dan makin penuh cinta pada
sesama. Amin. Mohon maaf lahir dan bathin.
 


____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke