Ronald:
pd pmth terdahulu, harga minyak dunia US$ 28-32 per barrel, pd 
pmth sekarang harga minyak dunia telah lebih dari US$ 50 
perbarrel.

hmmm....gitu ya, jadi :
klo dulu makan diwarteg masih bisa Rp.3000, rakyat masih perlu 
bantuan dr pemerintah (subsidi) tapi sekarang sdh Rp.5000, rakyat 
ga' perlu dibantu.
Kira2 klo sekarang masih MSP, apa didukung juga??

oh iya, ini ada berita tentang kenaikan Elpiji, sptnya pemanasan
dah dimulai nih, konon kabarnya tiket KA juga mau naik ya??
Untung dirumah cuman ada tiga jiwa, gmana yg lebih dari itu??

Dalam sebuah kesempatan, saya ngomong dengan teman ikhwal 
rencana kenaikan harga ini dan kebetulan temen saya
ini tergolong yang kurang. Saya mencoba memberikan pemahaman
yang kurang lebih sama dengan yang kita ketahui mengenai alasan
pemerintah. Oeh rekan saya dibilang, ya biar toh mas, sing 
penting kami juga ikut nikmatin, saya masih bisa ngajak keluarga
jalan2 keragunan dan beli martabak, lah sekarang, yang kaya
tetep bisa jalan2 dan makan martabak meski subsidi dicabut
sementara kami, beli gorengan aja 2 bln sekali itu dah bagus??
ternyata logika mereka memang sederhana, namanya jg wong 
cilik ...

Naik, naik ke puncak gunung (HARGA)
tinggi, tinggi sekali ....

kiri - kanan, ku LIHAT saja
karena memang ta' bisa dibeli ...

he...he.... lagunya sih lagu lama, tapi masih enak juga ....


wassalam,
harman

Pertamina Naikan Harga Elpiji, Pertamax, & Pertamax Plus
Reporter: M. Budi Santosa

detikcom - Jakarta, PT Pertamina (persero) secara resmi menaikkan
harga jual liqiud petroleum gas (LPG/elpiji), Pertamax, dan Pertamax
plus, terhitung mulai Minggu (19/12/2004) pukul 00.00 WIB. Kenaikan
bervariasi antara 40 persen hingga 60 persen. 

Harga elpiji yang sebelumnya Rp 3.000 per kilogram menjadi Rp 4.250
per kilogram. Khusus di Batam, Kepulauan Riau, harga elpiji menjadi Rp
4.800 per kg dari Rp 3.500 per kg. 

Sedangkan harga Pertamax yang semula Rp 2.450 per liter menjadi Rp
4.000 per liter. Harga Pertamax Plus dari Rp 2.750 per liter menjadi
Rp 4.200 per liter.

General Manager Gas Domestik Pertamina Achmad Faisal, dalam jumpa pers
di Jakarta, Sabtu (18/12/2004), menyatakan ketiga produk non-BBM ini
dinaikan agar perusahaan dapat menuai profit serta memberikan
konstribusi keuntungan pada negara berupa deviden. 

Ketiga produk di atas tidak lagi diatur oleh pemerintah dan menjadi
komoditas komersil. "Alasan utama penyesuaian harga, diantaranya
karena tingginya harga minyak dunia," kata Faisal.

Menurut Faisal, dari kenaikan harga elpiji sekitar 40 persen Pertamina
hanya mengambil keuntungan sekitar Rp 275 per kilogram. Sementara
untuk produk Pertamax, Pertamina hanya meraup keuntungan sekitar Rp
100 per liter.

Menurut Faisal, bisnis elpiji merupakan bisnis yang tidak diatur dalam
tata niaga. Artinya, tidak ada monopoli dan siapapun bisa bermain di
segmen ini. Maka kenaikan harga elpiji ini diharapkan bisa memberi
peluang pada investor lain agar mau masuk ke bisnis ini dan bisa
memberikan keuntungan yang wajar bagi produsen.

Mengenai kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Plus, menurut Faisal,
sama sekali tidak terkait dengan kelangkaan yang terjadi pekan lalu.
Direktur Pemasaran Pertamina, Arie Sumarno, menyatakaan kelangkaan
terjadi karena keterlambatan kedatangan beberapa komponen untuk
pembuatan Pertamax yang diimpor dari Singapura. (gtp)

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to