Darwin Bahar wrote:
"Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap
kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran
terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu…..Oleh
sebab
itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi
peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim
multicultural dan multiagama."


Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP
Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarif----ketika menyoroti kelompok yang
tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
...

Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal, militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan pakaian khas di sini tidak jelas.


Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab. Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian 'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah (kebiasaan Rasulullah) sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah.

Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan.

Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya
"Tasauf
in Action" (2003) menulis: "Satu keuntungan besar dari budaya
Islam
adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama  yang
begitu menyakitkan seperti di Barat……..tetapi di sisi lain dunia
Islam
sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern.
Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari
pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap
aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam
perkembangan ekonomi."

Hmmm, jadi dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern dan ekonominya terhambat karena dibatasi oleh agama? Ucapan yang sungguh aneh. Semoga bukan keluar dari seorang muslim.


Bukankah saat ini dunia Islam bergelimang dalam aktivitas ekonomi yang di luar batas-batas agama. Hampir-hampir tidak ada harta yang tak tersentuh riba. Hal inilah yang menjadikan kemunduran Islam sebagaimana telah dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

“Jika kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah’ dan telah sibuk dengan ekor-ekor sapi (sibuk denngan bercocok tanam), sehingga kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan, dan (Dia) tidak akan mengangkat kehinaan dari kalian, sampai kalian kembail kepada agama kalian.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud)

Saya pilih percaya perkataan sebaik-baik manusia.

Mohon maaf jika ada kata yang salah. Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita semua.

Allahu a'lam.

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke