Ketenangan itu perlu supaya tidak grusa-grusu mengeksploitasi diri.
Bahkan kecek rang sabarang, labiah padek lai : "NRIMO'.

Tapi dengan bertambahnya jumlah dan jenis kebutuhan hidup, apakah kita
tidak sebaiknya memperkuat posisi kita dengan memanfaatkan sepenuhnya
potensi kita ??  Supayo indak takajuik, kalau awak lah katinggalan
kureta beko.

Ambo baliak ka curito ambo, soal rang Melayu Riau yang cukup banyak
terlena dengan kemapanannya sejak jaman Belanda sampai ganyang Malaysia.
Karano dulu jo saparahu gatah inyo ba smokel kasubarang. Hasianyo bisa
untuak duo tigo bulan lalok santai. Kalau bekal menipis baru mereka
kerja lagi.
Baitu juo ukatu Illegal Logging lagi meriah, mereka lupo jo yang lain.

Kini inyo banyak nan takajuik atau cemburu dengan sukses urang.

Untuak Bang Uki mungkin kondisinyo lah labiah dari cukuik, tapi baa
untuak re-generasinyo. Memang rejeki ditantukan yang di ateh, apo indak
paralu disiapkan dan berusaha lagi sebatas kemampuan, mengingat kerasnya
persaingan saat ini ?? 
Apa mereka juga akan terpinggirkan nantinya ??

Kalau ambo iyo ingin memanfaatkan nan disabuik urang:  "Competitive
Adventage" itu . Sebaiknyo indak capek berpuas diri dan hidup santai.
Tapi tidak memaksa diri dan menghalalkan segala cara. 

 

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of hanifah daman
Sent: Thursday, August 03, 2006 1:36 PM
To: palanta@minang.rantaunet.org; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
Subject: [EMAIL PROTECTED] Fwd: [mtiui97] Hidup cukup

Sebagai bahan renungan 
   
  Salam
   
  Hanifah Damanhuri

"M. Edwin" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
From: "M. Edwin" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Wed, 02 Aug 2006 09:04:46 +0700
Subject: [mtiui97] Hidup cukup

-----BEGIN PGP SIGNED MESSAGE-----
Hash: SHA1

Ekonomi cukup
Prinsip "hidup yang cukup" Bang Uki adalah landasan bagi sebuah "ekonomi
cukup", di mana manusia tidak lagi mengeksploitasi diri (nafsu)-nya
sendiri, juga lingkungan hidup sekitarnya. Ia mengeksplorasi potensi
terbaiknya untuk memenuhi keperluan manusia, sebatas Tuhan?yang mereka
percaya?menganjurkan atau membatasinya.
Bagaimana "cukup" itu didefinisi atau dibatasi, tak ada?bahkan tak
perlu?ukuran dan standar. Seorang pengusaha dan profesional dapat
mengukurnya sendiri dengan jujur: batas "cukup" bagi dirinya. Jika bagi
dia dengan keluarga beranak dua, pembantu dua, tukang kebun, satpam atau
lainnya, merasa cukup dengan sebuah rumah indah, dua kendaraan kelas
menengah, mengapa ia harus meraih lebih?
Mengapa ia harus melipatgandakannya?

Apalagi jika usaha tersebut harus melanggar prinsip hidup,nilai agama,
tradisi dan hal-hal lain yang semula ia junjung tinggi?
Andaikan, sesungguhnya ia mampu menghasilkan puluhan miliar tabungan,
sekian rumah mewah peristirahatan bahkan jet pribadi, dapat dipastikan
hal itu hanya akan menjadi beban. Bukan melulu saat ia berupaya meraih,
tetapi juga saat mempertahankannya.



--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke