Yth., pak Dr H.K Suheimi,
  Ass Wr Wb.,
  Membaca judul tulisan bapak kali ini, izinkanlah uni Upi berkomentar.
  1. Uni pun pernah "kehilangan makna indahnya berkeluarga" ketika diri uni 
disibuki oleh "AMBISI".
  Ambisi uni ( waktu itu tahun 1971  s/d 1985), uni ingin menjadi pengusaha 
penerbit buku bacaan. Karena waktu itu pemerintah cq Mendikbud Daoed Yoesoef 
pada tahun 1979 mencanangkan Perpustakaan Sekolah ( SD Inpres). Alhamdullilah 
uni sukses mendirikan penerbit ARIES LIMA.
  2. Kemudian datang "AMBISI BARU" uni Upi diangkat menjadi pengurus IKAPI ( 
Ikatan Penerbit Indonesia ), uni duduk menjadi Pelaksana Pameran Buku IKAPI. 
Dan uni pun sibuk menyelenggarakan pameran dari tahun 1979 s/d 1985 di Balai 
Sidang Jakarta.
  3. "Kehebatan dan Kesuksesan " uni dipantau oleh seseorang, lalu uni diminta 
untuk duduk menjadi pengurus pusat MDI ( Majelis Dakwah Islamiayah), terus DMI 
( Dewan Mesjid Indonesia ) malahan uni jadi ketua pelaksana BPPMI ( Badan 
Pembina Perpustakaan Mesjid Indonesia ).
  4. Masih juga "AMBISI" uni muncul lagi, uni bekas penari, makanya kerja uni 
ingin keliling dunia memperkenalkan tarian bersama Elly Kasim. Sampai dengan 
tahun 1989 uni masih aktif keliling dunia.
  5. Bukan hanya itu, di partai politik pun uni ikut juga aktif.
  Lalu ujung-ujungnya apa yang terjadi?.
  Uni kehilangan kasih sayang keluarga. Sebagai pengganti uni bayar dengan 
"uang atau hadiah". Akhirnya uni kehilangan cinta anak.
  Uni lkehilangan kasih sayang suami. Akhirnya muncul WIL ( Wanita Idaman Lain 
)...ujung-ujungnya uni bercerai tahun 1994 (ketika umur uni 50 Tahun).
  Itu cerita sekitar AMBISI yang telah meluluh lantakkan kehidupan uni.
  Lalu uni sadar....tapi sudah terlambat, rumah tangga sudah porak poranda.
   
  Sekarang umur uni sudah 63 tahun.
  Tapi menurut uni kita sebagai manusia perlu memiliki "AMBISI", karena 
"AMBISI" menurut uni adalah juga berarti "SEMANGAT:". 
  Karena sepertinya kalau saja sekarang uni tidak mempunyai "AMBISI YG BELUM 
TERCAPAI", mungkin uni yang sudah patah kaki ini akan patah semangat.
  Hanya saja menurut uni, kita perlu punya "AMBISI" tapi kita jangan jadi 
"AMBISIUS"
   
  Aduh...aduh, ternyata uni jadi curhat ya. 
  Maaf pak doktor.
  Wass Wr Wb.,
  Uni Upi Tuti Sundari
  ( Orang Sulit Air, 63 tahun ).
    

suheimi ksuheimi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
A M B I S I

Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Ketika mahasiswa saya berambisi jadi anggota senat, karena saya lihat mereka 
terhormat dapat kursi dan tanda tangannyapun mahal, di pundak dan didanya ada 
selempang. Jika ada acara-acara resmi Fakultas, duduknya dideretan depan pada 
kursi yang telah di sediakan. Bermacam-macam langkah yang saya jalankan, hingga 
akhirnya bisa menjadi anggota senat. Kemudian saya ber ambisi pula menjadi 
ketua plonco, karena sebagai ketua, kekuasannya besar dan kata-katanya di 
dengar dan dituruti. Bermacam pula usaha saya kearah itu akhirnya bisa pula 
jadi ketua panitia perploncoan. Kemudian saya berambisi pula ingin jadi ketua 
dewan perwakilan Mahasiswa,akhirnya inipun terwujud. Rupanya penyakit ambisi 
ini tidak habis-habisnya, sampai saat-saat terakhir ini. Ambisi ingin terkenal, 
ambisi igin di hargai, ambisi dapat menduduki tempat yang terhornmat. Dikampung 
ingin jadi ketua RT, Di Mesjid ingin jadi ketua mesjid, supaya tenar dan 
ternama 
ingin memberi ceramah di mana-mana. Tidak peduli siang atau malam, bahkan 
sering memberi ceramah itu di hari minggu dan hari libur, dalam kota atau luar 
kota. Setiap selesai memberi ceramah ada rasa bangga, rasa puas dan bakatpun 
tersalur. Pada awalnya saya berdalih, untuk masyarakat, demi masyarakat. Tapi 
setelah saya renung-renungkan, sebetulnya disamping untuk masyarakat, juga 
adalah untuk kepentingan diri sendiri, ingin ternama dan ingin terkenal. Tapi 
sayang untuk mencapai ambisi dan mendapatkan yang di ingini itu, saya 
menghabiskan waktu yang sangat banyak. Persiapan mencari bahan yang akan di 
ceramahkan, mencari buku kesana dan kesini. Membaca ini dan membaca itu. 
Kemudian pergi lagi ke tempat ceramah yang kadang-kadang memakan waktu 
berjam-jam. Waktu yang saya korbankan untuk mencapai satu ambisi sangat banyak. 
Akibatnya fikiran, seluruh daya dan upaya saya tercurah pada ambisi yang akan 
saya capai. Konsentrasi saya terpusat 
kesana. Sampai pada satu hari, di hari minggu, sepulang memberi satu ceramah 
saya tanya anak saya yang sulung, kok tidak kelihatan. Lalu saya dapat jawaban 
bahwa dia pergi kamping. Tadi saya di tunggu-tunggunya untuk minta izin pergi, 
tapi saya tak pulang-pulang, lantas anak saya pergi saja bersama 
teman-temannya. Anak saya pergi kamping saya tak tahu, dia ingin minta izin 
tapi saya tak punya waktu dan bertemu dengannya. Oh demikian jauh dan demikian 
jarakkah saya dengannya?. Saya terperangah dan menyesali diri, kenapa waktu 
saya habis melayani orang lain, sedang anak yang mungkin minta nasehat, mungkin 
minta perbekalan, mungkin minta pandangan tentang kamping, mungkin sangat 
membutuhkan saya, tidak sempat ketemu dengan saya. 
Dalam renungan, saya menghitung-hitung berapa waktu yang saya berikan untuk 
anak-anak dan keluarga, dan berapa pula waktu yang saya gunakan untuk 
kepentingan masyarakat atau kepentingan dan kepuasan saya sendiri?. Saya coba 
menghitung-hitung, ternyata saya tidak adil, waktu saya banyak di habiskan 
bersama orang lain, melayani orang, mengobati orang, mengoperasi orang, memberi 
ceramah orang. Dan sangat sedikit waktu yang saya tumpahkan untuk anak, istri 
dan famili lainnya. Setelah saya hitung-hitung lantas saya terpana, ternyata 
waktu saya banyak di habiskan untuk memburu dan mencapai ambisi-ambisi. Memang 
yang saya idamkan dan inginkan itu dapat di capai, tetapi sesudah tercapai, 
what Next ?,lalu apa lagi?. Korban sudah terlalu banyak dan yang menjadi 
korbanpun, kadang-kadang diri sendiri, tidak jarang orang yang paling terdekat 
dengan kita yang jadi korban ambisi-ambisi pribadi. Yang namanya manusia tetap 
tidak puas-puasnya, dapat yang
satu kepingin yang lain. Tapi saya rasakan saya banyak rugi, anak-anak kalau 
mau pergi kemana, dia tidak minta izin lagi karena saya selalu saja sedang 
kerja. Pekerjaan Rumah mereka yang biasa saya kontrol, sekarang tidak lagi, 
karena ketika saya pulang praktek mereka sudah tertidur. Di hari-hari saya di 
rumah, anak-anak pula yang pergi Les. Di hari libur yang seharusnya kami bisa 
berkumpul, saya di jemput pula untuk memberi ceramah kesana dan kemari. Lantas 
kapan kami bisa bersama seperti dulu lagi?, ketika saya belum menjadi orang 
penting seperti sekarang. Ketika ambisi saya belum tercapai seperti saat ini.
Saya tidak adil, saya berat sebelah, saya terlalu egois, mementingkan diri 
sendiri dan kebutuhan sendiri, sehingga sering menyendiri, berfikir, membaca 
dan berangan-angan ingin jadi ini dan ingin jadi itu. Akibat saya menyisihkan 
diri dari anak-anak, akhirnya saya tersisih, saya terpisah, tidak dapat 
mengikuti kegiatan anak-anak dan tidak dapat membantu memecahkan pekerjaan 
rumahnya. Anak-anak sering memberi saya gelar "Jarum Super" Jarang dirumah Suka 
pergi. 
Memang saya lihat, semakin penting seseorang semakin tinggi jabatannya, semakin 
besar mejanya, semakin besar kamarnya dan semakin sendirian dia dalam kamar 
yang besar itu, serta semakin sepi dan sunyilah dia karena mulai terisolasi dan 
tersisih. Semakin susah menemuinya dan semakin sedikit kawannya. Dipuncaknya, 
tinggalah lagi dia sendiri di balut sepi. Semakin rendah seseorang semakin 
kecil mejanya, semakin banyak temannya.
Penyakit sepi sendiri inilah yang sering dialami oleh top-top manager, 
orang-orang yang di puncak dan orang-orang yang berada di pucuk pimpinan. Lalu 
timbul takut saya meng ayunkan langkah ke puncak yang tertinggi itu. Sekarang 
saja saya mulai di tinggalkan anak, dia pergi kamping tanpa sepengetahuan saya. 
Saya harus banting stir saya harus merubah sikap, saya harus adil membagi 
waktu, waktu untuk diri sendiri, waktu untuk keluarga dan waktu untuk orang 
banyak harus seimbang. Jadi saya harus bisa menahan diri untuk mencapai 
keinginan dan memenuhi ambisi-ambisi pribadi. Apalah artinya sebuah ke tenaran 
kalau sampai tidak ada waktu untuk keluarga. Apalah arti satu jabatan kalau 
harus me ngorbankan kepentingan dan waktu bersama anak-anak. Bukankah dalam 
mencapai satu ambisi, kita sering terisolasi, tersisih dan terpisah dari 
keluarga?. Dalam memperjuangkan kepentingan diri sendiri.kita sering di tinggal 
pergi?.
Lalu saya cari akal, bagaimana supaya banyak waktu bisa bersama keluarga. 
Bermacam-macam acara saya adakan. Antara lain saya beli meja pimpong. Kami main 
bersama, kami ketawa bersama, dan saya sering menjadi juru kunci. Ternyata 
anak-anak jauh lebih gesit dan lebih pintar. Dan merekapun bangga dapat 
mengalahkan papanya. Jam berapapun saya pulang praktek, kalau anak-anak 
mengajak makan bersama, kami selalu pergi, walaupun hanya sekedar makan mie so. 
Rupanya sikap saya yang berubah, ingin bersama mereka selalu membuahkan hasil 
yang bukan main. Kami akrab, kami membikin teka teki, kami berceritra kak 
kancil, saat-saat yang bahagia bersama keluarga. 
Hampir saja saya terlupa dan hampir saja saya hanyut mementingkan diri sendiri. 
Hampir saja saya tidak adil, tidak adil pada diri, tidak adil pada keluarga, 
tidak adil pada anak-anak. Untung belum terlambat, dalam hidup ini rupanya 
harus ada keseimbangan, seimbang dalam segala hal, kalau tidak akan jadi 
penyakit. Pada hakekatnya penyakit yang terjadi adalah karena ketidak 
seimbangan. Tidak seimbang antara yang masuk dan yang keluar. Tidak seimbang 
antara jasmani dan rohani. Tidak seimbang dalam metabolisme, tidak seimbang 
dalam segala hal.
Adat minangpun sangat mengutamakan keseimbangan ini, suksesnya seseorang juga 
karena keseimbangan yang bisa di jaganya. Dalam mencapai dan mengejar sesuatu 
juga harus seimbang, alangkah manisnya satu ungkapan minang "Lamak di awak, 
katuju dek urang"
Dan Al-qur'anpun sangat mengutamakan ke seimbangan, lihatlah ternyata jumlah 
kata-kata yang terdapat dalam Al-Qur'anpun sangat seimbang, menandakan Tuhan 
berpesan agar kita jangan berat sebelah, harus adil. Marilah kita simak, 
keseimbangan kata dalam Al-Qur'an yang sangat unik, misalnya Kata "panas" dalam 
Al-Qur'an disebut 4 kali, lawannya "dingin" ternyata juga 4 kali. Kata 
"Malaikat" di sebut 88 kali. Lawannya "setan" juga 88 kali. Kata "dunia" di 
sebut 115 kali dan lawannya "akhirat" juga 115 kali. "Hidup" disebut 125 kali, 
lawannya "mati" juga 125 kali.
Dan do'a sapu jagat yang sering kita hafal ialah : Ya Allah berilah kami 
kesenangan didunia dan kesenangan di akhirat, serta jauhilah diri kami dan 
keluarga kami dari siksaan api neraka. Ini adalah do'a kesimbangan. Seimbang 
dunia dan akhirat.
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an surat 
Al-Mulk ayat 3 :"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu 
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan sesuatu yang tidak seimbang. Maka 
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.
Dan Surat Al Infithaar ayat 7 :"Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan 
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang".


P a d a n g 18 Mai 1993



---------------------------------
Get your email and see which of your friends are online - Right on the new 
Yahoo.com
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================


 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited Try it today.
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke