MENGENAL REPUBLIK ARAB SURIAH

LEBIH DEKAT

 

[ Bagian 1 ]

 

Oleh : Zulharbi Salim*

 

 

Republik Arab Suriah atau Jumhuriyah Arabiyah As-Suriyah mempunyai luas wilayah 
185.180 kilometer persegi, jarak terpanjang dari utara - selatan 500 kilometer 
dan lebar timur - barat 470 kilometer.  Di Utara berbatasan dengan Turki, di 
Selatan dengan Jordania, di Barat dengan Lebanon dan Laut Tengah, di Timur 
dengan Irak.

Agama, Islam (86%) dengan mayoritas Sunni. Agama minoritas terdiri dari 
Kristen, Druze dan Yahudi. Mata uang sekarang, Syrian Pound (Lira). Income 
perkapita, US$ 1000,- Hasil utama, minyak mentah, gas alam, posphat , 
buah-buahan terutama zaitun dan kapas.

Ibu kota Suriah adalah Damaskus. Republik Arab Suriah dibagi ke dalam 14 
propinsi, masing-masing dengan kota utama sebagai pusatnya. Propinsi-propinsi 
ini dapat di bagi ke dalam tiga daerah :

1.       Propinsi-propinsi Selatan: Kota Damaskus, Propinsi Damaskus, Sweida, 
Dar'a dan Quneitra.

2.       Propinsi-propinsi Tengah-Barat: Homs, Hama, Tartus, Latakia dan Idleb.

3.       Propinsi-propinsi Utara-Timur: Aleppo, Raqqa, Deir, al-Zoor dan 
Hasakeh.

 

Penduduk Suriah menurut sensus tahun 1985 diperkirakan 10.267.000 orang. 
Pertumbuhan 3,4%, sehingga diperkirakan penduduk Suriah sekarang (2003) l.k. 
18.154.092 orang. Di samping orang Arab, penduduk Suriah juga terdiri dari 
berbagai ras, seperti Kurdi, Turki, Armenia dan Druze. Bahasa yang dipahami 
oleh hampir seluruh orang Suriah adalah bahasa Arab. Bahasa Kurdi dipergunakan 
di perbatasan utara, Armenia di kota-kota, Turki di utara dan Aramaic (bahasa 
Jesus) di tiga desa, satunya di Ma'lula, 56 kilometer dari Damaskus.

Suriah mempunyai  sejarah yang sangat panjang yang sudah bermula  sejak zaman 
perunggu. Penduduk Suriah mula-mula kemungkinan besar adalah orang-orang 
Naputian yang berkumpul dan berburu di tahun 10.000 S.M. Suriah mengalami 
perkembangan pertama negara-negara kota termasuk Mari dan kerajaan-kerajaan 
lain. 

Negara Akkad muncul  pertama kali dipimpin oleh Sargon (2334-2279S.M.), yang 
penaklukan dan kekuasaannya yang luas dikonsolidasikan oleh anak-anak dan 
cucu-cucunya terutama Naram Sin. 

Mari menikmati hubungan yang sangat baik dengan tetangga-tetangganya, terutama 
Ebla yang merupakan pusat perdagangan dan politik yang sangat penting.          
                                          

Di pertengahan Zaman Perunggu, negara Amorit muncul sebagai penguasa baru di 
daerah itu (dari l.k. 2.000-l.k. 1600 S.M.). Tetapi kerajaan Yamkhad (Aleppo) 
menyerbu daerah itu dan mencaplok Ebla dan Mari ke bawah pengawasannya.     

Pemerintahan Yamkhad disusul oleh Babylonia yang dipimpin oleh Hamourabi yang 
menaklukan Mari dan daerah-daerah lain disekitarnya. Selama akhir zaman 
perunggu orang-orang Hittite datang dari Anatolia untuk mengakhiri pemerintahan 
Babylonia. Mereka disusul oleh orang-orang Hurrian dan Mitanni.  

Pada permulaan zaman besi, orang-orang baru datang dan mengontrol Suriah dan 
daerah-daerah lain yang berdekatan. Mereka adalah orang-orang Aramaean dan Neo 
Hittite.  

Tetapi orang-orang Aramaean tidak mampu memperluas kekuasaannya ke semua 
wilayah Suriah. Ketidak mampuan ini meratakan jalan bagi munculnya emperium 
Assyria yang mengontrol bagian-bagian Suriah Utara. Mereka dihadapi oleh 
aliansi negara-negara Aramaean, tetapi hasilnya justru memperkuat pemerintahan 
emperium Assyria. Kemudian mereka dikalahkan oleh orang-orang Chaldean atau 
yang dinamai juga oleh para ahli sejarah Neo-Babylonia. Mereka digantikan oleh 
orang-orang Persia yang mencaplok bagian yang luas  dari daerah Suriah karena 
posisi-posisinya yang strategis.                                                
                    

Di tahun 64 S.M. Pompey, pemimpin Romawi secara resmi mengakhiri kerajaan 
Seleucid dan menciptakan pemerintahan Romawi di Suriah.  

Pada permulaan pemerintahan Romawi, pemimpin-pemimpin Romawi memaksakan 
administrasi mula-mula secara tidak langsung atas Suriah, tetapi 
berangsur-angsur menjadi langsung.

Di bidang ekonomi, Suriah menjadi suatu pusat ekonomi yang sangat makmur antara 
timur dan barat. Suriah juga merupakan daerah pertanian yang sangat penting, 
yang padi-padiannya mengisi pasar Romawi. 

Abad kedua pemerintahan Romawi atas Suriah merupakan  periode instabilitas 
karena revolusi-revolusi yang meletus diberbagai daerah emperium Romawi. 
Perbatasan timur Suriah sangat penting bagi pemimpin-pemimpin Romawi untuk 
menghadapi gangguan yang meningkat dari orang-orang Parthian.

Pada akhir abad kedua peperangan perbatasan Parthian merupakan suatu keasyikan 
yang menonjol dari pemimpin-pemimpin Romawi karena tantangan Parthian mulai 
mempengaruhi kemakmuran ekonomi Romawi.

Penaklukan-penaklukan Arab-Muslim datang untuk mengakhiri pemetintah Romawi. 
Dipimpin oleh Khalid ibn Al-Walid dan Abu Ubaidah ibn Al-Jarrah, tentara Arab 
dipimpin untuk mengalahkan kekuatan Byzantium di Ajnadain (Juli 634), menguasai 
Damaskus (September 635) dan seluruh Suriah dikuasai setelah pertempuran Yarmuk 
(Agustus 636). Dari 661 - 750 M.  Dinasti Umayah menguasai Syria Raya (Syam), 
yang dibagi kedalam 4 (empat) daerah militer : Damaskus, Homs, Al-Urdun 
(Jordania) dan Palestina.

Di bawah emperium Umayyah, Suriah telah menyaksikan kemajuan yang luar biasa di 
segala bidang kehidupan termasuk bidang ekonomi dan politik.

Karena menjadi pusat kekhalifahan, Damaskus menyaksikan suatu ledakan hebat, 
terutama di bidang arsitektur. Contoh yang paling menyolok dalam hal ini adalah 
Mesjid Umayyah yang masih bediri tegak tahan menghadapi waktu dan alam. Dengan 
arahan Presiden Hafezd Assad, panitia khusus dibentuk untuk merenovasi Mesjid 
Umayyah di Damaskus dan Aleppo.

Di tahun 750 M.  Emperium Umayah berakhir setelah dikalahkan oleh dynasti 
'Abbasiyah yang membangun Emperium 'Abbasiyah dengan ibukota Bagdad, Irak. 
Dengan demikian Suriah berada dibawah kontrol Baghdad.

Di abad 9 (sembilan) Suriah menjadi obyek pertentangan antara Mesir dan Irak, 
dan di tahun 877 M. Syria dianeksasi oleh dynasti Thulun dari Mesir. Hamdani, 
keluarga Badui di utara Irak di bawah Saif al-Daulah menguasai Aleppo 946 -947.

Perjanjian 997 Suriah Utara menjadi dikuasai oleh Byzantium, sisanya dikuasai 
oleh dynasti Fatimiyah yang menguasai Mesir dari 969. 

Dari 1027 keluarga Arab - Mirdasiyah - menguasai Aleppo hanya sebentar lalu 
dikuasai oleh keluarga Seljuk, Damaskus jatuh tahun 1075, sehingga seluruh 
Suriah dikuasai oleh keluarga Seljuk.

Tahun 1128 Aleppo dikalahkan oleh orang-orang Turki di bawah pimpinan seorang 
jenderal yang energetik Zangi Atabek. Zangi diganti (1146) oleh anaknya yang 
cakap Nur al-Din yang merebut Damaskus tahun 1154 dan menciptakan negara 
kesatuan Muslim di Syria. (bersambung)



*Penulis adalah mantan wartawan LKBN Antara di Cairo,pernah menetap di Arab 
Saudi dan Syria

 


--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Reply via email to